Showing posts with label Tipe Tipe Hutan Tropis. Show all posts
Showing posts with label Tipe Tipe Hutan Tropis. Show all posts

PENGERTIAN DAN DEFINISI HUTAN HUJAN TROPIS


Pengertian dan Definisi dari Hutan hujan tropis adalah hutan yang berada pada daerah tropis dengan curah hujan yang melimpah berkisar 2000 - 4000 mm pertahun. Suhunya tinggi (rata-rata sekitar 25-26°C) dan mempunyai kelembaban rata-rata sekitar 80%. Komponen dasar hutan tersebut adalah pohon dengan ketinggian mencapai rata-rata 30 meter.

Hutan hujan tropis merupakan suatu komunitas yang sangat kompleks dengan ciri yang utama adalah pepohonan dengan berbagai ukuran. Kanopi hutan menyebabkan iklim mikro yang berbeda dengan keadaan di luarnya; cahaya kurang dan kelembaban yang lebih tinggi dengan suhu yang rendah.



Ciri khas hutan hujan tropis yang mencolok yaitu penutupnya mayoritas terdiri dari tanaman berkayu berbentuk pohon. Sebagian besar tanaman pemanjat dan beberapa jenis epifit yang berkayu (woody). Tumbuhan bawah terdiri dari tumbuhan berkayu, semai (seedling) dan pancang (sapling), belukar (shurb) dan pemanjat-pemanjat muda. Tumbuhan herba yang terdapat ialah beberapa epifit sebagai bagian dari tumbuhan bawah dalam proporsi yang relatif kecil.



DEFINISI TENTANG HUTAN :

PENYEBARAN HUTAN TROPIS DI INDONESIA | Terbagi dalam 3 zone vegetasi.



Formasi Penyebaran Hutan Tropis Di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga zone vegetasi, yaitu :
  1. Zone barat, yang berada dibawah pengaruh vegetasi Asia, meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan dengan jenis-jenis kayu yang dominan dari famili Dipterocarpaceae.
  2. Zone timur, berada dibawah pengaruh Australia meliputi vegetasi pulau Maluku,Nusa Tenggara dan Irian. Jenis dominan adalah dari famili Araucariaceae dan Myrtaceae.
  3. Zone peralihan, dimana pengaruh dari kedua benua tersebut bertemu yaitu pulau Jawa dan Sulawesi, terdapat jenis dari famili Araucariaceae, Myrtaceae dan Verbenaceae. Sekalipun dapat dikatakan pemisahan demikian tidaklah berarti bahwa batas tersebut merupakan garis tegas dari penyebaran vegetasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa penyebaran hutan tropis di Indonesia terdapat terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian.
Hutan tropis di Indonesia sangat kaya menyimpan beragam jenis flora dan fauna, namun sangat rentang terhadap kerusakan hutan. Usaha menjaga keberadaan hutan tropis ini terus dilakukan baik dari dalam negeri maupun pihak luar negeri yang menganggap hutan tropis di Indonesia sebagai Paru-Paru dunia.

 DEFINISI TENTANG HUTAN :


PENGERTIAN DAN DEFINISI PRODUKTIVITAS SERASAH



Pengertian dan Definisi dari Produktivitas Serasah adalah jumlah serasah yang jatuh ke lantai hutan pada periode tertentu, per satuan luas areal tertentu. Dilihat dari sudut pandang ekologi hutan, produktivitas serasah merupakan hal yang sangat penting karena merupakan pengembalian unsur-unsur hara pokok bagi pertumbuhan suatu tegakan hutan, jenis penyusun, tingkat kerapatan pohon dan luas bidang dasar suatu tegakan telah diketahui mempunyai korelasi dengan tingkat produktivitas serasah tegakan. Secara umum hutan-hutan yang selalu hijau mempunyai tingkat produktivitas serasah yang lebih tinggi dibanding dengan hutan yang menggugurkan daun.

Tingkat kesuburan tanah tempat tegakan hutan itu berada, juga berpengaruh terhadap tingkat produksi serasahnya. Pada hutan-hutan di daerah tropis, secara umum mempunyai tingkat produktivitas yang paling tinggi, semakin ke utara atau ke selatan, yaitu untuk hutan-hutan Warm Temperate, Cool Temperate, dan di daerah Artic alphin, semakin menurun tingkat produktivitas serasahnya. Dari hasil penelitian yang sudah ada, perbandingan angka tingkat produksi serasah dari ke empat daerah iklim tersebut, adalah 10 : 5 : 3 : 1.




Secara vertikal, tinggi tempat dari permukaan laut juga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas serasah dari suatu tegakan hutan. Produksi serasah suatu tegakan akan berfluktuasi secara musiman. Fluktuasi tersebut sangat bervariasi, tergantung dari keadaan tegakan serta iklim dimana tegakan tersebut berada. Secara umum, dapat dijelaskan bahwa serasah daun yang merupakan bagian utama dari keseluruhan serasah, mencapai maksimum pada awal dan akhir musim pertumbuhan. Pada hutan hutan di daerah sedang (temperate), misalnya produksi serasah mencapai puncaknya pada musim semi dan musim gugur.

Faktor cuaca seperti adanya angin topan, badai salju dan aktivitas cuaca lainnya, juga sangat berpengaruh terhadap fluktuasi produksi serasah. Disamping faktor yang sifatnya insidentil seperti serangan hama dan penyakit. Produksi serasah suatu tegakan juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Maksimum produksi serasah tahunan umumnya dicapai pada saat terjadi musim bunga, musim buah dan biji, yang besar.

Artikel Terkait :
  1. Pengertian serasah / lantai hutan (forest floor)
  2. Pengertian dan definisi produktivitas serasah
  3. Pengertian humus dan humufikasi
  4. Porositas tanah
  5. Struktur tanah
  6. Pengertian tekstur tanah
  7. Tanah organis
  8. Tanah mineral
  9. Tanah hutan
  10. Definisi dan Pengertian Tanah
  11. Klasifikasi Tanah
  12. Proses Pembentukan Tanah
  13. Pencemaran Tanah
  14. Manfaat Tanah
  15. Unsur Hara Nitrogen (N)
  16. Unsur Hara Fosfor (P)
  17. Unsur Hara Kalium (K)
  18. Bahan Organik Tanah
  19. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  20. Lengas Tanah
  21. Tekstur dan Struktur Tanah
  22. Pemupukan Tanaman

PENGERTIAN SERASAH / LANTAI HUTAN (FOREST FLOOR)


Pengertian dari Serasah pada Lantai Hutan adalah lapisan yang terdiri dari bagian tumbuh-tumbuhan yang telah mati seperti guguran daun, tangkai, ranting, dahan, cabang, kulit kayu, bunga, kulit, onak dan sebagainya, yang menyebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum bahan-bahan tersebut mengalami dekomposisi.

Dalam Bahasa Inggris, istilah serasah sering disebut "Litter" yaitu bahan hasil guguran dari bagian tumbuhan yang menutupi permukaan tanah. Definisi serasah yang dipakai dalam bahasa Inggris yaitu "Litter" bila dilihat dalam terjemahan aslinya ke Bahasa Indonesia diberi arti "kotoran" atau "sampah". Memang bila dilihat tampak jelas bahwa guguran bagian tumbuhan itu mengotori lantai hutan, namun pada akhirnya guguran itu bermanfaat sebagai input unsur hara ke dalam tanah.

Serasah dapat mempengaruhi pola regenerasi semai di hutan hujan tropis dengan proses yang mempengaruhi lingkungan phisik dan kimia (Facelli& Pickett, 1991).

Di tingkat perkecambahan benih, serasah dapat menghalangi cahaya, akan menghambat perkecambahan dengan mengubah perbandingan red/far-red (Vazquez-Yanes et al., 1990); hal ini dapat menjadi suatu penghalang phisik untuk kemunculan semai (Molofsky& Augspurger, 1992), terutama untuk jenis small-seeded yang tidak mempunyai suatu persediaan sumber daya besar (Metcalfe& Turner, 1998), dan dapat menghambat radicula berkecambah mencapai tanah. Serasah dapat juga mencegah pendeteksian benih oleh pemangsa benih, dengan demikian meningkatkan kesempatan sukses perkecambahan (Cintra, 1997).

Untuk tanaman pada tingkat semai, serasah dapat menciptakan lingkungan micro setempat berbeda dengan pelepasan nutrisi atau campuran phytotoxic selama pembusukannya, dengan mengurangi erosi lahan dan evapotranspiration (tetapi mungkin juga menahan curah hujan) dan mengurangi temperatur tanah maksimum.

Serasah juga dapat bertindak sebagai suatu faktor mekanik, merusakkan atau mematikan semai ketika gugur ke tanah (Clark & Clark, 1989; Scariot, 2000). Dapat juga terjadi efek tidak langsung serasah daun, sebagai contoh, kelembaban yang lebih tinggi di dalam lapisan serasah dapat menunjang pertumbuhan jamur pathogens yang dapat kemudian menyerang semai (Garcia-Guzman& Benitez-Malvido, 2003).

Di dalam hutan hujan tropis tingkat serasah gugur sangat tinggi, dan merupakan jalan siklus hara yang paling penting dalam ecosystems (Vitousek& Sanford, 1986; Proctor,1987). Heterogenitas Serasah meningkat dengan perbedaan tingkat pembusukan daun-daun dari jenis yang berbeda. Keanekaragaman jenis serasah pada lantai hutan dapat menciptakan relung regenerasi berbeda (sensu Grubb, 1977) dan karenanya membantu menyumbangkan keanekaragaman jenis yang begitu tinggi dalam hutan hujan tropis.

Tumbuh-tumbuhan hutan hujan tropis lebih nyata proses dekomposisi serasah untuk nutrisi sebagai penyedia hara karena iklim. Oleh karena itu ada kemungkinan bahwa, dalam hutan, variasi utama status nutrisi akan berkaitan dengan variasi masukan nutrisi organik, berasal dari serasah daun.

Artikel Terkait :
  1. Pengertian serasah / lantai hutan (forest floor)
  2. Pengertian dan definisi produktivitas serasah
  3. Pengertian humus dan humufikasi
  4. Bahan organik tanah
  5. Porositas tanah
  6. Struktur tanah
  7. Pengertian tekstur tanah
  8. Tanah organis
  9. Tanah mineral
  10. Tanah hutan
  11. Definisi dan Pengertian Tanah
  12. Klasifikasi Tanah
  13. Proses Pembentukan Tanah
  14. Pencemaran Tanah
  15. Manfaat Tanah
  16. Unsur Hara Nitrogen (N)
  17. Unsur Hara Fosfor (P)
  18. Unsur Hara Kalium (K)
  19. Bahan Organik Tanah
  20. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  21. Lengas Tanah
  22. Tekstur dan Struktur Tanah
  23. Pemupukan Tanaman

CIRI KHAS HUTAN HUJAN TROPIS


Hutan tropis tersebar di daerah beriklim tropis antara 23,27° LU dan 23,27° LS dan ditemukan tiga wilayah di dunia yang mempunyai hutan hujan tropis yaitu :
  • Hutan Hujan Amerika dengan luasan 400 juta ha,
  • Hutan Hujan Indo-Malayan dengan luas 250 juta ha dan
  • Hutan hujan Afrika dengan luas 180 juta ha.
Ciri khas dari hutan hujan tropis dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Biodiversitas yang tinggi
Jenis tumbuhan penyusun hutan hujan tropis sangat beragam, dalam 1 ha bisa ditemui 100 spesies tumbuhan. Dari sekian banyak jenis yang ada baru sebagian kecil yang dikenali dan diketahui manfaatnya. Keanekaragaman ini tidak terjadi pada flora saja tetapi fauna penyusunnya juga beranekaragam. Ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi akan mempunyai stabilitas ekosistem yang mantap.

b. Siklus Hara Tertutup atau Close Nutrient Cycle
Hutan hujan tropis terlihat begitu megah dengan pohon-pohon besar dan kecil yang beragam. Namun sebenarnya hutan-hutan tersebut tumbuh di tanah yang kurang subur, sebagian besar unsur hara tersimpan pada vegetasi. Jika terjadi kerusakan hutan dengan penebangan kayu kemudian diangkut hasilnya maka sebagian besar unsur hara akan hilang dari hutan tersebut.

c. Kondisi Iklim Mikro yang stabil
Kondisi iklim di dalam hutan berbeda dengan di luarnya. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk iklilm (contohnya; angin, suhu, curah hujan, cahaya dan sebagainya) dipengaruhi oleh vegetasi penyusun hutan. Selama vegetasi hutan masih ada akan terbentuk kondisi iklim di dalam hutan relatif stabil (fluktuasi relatif kecil)

d. Spesifik Niche yang tinggi
Keberadaan jenis-jenis penyusun hutan hujan tropis, baik flora maupun fauna dapat hidup dengan baik kalau mereka ada dalam ekosistemnya. Misalnya suatu jenis anggrek hanya bisa tumbuh baik dengan penyusun hutan lainnya. Jika tumbuhan ini dipindahkan ke tempat lain, meski lingkungannya dibuat menyerupai lingkungan hutan hujan tropis tetapi kondisinya akan berbeda.

e. Produktivitas tinggi
Ekosistem hutan hujan tropis lebih tinggi produktivitasnya bila dibandingkan dengan ekosistem lain seperti lahan pertanian, padang rumput, hutan seumur dan lainnya. Hal ini terjadi karena kemampuan mempergunakan energi yang efisien ditunjang oleh jumlah air dan cahaya yang cukup.

Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang mempunyai hutan hujan tropis, harus tetap menjaga dan melestarikan hutan tersebut. Menurut ahli kehutanan, kerusakan hutan tropis di Indonesia mencapai 1,08 juta ha per tahun. Dari angka kerusakan hutan yang cukup tinggi diharapkan semua stake holder dapat berperan nyata untuk tetap memelihara hutan tropis kita yang dianggap sebagai paru-paru dunia. Selanjutnya >>>


Artikel Terkait :

PENGERTIAN DAN DEFINISI HUTAN TROPIS


Pengertian dan Definisi dari Hutan tropis adalah hutan alam yang terletak di antara garis 23°27" Lintang Utara dan 23°27" Lintang Selatan, berada pada daerah iklim tropis. Hutan Tropis terdapat di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia bagian Utara, sebagian besar wilayah Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah dan sebagian besar wilayah Amerika Selatan. Luas dari daerah tropis mencakup 30 persen dari keseluruhan wilayah di permukaan bumi.

Di daerah hutan tropis hanya terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan curah hujan yang tinggi. Berbeda dengan daerah sub tropis atau temperate yang mempunyai empat musim yaitu musim panas (summer), musim gugur (autum), musim dingin (winter) dan musim semi (spring).

Keragaman jenis satwa maupun flora di daerah hutan tropis sangat tinggi dibandingkan pada lokasi yang lain. Kondisi habitat pada daerah hutan tropis sangat heterogen, menyebabkan muculnya keanekaragaman jenis yang tinggi. Keranekaragaman jenis yang terbesar terdapat pada hutan tropis di Asia Tenggara, kemudian hutan tropis Amazon setelah itu hutan tropis Afrika. Perkiraan jumlah spesies pohon di hutan tropis Asia Tenggara sebanyak 12.000 - 15.000 spesies, untuk hutan tropis Amazon Amerika Latin sebesar 5000 - 7000 spesies, sedang pada hutan tropis Afrika sebesar 2000 - 5000 spesies.

Struktur hutan tropis secara vertikal terdapat beberapa stratifikasi. Struktur vertikal hutan tropis berlapis-lapis disebut stratum yang terdiri dari :

  • Stratum bawah
  • Stratum tengah
  • Stratum atas
  • Pohon tertinggi

Richard (1952) membagi stratifikasi pada hutan tropis menjadi beberapa stratum tergantung kondisi hutan tropis tersebut, seperti Stratum A, Stratum B, Stratum C, Startum D, dan Stratum E.



Artikel Terkait :

TANAH HUTAN


Tanah hutan adalah jenis tanah yang terbentuk dan berkembang di bawah pengaruh lingkungan hutan. Tanah hutan pada daerah hutan hujan tropis mempunyai kondisi pH yang rendah dan miskin unsur hara karena proses pencucian. Sedangkan kandungan unsur hara tertentu pada tanah lebih rendah dibandingkan yang berada dalam tegakan atau pohon-pohon.
Kapasitas Pertukaran Kation pada tanah hutan hujan tropis rendah namun keadaan humus dan bahan organik diatas tanah dapat memberikan kondisi yang lebih baik karena mempunyai kapasitas pertukaran kation yang tinggi.

Tanah hutan mempunyai mekanisme yang dikenal dengan nama "siklus hara tertutup", dimana siklus unsur hara berputar hanya di dalam hutan, bila terjadi eksploitasi hutan maka unsur-unsur hara di dalam pohon akan terbawa keluar hutan. Bila hal ini terjadi terus-menerus mengakibatkan siklus unsur hara terganggu dan tidak terjadi keseimbangan.

Artikel Terkait :

  1. Definisi dan Pengertian Tanah
  2. Manfaat Tanah
  3. Profil Tanah
  4. Proses Pembentukan Tanah
  5. Pencemaran Tanah
  6. Klasifikasi Jenis Tanah
  7. Unsur Hara Nitrogen (N)
  8. Unsur Hara Fosfor (P)
  9. Unsur Hara Kalium (K)
  10. Bahan Organik Tanah
  11. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  12. Lengas Tanah
  13. Tekstur dan Struktur Tanah
  14. Jenis Tanah
  15. Pemupukan Tanaman
  16. Perbaikan Kesuburan Tanah dengan Sistem Agroforestri

ANALISIS VEGETASI

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :
  1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
  2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.


 
 
Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systimatic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu.
 
 

Macam dan Tipe Hutan di Indonesia

Tipe hutan di Indonesia dapat dibedakan dengan melihat faktor utama yang mempengaruhinya, yaitu wilayah, edafik (tanah) dan iklim.

Faktor wilayah didasarkan pada letak Indonesia yang berada diantara benua Asia dan Australia, sehingga pengaruh vegetasi dari kedua benua tersebut tampak nyata dari barat ke timur. Oleh karena itu, hutan Indonesia dapat dibedakan ke dalam:

  1. Zona barat, yaitu hutan dengan pengaruh kuat vegetasi daratan Asia, meliputi pulau-pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa;
  2. Zona peralihan, yaitu hutan dengan pengaruh vegetasi Asia dan Australia sama besar, meliputi pulau Sulawesi dan pulau-pulau kecil di sekitarnya;
  3. Zona timur, yaitu hutan dengan pengaruh kuat vegetasi Australia, meliputi Irian Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara.

Disamping itu, juga terdapat pembagian ekosistem termasuk hutan Indonesia yang lebih mendalam, yaitu berdasarkan Biogeographic region. Menurut pembagian ini, terdapat tujuh wilayah, yaitu
(1) Sumatra,
(2) Kalimantan,
(3) Jawa-Bali,
(4) Sulawesi,
(5) Nusa Tenggara,
(6) Maluku, dan
(7) Irian Jaya.

Tipe atau formasi hutan sebagai hasil dari pengaruh faktor edafik dan iklim secara garis besar dapat dibedakan menjadi :

a. Hutan payau (mangrove) dengan ciri umum antara lain sebagai berikut:
  • Tidak terpengaruh iklim;
  • Terpengaruh pasang surut,
  • Tanah tergenang air laut, tanah lumpur atau pasir, terutama tanah liat;
  • Tanah rendah pantai; - Hutan tidak mempunyai strata tajuk;
  • Tinggi pohon dapat mencapai 30 m;
  • Tumbuh di pantai merupakan jalur.

b. Hutan rawa (swamp forest) dengan ciri umum antara lain sebagai berikut:
  • Tidak terpengaruh iklim;
  • Tanah tergenang air tawar;
  • Umumnya terdapat di belakang hutan payau;
  • Tanah rendah;
  • Tajuk terdiri dari beberapa strata;
  • Pohon dapat mencapai tinggi 50 - 60 m;
  • Terdapat terutama di Sumatera dan Kalimantan mengikuti sungai-sungai besar.

c. Hutan pantai (beach forest) dengan ciri umum antara lain sebagai berikut:
  • Tidak terpengaruh iklim;
  • Tanah kering (tanah pasir, berbatu karang, lempung);
  • Tanah rendah pantai;
  • Pohon kadang-kadang ditumbuhi epyphit
  • Terdapat terutama di pantai selatan P. Jawa, pantai barat daya Sumatera dan pantai Sulawesi.

d. Hutan Gambut (peat swamp forest) dengan ciri antara lain sebagai berikut:
  • Iklim selalu basah;
  • Tanah tergenang air gambut, lapisan gambut 1 - 20 m;
  • Tanah rendah rata;
  • Terdapat di Kalimantan Barat dan Tengah, Sumatera Selatan dan Jambi.

e. Hutan Karangas (heath forest) dengan ciri antara lain sebagai berikut:
  • Iklim selalu basah;
  • Tanah pasir, podsol;
  • Tanah rendah rata; .
  • Terdapat di Kalimantan Tengah.

f. Hutan Hujan Tropik (tropical rain forest) dengan ciri umum antara lain sbb:
  • Iklim selalu. basah;
  • Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah;
  • Terdapat di pedalaman yang selanjutnya dapat dibagi lagi menurut ketinggian daerahnya, yaitu :
  1. hutan hujan bawah, terdapat pada tanah rendah rata atau berbukit dengan ketinggian 2 - 2000 m dpl.;
  2. hutan hujan tengah, terdapat pada dataran tinggi dengan ketinggian 1000 – 3000 m dpl.;
  3. hutan hujan atas, terdapat di daerah pegunungan dengan ketinggian 3000 - 4000 m dpl.; Tipe hutan ini terdapat terutama di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.

g. Hutan musim (monsoon forest) dengan ciri umum antara lain sebagai berikut:
  • Iklim musim;
  • Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah;
  • Terdapat di pedalaman yang selanjutnya dapat dibagi lagi menurut ketinggian, yaitu:
  1. hutan musim bawah terdapat pada ketinggian 2 - 1000 m dpl.;
  2. hutan musim tengah atas terdapat pada ketinggian 1000 - 4000 m dpl.;
  • Terdapat secara mozaik diantara hutan hujan di Jawa dan Nusa Tenggara.

Artikel Terkait :

MANFAAT HUTAN

Sejak jaman nenek moyang manusia, hutan telah dijadikan sebagai lahan untuk mencari nafkah hidup. Sejak itu pula telah ada kearifan lokal manusia untuk melindungi dan melestarikan hutan dan lingkungannya sehingga hutan tetap menjadi primadona penopang kehidupan mereka.
Hutan diketahui memiliki manfaat yang langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia, seperti yang dikemukakan sebagai berikut.

1. Manfaat langsung
1.1. Sumber bahan/konstruksi bangunan (rumah, jembatan, kapal, perahu, bantalan kereta api, tiang listrik, plywood, particle board, panel-panel dll).
1.2. Sumber bahan pembuatan perabot rumah (meubel, ukiran, piring, senduk, mangkok dll).
1.3. Sumber bahan pangan (sagu, umbian, sayuran, dll).
1.4. Sumber protein (madu, daging, sarang burung, dll).
1.5. Sumber pendukung fasilitas pendidikan (pinsil dan kertas).
1.6. Sumber bahan bakar (kayu api, arang dll).
1.7. Sumber oksigen (pernapasan manusia, respirasi hewan)
1.8. Sumber pendapatan (penjualan hasil hutan kayu dan non kayu)
1.9. Sumber obat-abatan (daun, kulit, getah, buah/biji)
1.10. Habitat satwa (makan, minum, main, tidur) 

manfaat hutan sumber kayu

2. Manfaat tidak langsung

2.1. Pengatur sistem tata air (debit air, erosi, banjir, kekeringan)
2.2. Kontrol pola iklim (suhu, kelembaban, penguapan)
2.3. Kontrol pemanasan bumi
2.4. Ekowisata (rekreasi, berburu, camping dll)
2.5. Laboratorium plasma nutfah (taman nasional, kebun raya dll)
2.6. Pusat pendidikan dan penelitian
2.7. Sumber bahan pendukung industri-industri kimia (pewarna, terpen, kosmetik, obat-obatan, tekstil dll).
2.8. Menghasilkan devisa lewat program CDM dan REDD.
manfaat hutan sebagai habitat satwa

Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dengan demikian berarti berkaitan dengan proses-proses yang berhubungan yaitu:

1. Hidrologis,
artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.

2. Iklim,
artinya komponen ekosistern alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro.

manfaat hutan unsur iklim

3. Kesuburan tanah,
artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti jenis batu induk yang membentuknya, kondisi selama dalam proses pembentukan, tekstur dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air tanah, topografi wilayah, vegetasi dan jasad jasad hidup. Faktor­-faktor inilah yang kelak menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi hutan.

4. Keanekaragaman genetik,
artinya hutan memiliki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna. Apabila hutan tidak diperhatikan dalam pemanfaatan dan kelangsungannya, tidaklah mustahil akan terjadi erosi genetik. Hal ini terjadi karena hutan semakin berkurang habitatnya.

5. Sumber daya alam,
artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang inciustri. Selain itu hutan juga memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kayu juga dihasilkan bahan lain seperti damar, kopal, gondorukem, terpentin, kayu putih dan rotan serta tanaman obat-obatan.

6. Wilayah wisata alam,
artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan sebagainya.

Manfaat Hutan

Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan:
  1. menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional;
  2. mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari;
  3. meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;
  4. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal; dan
  5. menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Sampai saat ini manusia tergantung dari hutan bahkan semakin dirasakan manfaatnya terutama dalam (1) nilai ekonomi, (2) nilai lingkungan dan (3) nilai kepuasan.


Artikel Terkait :

DEFINISI TENTANG HUTAN :



Pengertian Abrasi Pantai

Definisi Abrasi atau Pengertian Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Ada yang mengatakan Abrasi sebagai erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipengaruhi oleh gejala alami dan tindakan manusia.

Tindakan manusia yang mendorong terjadinya abrasi adalah pengambilan batu dan pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan. Selain itu penebangan pohon-pohon pada hutan pantai atau hutan mangrove memacu terjadinya abrasi pantai lebih cepat.

Abrasi Pantai yang menumbangkan Pohon

Hutan Pantai yang tidak terjadi abrasi mempunyai beberapa zonasi yang jelas, yaitu zone Ipomea pescaprae dan zone Barringtonia. Zone Ipomea pescaprae biasanya didominasi oleh Ipomea pescaprae dan Spinifex littoreus (rumput angin). Sedangkan zone Barringtonia sering terdapat jenis-jenis pohon Barringtonia asiatica, Pongamia pinnata Merr, Cordia subcordata L, Calophyllum inophyllum L, Terminalia cattapa L, dll.

zone ipomea pescaprae tidak terkena abrasi pantai

Zone Ipomea pescaprae

Untuk terjadinya abrasi pantai perlu dilakukan penanaman mangrove dan pohon-pohon pada hutan pantai serta memelihara pohon-pohon tersebut dari gangguan manusia.

Hutan Mangrove Mencegah Abrasi Pantai
Hutan Mangrove

Manusia mengambil kayu dari hutan mangrove dan hutan pantai untuk kehidupan sehari-hari, apabila pengambilan kayu dilakukan secara terus-menerus maka pohon-pohon di pesisir pantai akan berkurang. Kerapatan pohon yang rendah pada pesisir pantai memperbesar peluang terjadinya abrasi.

abrasi pantai
Hutan Pantai

Artikel Terkait :

Manfaat Hutan Mangrove

Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak. Hutan Mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem Mangorove juga sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat Mangorove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator.
Beberapa manfaat hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:
Manfaat / Fungsi Fisik :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

Manfaat / Fungsi Biologi :
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan satwa lain.
4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

Manfaat / Fungsi Ekonomi :
1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.



Artikel Terkait :
  1. Definisi Mangrove
  2. Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove
  3. Zonasi dan Syarat Pertumbuhan Mangrove
  4. Zonasi Hutan Mangrove Menurut Komposisi Jenis
  5. Jenis Perakaran Akar Nafas (Pneumatophore) Pada Hutan Mangrove.
  6. Suksesi Hutan Mangrove
  7. Manfaat Hutan Mangrove Teluk Kotania Kabupaten Seram Barat Maluku
  8. Jenis - Jenis Tumbuhan Mangrove
  9. Penyebaran Hutan Mangrove
  10. Struktur Hutan Mangrove
  11. Komposisi Jenis dan Zonasi Hutan Mangrove
  12. Zonasi Hutan Mangrove Andaman
  13. Sistim Silvikultur Hutan Mangrove
  14. Gambar-Gambar Hutan Mangrove
  15. Hutan Mangrove dan Manfaatnya
  16. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove
  17. Perbanyakan Mangrove dengan Sistem Cangkok dalam Upaya Regenerasi Mangrove
  18. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumberhayati Perikanan Pantai
  19. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat
  20. Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove
  21. Pembuatan Tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove
  22. Vegetasi-vegetasi di Tepi Pantai.
  23. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer