Perkembangan Suksesional Ekosistem

Menurut Ellenberg (1988), keanekaragaman jenis/ species dalam hutan alam (perawan) di daerah tropis tidak begitu dipengaruhi oleh relief tanah (topografi) jika dibandingkan dengan daerah beriklim sedang. Di daerah tropis, perbedaan antara lereng yang terkena sinar matahari dan yang tidak terkena sinar matahari tidak ada, atau tidak begitu penting dibanding di daerah iklim sedang. Akan tetapi begitu tumbuhan/pohon pelindungnya hilang, erosi tenah akan semakin cepat dengan bertambahnya kemiringan. Hanya ada tiga cara untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap kerusakan tanah, yaitu:

  • Pelestarian hutan (tidak ada pembukaan hutan sama sekali).
  • Pertanian hutan permanent (agroforestry), atau
  • Pembuatan terasering.
Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa harus diakui perbedaan kualitas tanah di hutan perawan, yaitu wilayah-wilayah hutan yang belum tersentuh manusia tidak dapat dilihat dari produktivitas lapisan pepohonan saja. Struktur jenis tumbuhan, misalnya dari jenis tanah podzol berpasir ternyata betul berbeda dengan struktur jenis tumbuhan pada jenis tanah berlempung (liat) di dekatnya. Begitu manusia masuk dan menebang pohon-pohon penyusun hutan alam, kemudian membakarnya dan menanami kembali dengan tanaman pangan maka abu yang dapat menyuburkan tanah akan cepat hilang karena hujan yang bertubi-tubi. Akibatnya lahan hutan menjadi semakin miskin hara dan setelah dua dan tiga tahun kemudian sudah tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan tanaman pangan. Oleh manusia ditinggalkan mencari ladang baru, dan cepat atau lambat lahan tadi akan terjadi suksesi alami untuk pemulihannya secara alamiah. Namun, dengan semakin rendahnya kandungan mineral tanah, maka hanya jenis semak belukar yang akan tumbuh dan menggantikan hutan lebat menjadi hutan sekunder semak belukar.

Kasus di hutan Jati, dengan penanaman tumpangsari sebenarnya sudah tidak cocok lagi ditinjau dari segi ekologinya. Beberapa kegiatan yang mengarah pada pembangunan hutan tanaman campur pada awal pembangunannya, ternyata setlah lima tahun pertama situasi berubah sama sekali, yaitu hanya pohon Jati yang tersisa dan tumbuhan bawah yang dimanfaatkan oleh ternak ayng digembala di dalamnya. Proses pengurusan lahan hutan Jati, berlangsung dengan pemanfaatan lahan secara intensif untuk tumpang sari, serta gangguan pemadatan tanah oleh hewan ternak. Hal ini dapat saja menyebabkan hutan Jati yang dulunya berbonita tinggi lama kelamaan akan menjadi lahan hutan berbonita rendah.

Di dalam hutan Jati ada jenis tumbuhan bawah yang senantiasa hidup baik dalam keadaan basah maupun kering, namun hal ini tidak pernah mendapat perhatian yang serius. Akibatnya, pada hutan Jati senantiasa mengalami kekeringan dan kematian tumbuhan bawah, lalu terjadi kebakaran di lantai hutan. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari sisi proses suksesi di dalam hutan Jati yang dimanfaatkan secara tidak bijaksana. Di sisi lain pemahaman para pengelola terhadap fungsi ekologis tumbuhan bawah juga belum memadai, sehingga mereka masih menganggap tumbuhan bawah mengganggu pertumbuhan tanaman pokok Jati.



Tulisan-Tulisan Berkaitan :

  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  7. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  8. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  9. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  10. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  11. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  12. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  13. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  14. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  15. Definisi Habitat
  16. Definisi Homoestatis
  17. Definisi Ekotipe
  18. Pengertian Ekosistem
  19. Pengertian Lingkungan
  20. Pencemaran Lingkungan
  21. Ekologi
  22. Ekologi Hutan
  23. Parasit
  24. Predator
  25. Pemangsaan
  26. Heterogenitas Ruang
  27. Persaingan
  28. Definisi dan Pengertian Hutan
  29. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  30. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  31. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  32. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  33. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  34. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  35. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  36. Tipe-tipe Hutan Tropika
  37. Struktur Hutan Hujan Tropika
  38. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  39. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  40. Pengelolaan Hutan Tanaman
  41. Penentuan Kerapatan Tegakan
  42. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  44. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  45. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  46. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  48. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara


No comments:

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer