Showing posts with label CIRI KHAS HUTAN TROPIS. Show all posts
Showing posts with label CIRI KHAS HUTAN TROPIS. Show all posts

STRUKTUR HUTAN | Struktur Vertikal maupun Horisontal


Struktur Hutan terbagai menjadi dua bagian yaitu struktur hutan secara vertikal maupun horisontal. Dalam komunitas hutan selalu terjadi kehidupan bersama saling ketergantungan maupun persaingan sehingga dikenal adanya lapisan-lapisan bentuk kehidupan.

Daniel at al.(1992), menyatakan struktur tegakan atau hutan menunjukkan sebaran umur dan atau kelas diameter dan kelas tajuk. Sementara itu dinyatakan struktur hutan menunjukkan stratifikasi yang tegas antara stratum A, stratum B dan stratum C yang tingginya secara berurutan sekitar 40, 20 dan 10 meter.

Struktur suatu tegakan terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya.
Menurut Kershaw (1974) struktur suatu vegetasi tegakan hutan terdiri atas 3 komponen yaitu :
  • Struktur vegetasi tegakan berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, pancang, semai, dan herba penyusun vegetasi.
  • Sebaran horizontal. Jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhaadap individu lain.
  • Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas
Stuktur vertikal hutan hujan tropis biasa menunjukan stratifikasi dari dengan beberapa tingkatan, misalnya A, B, C, D dan E. Stratum D dan E merupakan tumbuhan bawah dan herba yang hidup dalam naungan pohon-pohon yang besar.


Artikel Terkait :

PENGERTIAN DAN DEFINISI HUTAN HUJAN TROPIS


Pengertian dan Definisi dari Hutan hujan tropis adalah hutan yang berada pada daerah tropis dengan curah hujan yang melimpah berkisar 2000 - 4000 mm pertahun. Suhunya tinggi (rata-rata sekitar 25-26°C) dan mempunyai kelembaban rata-rata sekitar 80%. Komponen dasar hutan tersebut adalah pohon dengan ketinggian mencapai rata-rata 30 meter.

Hutan hujan tropis merupakan suatu komunitas yang sangat kompleks dengan ciri yang utama adalah pepohonan dengan berbagai ukuran. Kanopi hutan menyebabkan iklim mikro yang berbeda dengan keadaan di luarnya; cahaya kurang dan kelembaban yang lebih tinggi dengan suhu yang rendah.



Ciri khas hutan hujan tropis yang mencolok yaitu penutupnya mayoritas terdiri dari tanaman berkayu berbentuk pohon. Sebagian besar tanaman pemanjat dan beberapa jenis epifit yang berkayu (woody). Tumbuhan bawah terdiri dari tumbuhan berkayu, semai (seedling) dan pancang (sapling), belukar (shurb) dan pemanjat-pemanjat muda. Tumbuhan herba yang terdapat ialah beberapa epifit sebagai bagian dari tumbuhan bawah dalam proporsi yang relatif kecil.



DEFINISI TENTANG HUTAN :

PENYEBARAN HUTAN TROPIS DI INDONESIA | Terbagi dalam 3 zone vegetasi.



Formasi Penyebaran Hutan Tropis Di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga zone vegetasi, yaitu :
  1. Zone barat, yang berada dibawah pengaruh vegetasi Asia, meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan dengan jenis-jenis kayu yang dominan dari famili Dipterocarpaceae.
  2. Zone timur, berada dibawah pengaruh Australia meliputi vegetasi pulau Maluku,Nusa Tenggara dan Irian. Jenis dominan adalah dari famili Araucariaceae dan Myrtaceae.
  3. Zone peralihan, dimana pengaruh dari kedua benua tersebut bertemu yaitu pulau Jawa dan Sulawesi, terdapat jenis dari famili Araucariaceae, Myrtaceae dan Verbenaceae. Sekalipun dapat dikatakan pemisahan demikian tidaklah berarti bahwa batas tersebut merupakan garis tegas dari penyebaran vegetasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa penyebaran hutan tropis di Indonesia terdapat terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian.
Hutan tropis di Indonesia sangat kaya menyimpan beragam jenis flora dan fauna, namun sangat rentang terhadap kerusakan hutan. Usaha menjaga keberadaan hutan tropis ini terus dilakukan baik dari dalam negeri maupun pihak luar negeri yang menganggap hutan tropis di Indonesia sebagai Paru-Paru dunia.

 DEFINISI TENTANG HUTAN :


DEFINISI DAN PENGERTIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI TUMBUHAN HUTAN


Definisi dan Pengertian struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan hutan diberikan oleh beberapa ahli dalam bidang kehutanan. Untuk menjelaskan Struktur dan Komposisi Vegetasi, Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan.

Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
  1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.
  2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
  3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Hutan hujan tropika terkenal karena pelapisannya, ini berarti bahwa populasi campuran di dalamnya disusun pada arah vertikal dengan jarak teratur secara kontinu. Tampaknya pelapisan vertikal komunitas hutan itu mempunyai sebaran populasi hewan yang hidup dalam hutan itu. Sering terdapat suatu atau beberapa populasi yang dalam kehidupan dan pencarian makanannya (Whitmore,1975).

Selanjutnya Kershaw (1973) menyatakan, stratifikasi hutan hujan tropika dapat dibedakan menjadi 5 lapisan, yaitu : Lapisan A (lapisan pohonpohon yang tertinggi atau emergent), lapisan B dan C (lapisan pohon-pohon yang berada dibawahnya atau yang berukuran sedang), lapisan D (lapisan semak dan belukar) dan lapisan E (merupakan lantai hutan). Struktur suatu masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat dilihat dari gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba tanah. Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekwensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenisjenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara dan Indrawan,1988).

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusmana, 1997).

Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq and Reynolds, 1988).




Tulisan - Tulisan Berkaitan :
  1. Analisis Vegetasi Untuk Pengelolaan Hutan Lindung Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku
  2. Ekologi Hutan - Mempelajari Ekosistem Hutan
  3. Struktur Hutan Hujan Tropika
  4. Definisi dan Pengertian Hutan
  5. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  6. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  7. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  8. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  9. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  10. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  11. Tipe-tipe Hutan Tropika
  12. Perbandingan Struktur Hutan Alam dan Struktur Hutan Tanaman (Hutan Kendal)
  13. Penilaian Kesehatan Hutan
  14. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Hutan
  15. Diversitas serangga pada beberapa tipe penggunaan lahan di Kawasan Bukit Mandiangin Tahura Sultan Adam Kalimantan Selatan

PENGERTIAN DAN DEFINISI PRODUKTIVITAS SERASAH



Pengertian dan Definisi dari Produktivitas Serasah adalah jumlah serasah yang jatuh ke lantai hutan pada periode tertentu, per satuan luas areal tertentu. Dilihat dari sudut pandang ekologi hutan, produktivitas serasah merupakan hal yang sangat penting karena merupakan pengembalian unsur-unsur hara pokok bagi pertumbuhan suatu tegakan hutan, jenis penyusun, tingkat kerapatan pohon dan luas bidang dasar suatu tegakan telah diketahui mempunyai korelasi dengan tingkat produktivitas serasah tegakan. Secara umum hutan-hutan yang selalu hijau mempunyai tingkat produktivitas serasah yang lebih tinggi dibanding dengan hutan yang menggugurkan daun.

Tingkat kesuburan tanah tempat tegakan hutan itu berada, juga berpengaruh terhadap tingkat produksi serasahnya. Pada hutan-hutan di daerah tropis, secara umum mempunyai tingkat produktivitas yang paling tinggi, semakin ke utara atau ke selatan, yaitu untuk hutan-hutan Warm Temperate, Cool Temperate, dan di daerah Artic alphin, semakin menurun tingkat produktivitas serasahnya. Dari hasil penelitian yang sudah ada, perbandingan angka tingkat produksi serasah dari ke empat daerah iklim tersebut, adalah 10 : 5 : 3 : 1.




Secara vertikal, tinggi tempat dari permukaan laut juga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas serasah dari suatu tegakan hutan. Produksi serasah suatu tegakan akan berfluktuasi secara musiman. Fluktuasi tersebut sangat bervariasi, tergantung dari keadaan tegakan serta iklim dimana tegakan tersebut berada. Secara umum, dapat dijelaskan bahwa serasah daun yang merupakan bagian utama dari keseluruhan serasah, mencapai maksimum pada awal dan akhir musim pertumbuhan. Pada hutan hutan di daerah sedang (temperate), misalnya produksi serasah mencapai puncaknya pada musim semi dan musim gugur.

Faktor cuaca seperti adanya angin topan, badai salju dan aktivitas cuaca lainnya, juga sangat berpengaruh terhadap fluktuasi produksi serasah. Disamping faktor yang sifatnya insidentil seperti serangan hama dan penyakit. Produksi serasah suatu tegakan juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Maksimum produksi serasah tahunan umumnya dicapai pada saat terjadi musim bunga, musim buah dan biji, yang besar.

Artikel Terkait :
  1. Pengertian serasah / lantai hutan (forest floor)
  2. Pengertian dan definisi produktivitas serasah
  3. Pengertian humus dan humufikasi
  4. Porositas tanah
  5. Struktur tanah
  6. Pengertian tekstur tanah
  7. Tanah organis
  8. Tanah mineral
  9. Tanah hutan
  10. Definisi dan Pengertian Tanah
  11. Klasifikasi Tanah
  12. Proses Pembentukan Tanah
  13. Pencemaran Tanah
  14. Manfaat Tanah
  15. Unsur Hara Nitrogen (N)
  16. Unsur Hara Fosfor (P)
  17. Unsur Hara Kalium (K)
  18. Bahan Organik Tanah
  19. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  20. Lengas Tanah
  21. Tekstur dan Struktur Tanah
  22. Pemupukan Tanaman

PENGERTIAN SERASAH / LANTAI HUTAN (FOREST FLOOR)


Pengertian dari Serasah pada Lantai Hutan adalah lapisan yang terdiri dari bagian tumbuh-tumbuhan yang telah mati seperti guguran daun, tangkai, ranting, dahan, cabang, kulit kayu, bunga, kulit, onak dan sebagainya, yang menyebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum bahan-bahan tersebut mengalami dekomposisi.

Dalam Bahasa Inggris, istilah serasah sering disebut "Litter" yaitu bahan hasil guguran dari bagian tumbuhan yang menutupi permukaan tanah. Definisi serasah yang dipakai dalam bahasa Inggris yaitu "Litter" bila dilihat dalam terjemahan aslinya ke Bahasa Indonesia diberi arti "kotoran" atau "sampah". Memang bila dilihat tampak jelas bahwa guguran bagian tumbuhan itu mengotori lantai hutan, namun pada akhirnya guguran itu bermanfaat sebagai input unsur hara ke dalam tanah.

Serasah dapat mempengaruhi pola regenerasi semai di hutan hujan tropis dengan proses yang mempengaruhi lingkungan phisik dan kimia (Facelli& Pickett, 1991).

Di tingkat perkecambahan benih, serasah dapat menghalangi cahaya, akan menghambat perkecambahan dengan mengubah perbandingan red/far-red (Vazquez-Yanes et al., 1990); hal ini dapat menjadi suatu penghalang phisik untuk kemunculan semai (Molofsky& Augspurger, 1992), terutama untuk jenis small-seeded yang tidak mempunyai suatu persediaan sumber daya besar (Metcalfe& Turner, 1998), dan dapat menghambat radicula berkecambah mencapai tanah. Serasah dapat juga mencegah pendeteksian benih oleh pemangsa benih, dengan demikian meningkatkan kesempatan sukses perkecambahan (Cintra, 1997).

Untuk tanaman pada tingkat semai, serasah dapat menciptakan lingkungan micro setempat berbeda dengan pelepasan nutrisi atau campuran phytotoxic selama pembusukannya, dengan mengurangi erosi lahan dan evapotranspiration (tetapi mungkin juga menahan curah hujan) dan mengurangi temperatur tanah maksimum.

Serasah juga dapat bertindak sebagai suatu faktor mekanik, merusakkan atau mematikan semai ketika gugur ke tanah (Clark & Clark, 1989; Scariot, 2000). Dapat juga terjadi efek tidak langsung serasah daun, sebagai contoh, kelembaban yang lebih tinggi di dalam lapisan serasah dapat menunjang pertumbuhan jamur pathogens yang dapat kemudian menyerang semai (Garcia-Guzman& Benitez-Malvido, 2003).

Di dalam hutan hujan tropis tingkat serasah gugur sangat tinggi, dan merupakan jalan siklus hara yang paling penting dalam ecosystems (Vitousek& Sanford, 1986; Proctor,1987). Heterogenitas Serasah meningkat dengan perbedaan tingkat pembusukan daun-daun dari jenis yang berbeda. Keanekaragaman jenis serasah pada lantai hutan dapat menciptakan relung regenerasi berbeda (sensu Grubb, 1977) dan karenanya membantu menyumbangkan keanekaragaman jenis yang begitu tinggi dalam hutan hujan tropis.

Tumbuh-tumbuhan hutan hujan tropis lebih nyata proses dekomposisi serasah untuk nutrisi sebagai penyedia hara karena iklim. Oleh karena itu ada kemungkinan bahwa, dalam hutan, variasi utama status nutrisi akan berkaitan dengan variasi masukan nutrisi organik, berasal dari serasah daun.

Artikel Terkait :
  1. Pengertian serasah / lantai hutan (forest floor)
  2. Pengertian dan definisi produktivitas serasah
  3. Pengertian humus dan humufikasi
  4. Bahan organik tanah
  5. Porositas tanah
  6. Struktur tanah
  7. Pengertian tekstur tanah
  8. Tanah organis
  9. Tanah mineral
  10. Tanah hutan
  11. Definisi dan Pengertian Tanah
  12. Klasifikasi Tanah
  13. Proses Pembentukan Tanah
  14. Pencemaran Tanah
  15. Manfaat Tanah
  16. Unsur Hara Nitrogen (N)
  17. Unsur Hara Fosfor (P)
  18. Unsur Hara Kalium (K)
  19. Bahan Organik Tanah
  20. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  21. Lengas Tanah
  22. Tekstur dan Struktur Tanah
  23. Pemupukan Tanaman

PROSES SUKSESI TUMBUHAN | KLIMAKS IKLIM


Klimaks iklim merupakan tingkat terakhir dari suatu proses Suksesi, baik primer maupun sekunder dengan komposisi dan struktur alam ditentukan oleh faktor-faktor iklim, dengan vegetasi dominan yang stabil. Jenis dominan ini tidak dapat diganti oleh tumbuhan lain, kecuali kalau terjadi perubahan iklim, atau adanya gangguan dari luar.

Secara umum, kondisi klimaks iklim bagi suatu daerah yang cukup air, adalah berupa hutan. Apabila kurang cukup air maka akan berupa padang rumput, semak belukar atau savana. Apabila kondisinya terlalu kering maka akan dapat berupa Gurun Pasir.

Dalam suatu ekosistem hutan, terdapat suatu Tahapan Suksesi yang mencapai klimaks. Jenis-jenis pionir pada akhirnya akan diganti oleh jenis-jenis yang kurang agresif, yang menyelinap di bawah kanopi.

Ciri-ciri bahwa hutan dalam tingkatan klimaks adalah : vegetasi dalam keadaan stabil, jenis dominan akan mengganti dirinya sendiri, tidak ada jenis dominan baru yang masuk, kondisi tanahnya mantap; dan komposisi jenisnya seragam untuk daerah-daerah yang mempunyai tipe iklim sama.

Sulit untuk mengenali suatu hutan klimaks yang sebenarnya, karena vegetasi yang stabil dalam suatu daerah yang luas mungkin akan sering mengalami gangguan-gangguan seperti adanya berbagai macam aktivitas manusia, kebakaran yang berulang-ulang serta adanya penggembalaan. Adanya gangguan-gangguan eksternal secara terus-menerus, akan menghasilkan vegetasi yang seolah-oleh telah sampai pada kondisi klimaks. Kondisi vegetasi ini dikenal dengan istilah "sub klimaks".

Tulisan-Tulisan Berkaitan :
  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
  7. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  8. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  9. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  10. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  11. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  12. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  13. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  14. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  15. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  16. Definisi Habitat
  17. Definisi Homoestatis
  18. Definisi Ekotipe
  19. Pengertian Ekosistem
  20. Pengertian Lingkungan
  21. Pencemaran Lingkungan
  22. Ekologi
  23. Ekologi Hutan
  24. Parasit
  25. Predator
  26. Pemangsaan
  27. Heterogenitas Ruang
  28. Persaingan
  29. Definisi dan Pengertian Hutan
  30. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  31. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  32. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  33. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  34. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  35. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  36. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  37. Tipe-tipe Hutan Tropika
  38. Struktur Hutan Hujan Tropika
  39. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  40. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  41. Pengelolaan Hutan Tanaman
  42. Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  44. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  45. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  46. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  48. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  49. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara

PENGERTIAN HUMUS DAN HUMUFIKASI


Definisi dan Pengertian Humus adalah Lapisan sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami penguraian menjadi fraksi-fraksi yang lebih stabil. Lapisan ini terjadi karena proses pengendapan akibat adanya pencucian dari lapisan di atasnya.

Humus merupakan lapisan bahan organik yang berasal dari daun, kayu dan lainnya yang menjadi lapuk sesudah mengalami proses pelapukan di atas permukaan tanah. Lazimnya berwarna hitam, banyak mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan. Dapat juga dibatasi sebagai tanah yang berkembang dari endapan yang belum membentuk horizon.

Definisi dan Pengertian Humufikasi adalah suatu proses penghancuran guguran-guguran daun, ranting-ranting, cabang pohon dan batang pohon yang tumbang serta mikroorganisme di dalam hutan.

Humus atau disebut juga Humida Acid  mempunyai pH yang rendah karena bersifat asam.  Bila dilihat dari gambar profil tanah secara vertikal, biasanya humus terletak di bagian atas tetapi di bawah seresah. Sererah inilah yang akan mengalami proses humufikasi dan fermentasi selanjutnya terbentuk humus.

Pada tanah hutan hujan tropis yang terkenal "miskin hara", humus sangat membantu meningkatkan kesuburan tanah karena mempunyai kapasitas pertukaran kation yang tinggi serta kaya akan bahan organik.

Artikel Terkait :
  1. Pengertian serasah / lantai hutan (forest floor)
  2. Pengertian dan definisi produktivitas serasah
  3. Pengertian humus dan humufikasi
  4. Bahan organik tanah
  5. Porositas tanah
  6. Struktur tanah
  7. Pengertian tekstur tanah
  8. Tanah organis
  9. Tanah mineral
  10. Tanah hutan
  11. Definisi dan Pengertian Tanah
  12. Klasifikasi Tanah
  13. Proses Pembentukan Tanah
  14. Pencemaran Tanah
  15. Manfaat Tanah
  16. Unsur Hara Nitrogen (N)
  17. Unsur Hara Fosfor (P)
  18. Unsur Hara Kalium (K)
  19. Bahan Organik Tanah
  20. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  21. Lengas Tanah
  22. Tekstur dan Struktur Tanah
  23. Pemupukan Tanaman

CIRI KHAS HUTAN HUJAN TROPIS


Hutan tropis tersebar di daerah beriklim tropis antara 23,27° LU dan 23,27° LS dan ditemukan tiga wilayah di dunia yang mempunyai hutan hujan tropis yaitu :
  • Hutan Hujan Amerika dengan luasan 400 juta ha,
  • Hutan Hujan Indo-Malayan dengan luas 250 juta ha dan
  • Hutan hujan Afrika dengan luas 180 juta ha.
Ciri khas dari hutan hujan tropis dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Biodiversitas yang tinggi
Jenis tumbuhan penyusun hutan hujan tropis sangat beragam, dalam 1 ha bisa ditemui 100 spesies tumbuhan. Dari sekian banyak jenis yang ada baru sebagian kecil yang dikenali dan diketahui manfaatnya. Keanekaragaman ini tidak terjadi pada flora saja tetapi fauna penyusunnya juga beranekaragam. Ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi akan mempunyai stabilitas ekosistem yang mantap.

b. Siklus Hara Tertutup atau Close Nutrient Cycle
Hutan hujan tropis terlihat begitu megah dengan pohon-pohon besar dan kecil yang beragam. Namun sebenarnya hutan-hutan tersebut tumbuh di tanah yang kurang subur, sebagian besar unsur hara tersimpan pada vegetasi. Jika terjadi kerusakan hutan dengan penebangan kayu kemudian diangkut hasilnya maka sebagian besar unsur hara akan hilang dari hutan tersebut.

c. Kondisi Iklim Mikro yang stabil
Kondisi iklim di dalam hutan berbeda dengan di luarnya. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk iklilm (contohnya; angin, suhu, curah hujan, cahaya dan sebagainya) dipengaruhi oleh vegetasi penyusun hutan. Selama vegetasi hutan masih ada akan terbentuk kondisi iklim di dalam hutan relatif stabil (fluktuasi relatif kecil)

d. Spesifik Niche yang tinggi
Keberadaan jenis-jenis penyusun hutan hujan tropis, baik flora maupun fauna dapat hidup dengan baik kalau mereka ada dalam ekosistemnya. Misalnya suatu jenis anggrek hanya bisa tumbuh baik dengan penyusun hutan lainnya. Jika tumbuhan ini dipindahkan ke tempat lain, meski lingkungannya dibuat menyerupai lingkungan hutan hujan tropis tetapi kondisinya akan berbeda.

e. Produktivitas tinggi
Ekosistem hutan hujan tropis lebih tinggi produktivitasnya bila dibandingkan dengan ekosistem lain seperti lahan pertanian, padang rumput, hutan seumur dan lainnya. Hal ini terjadi karena kemampuan mempergunakan energi yang efisien ditunjang oleh jumlah air dan cahaya yang cukup.

Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang mempunyai hutan hujan tropis, harus tetap menjaga dan melestarikan hutan tersebut. Menurut ahli kehutanan, kerusakan hutan tropis di Indonesia mencapai 1,08 juta ha per tahun. Dari angka kerusakan hutan yang cukup tinggi diharapkan semua stake holder dapat berperan nyata untuk tetap memelihara hutan tropis kita yang dianggap sebagai paru-paru dunia. Selanjutnya >>>


Artikel Terkait :

KLASIFIKASI HUTAN TROPIS, RANGKUMAN dan Soal-Soal Latihan

KLASIFIKASI HUTAN TROPIS


A. Tipe Hutan Berdasarkan Faktor Iklim

Di daerah tropis umumnya temperaturnya tinggi dan ketersediaan air merupakan faktor yang sangat penting. Berdasarkan dua faktor tersebut dilahirkan berbagai zonasi atau pengelompokan vegetasi dengan cara-cara yang berbeda.
Klasifikasi berdasarkan kedua hal tersebut dilakukan antara lain oleh :
- de Martone (1926)
- Koeppen (1936)
- Koeppen dan Trewartha (1943) dan
- Lauer (1952)

Klasifikasi menurut Koeppen (1936), Koeppen dan Trewartha (1943) merupakan klasifikasi yang paling banyak digunakan. Sistem ini didasarkan pada pengaruh iklim terhadap pertumbuhan vegetasi yang selanjutnya dikelompokkan dalam lima kelompok besar yaitu :
- Iklim Hutan Tropis (A)
- Iklim Tropis Kering (B)
- Iklim Savana
- Iklim Stepa
- Iklim Gurun
rain forest
Peta Lokasi Daerah Tropis


Iklim Hutan Tropis (A), secara umum dicirikan oleh suhu rata-rata bulanan lebih dari atau sama dengan 180 C, dengan suatu klasifikasi lebih lanjut berdasarkan besarnya curah hujan bulanan dan distribusinya lebih lanjut, sebagai berikut :
  • Af : tanpa bulan kering, hujan sepanjang tahun dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.
  • Am : memiliki bulan kering yang pendek, dimana pada bulan kering lapisan tanah bagian dalam tetap lembab dan curah hujan rata-rata tahunan tinggi.
  • Aw : hujan pada bulan kering
  • As : jarang dijumpai.

Ketinggian tempat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi iklim, baik dari segi suhu, kelembaban udara maupun curah hujan, yang selanjutnya mempengaruhi vegetasi yang ada. Masing-masing zona ketinggian tempat memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari segi floristik, komposisi maupun struktur. Klasifikasi menurut ketinggian tempat secara umum sebagai berikut :

1. Hutan Tropis Dataran Rendah (0 – kurang dari 800 m dpl.)
Famili penyusun hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Dipterocarpaceae, Annonaceae, Bombacaceae, Guttiferae, Sapindaceae, Euphorbiaceae, Dilleniacee, Leguminoceae, Meliaceae, Sterculiaceae.

2. Hutan Tropis Dataran Tinggi/ Pegunungan (800-1.500 m dpl.)
Famili penyusun hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Fagaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Araucariaceae, Juglandaceae.

3. Hutan Tropis Pegunungan Tinggi (lebih dari 1.500 m dpl.)
Famili penyusun tipe hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Myrtaceae, Podocarpaceae.

Bagaimana dengan tipe hutan tropis menurut iklim yang terdapat di Indonesia ?
Anda dapat mengetahui hal itu dari penjelasan berikut ini.

Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia


1. Hutan Tropis Basah
Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu : Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).

2. Hutan Muson Basah
Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis.

3. Hutan Muson Kering
Hutan muson kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu Jati dan Eukaliptus.

4. Hutan Savana
Hutan savana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan Timor.

TAHUKAH ANDA ?
Istilah Hutan Hujan Tropis pertama kali diperkenalkan oleh A. F. W. Schimper pada tahun 1898 di dalam bukunya Plant Geography, dan istilah ini terus dipergunakan sampai sekarang.
(T.C. Whitmore, 1975)

B. Tipe Hutan Berdasarkan Physiognomi

Pada sistem klasifikasi ini dasar yang dipakai adalah ciri-ciri luar vegetasi yang mudah dikenali dan dibedakan, seperti semak, rumput, pohon dan lain-lain. Ciri lebih lanjut seperti menggugurkan daun, selalu hijau, tinggi dan derajad penutupan tegakan dapat pula diterapkan. Ciri-ciri yang umum digunakan yaitu :
- Tinggi vegetasi, yang berkaitan dengan strata yang nampak oleh mata biasa
- Struktur, berpedoman pada susunan stratum (A, B, C, D dan E), dan penutupan tajuk (Coverage).
- Life-form atau bentuk hidup atau bentuk pertumbuhan, merupakan individu-individu penyusun komunitas tumbuh-tumbuhan.

Contoh :

a. Ciri physiognomi hutan tropis dataran rendah :
Kanopi
:
25 – 45 m
Tinggi pohon (emergent)
:
Khas, 60 – 80 m
Daun penumpu
:
Sering dijumpai
Elemen daun dominan
:
Mesophyl
Akar papan
:
Sering dijumpai dan sangat besar
Kauliflori
:
Sering dijumpai
Liana berkayu
:
Sering dijumpai
Liana pada batang
:
Sering dijumpai
Ephyphit
:
Sering dijumpai
b. Ciri physiognomy hutan tropis dataran tinggi/ pegunungan :
Kanopi
:
15 – 33 m
Tinggi pohon (emergent)
:
Sering tidak ada
Daun penumpu
:
Jarang dijumpai
Elemen daun dominan
:
Mesophyl
Akar papan
:
Jarang dijumpai dan kecil
Kauliflori
:
Jarang dijumpai
Liana berkayu
:
Jarang dijumpai
Liana pada batang
:
Sering dijumpai
Ephyphit
:
Sangat sering dijumpai
c. Ciri physiognomi hutan tropis pegunungan tinggi :
Kanopi
:
2 - 18 m
Tinggi pohon (emergent)
:
Pada umumnya tidak ada
Daun penumpu
:
Sangat jarang dijumpai
Elemen daun dominan
:
Microphyl
Akar papan
:
Pada umumnya tidak ada
Kauliflori
:
Tidak ada
Liana berkayu
:
Tidak ada
Liana pada batang
:
Jarang dijumpai
Ephyphit
:
Sering dijumpai
Di Indonesia berdasarkan ciri physiognomi tedapat dua tipe hutan yaitu : Hutan Hujan Tropis, hutan yang selalu hijau dan hutan musim atau hutan yang menggugurkan daun. Hutan hujan tropis umumnya dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian Utara dan Papua sedangkan hutan musim yang menggugurkan daun dijumpai di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan.

C. Tipe Hutan Berdasarkan Sosiologi Vegetasi

Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi merupakan pengklasifikasian hutan berdasarkan jenis yang dominan pada hutan tersebut atau berdasarkan famili yang dominan di daerah itu. Contoh :
  • Hutan Dipterocarpaceae di Asia Tenggara, merupakan hutan tropis yang umum dijumpai dan Famili yang mendominasi adalah Famili Dipterocarpaceae.
  • Hutan Shorea albida di Serawak, merupakan hutan tropis yang didominasi jenis Shorea albida.
  • Hutan Ebony (Diospyros sp) di Sulawesi, merupakan hutan tropis yang didominasi oleh Ebony atau kayu hitam.
  • Hutan Mahoni di Jawa, meupakan hutan musim yang didominasi oleh mahoni di pulau Jawa.
tegakan mahoni
Tegakan Mahoni di Pulau Jawa

Tipe-tipe Hutan pada Kondisi Khusus (Azonal)

Hutan pada tipe azonal umumnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan air serta kondisi tempat tumbuh yang miskin hara.

1. Hutan Mangrove

Hutan yang berada di tepi pantai, didominir oleh pohon-pohon tropika atau belukar dari genus Rhizophora, Languncularia, Avicennia dan lain-lain.

2. Hutan Gambut (Peak Forest)

Hutan yang tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan gambut yang memiliki ketebalan 50 cm atau lebih, umumnya terdapat pada daerah yang memiliki tipe iklim A atau B menurut klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson.

3. Hutan Rawa (Swamp Forest)

Hutan yang tumbuh pada daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar, tidak dipengaruhi iklim. Pada umumnya terletak dibelakang hutan payau dengan jenis tanah aluvial. Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon-pohon yang tinggi bisa mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan tajuk.
hutan sagu
Hutan Rawa di Pulau Seram (Hutan Sagu)


RANGKUMAN

1. Tipe hutan berdasarkan faktor iklim umumnya diklasifikasikan berdasarkan curah hujan, suhu udara dan ketinggian tempat. Berdasarkan curah hujan dan suhu udara maka tipe hutan tropis terdiri dari hutan tropis basah, hutan muson basah, hutan muson kering dan hutan savanna. Berdasarkan ketinggian tempat hutan tropis terdiri atas hutan tropis dataran endah, hutan tropis dataran tinggi dan hutan tropis pegunungan tinggi.

2. Tipe hutan berdasarkan physiognomi didasarkan pada ciri luar vegetasi yang mudah dikenali seperti tinggi vegetasi, struktur dan life-form. Tipe hutan ini yaitu hutan hujan tropis dan hutan musim (muson).

3. Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi didasarkan pada famili atau jenis yang dominant penyusun hutan tersebut. Tipe hutan ini antara lain Hutan Dipterocarpaceae di Asia Tenggara dan Hutan Eboni di Sulawesi.


SOAL LATIHAN

Soal-soal ini dikerjakan secara individual dan diselesaikan sebagai tugas di rumah dan anda harus memasukkannya pada awal pertemuan berikutnya Soal :
  1. Jelaskan tipe hutan tropis berdasarkan faktor iklim !
  2. Sebutkan tipe hutan tropis menurut curah hujan dan suhu udara yang terdapat di daerah Saudara !
  3. Bagaimana cara pengklasifikasian hutan menurut ciri physignomi ?
  4. Menurut anda tipe hutan tropis yang ada di daerah Saudara termasuk kedalam tipe hutan apa menurut ciri physiognomy ?
  5. Bagaimana cara pengklasifikasian hutan berdasarkan sosiologi vegetasi ?
  6. Apakah terdapat tipe hutan yang didominasi oleh jenis atau famili tertentu di daerah Saudara? Jika ada sebutkan lokasi dan jenis atau famili yang mendominasi hutan tersebut !
  7. Di daerah Saudara terdapat tipe-tipe Hutan Azonal. Sebutkan tipe hutan Azonal di daerah Saudara!


Tulisan-Tulisan Berkaitan :
  1. Definisi dan Pengertian Hutan
  2. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  3. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  4. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  5. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  6. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  7. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  8. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  9. Tipe-tipe Hutan Tropika
  10. Struktur Hutan Hujan Tropika
  11. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  12. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  13. Pengelolaan Hutan Tanaman
  14. Penentuan Kerapatan Tegakan
  15. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  16. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  17. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  18. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  19. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  20. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  21. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  22. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  23. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Arifin, 1994, Hutan : Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Arief, Arifin, 2002, Hutan dan Kehutanan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Suhendang, Endang, 2002, Pengantar Ilmu Kehutanan, Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Weidelt, H. J, 1995, Silvikultur Hutan Alam Tropika (Diterjemahkan oleh : Nunuk Supriyanto), Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.

Whitmore, T. C, 1984, Tropical Rain Forest of The Far East (Second Edition), Oxford University Press, Oxford.


ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer