PERLINDUNGAN HAMA DAN PENYAKIT HUTAN

Gambar. Hama Hutan
Kerusakan hutan bukan saja terjadi karena ulah manusia, salah satu faktor penyebab lain dari kerusakan hutan adalah penyebaran hama dan penyakit. Hama dan penyakit hutan menyerang hutan tanaman maupun hutan alam, namun pengaruh dan dampak tingkat kerusakan pada hutan tanaman yang monokultur akan jauh lebih besar. Ada dua bidang ilmu yang mempelajari tentang kerusakan hutan akibat hama dan penyakit, yaitu Ilmu Hama Hutan dan Ilmu Penyakit Hutan.
Pengertian dan definisi Ilmu Hama Hutan adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal semua binatang yang menimbulkan kerusakan pada pohon atau tegakan hutan dan hasil hutan. Misalnya: kerusakan-kerusakan hutan yang disebabkan oleh serangga, bajing, tikus, babi, cacing, dan binatang-binatang lainnya.
Pengertian dan definisi Ilmu Penyakit Hutan adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal virus, bakteri, cendawan, dan tanaman tingkat tinggi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pohon atau tegakan hutan dan hasil hutan. Banyak ahli yang memberikan definisi atau rumusan pengertian mengenai tumbuh-tumbuhan yang dalam keadaan bagaimana yang disebut sakit. Dari definisi dan pengertian yang telah diberikan para ahli dapatlah disimpulkan mengenai rumusan pengertian tentang pohon yang disebut sakit sebagai berikut:
Suatu pohon disebut berpenyakit apabila pada pohon itu terjadi perubahan proses fisiologis yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab penyakit sehingga jelas ditunjukan adanya gejala (simptom). Gejala yang dimaksud disini dalah kelainanatau penyimpangan dari keadaan normal yang ditunjukan oleh pohon atau tanaman.


Artikel Terkait :

MACAM DAN JENIS HAMA HUTAN


Macam-macam jenis hama yang menyebabkan kerusakan hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok. Para ahli hama hutan membagi hama hutan atas dasar pembagian yang berbeda-beda. Dasar pembagian yang sering digunakan adalah
  • Berdasarkan pembagian pohon yang rusak
  • Berdasarkan jenis tanamannya
Pembagian hama hutan berdasarkan bagian pohon yang rusak adalah sebagai berikut:
  1. Serangga perusak daun (Defoliating insects).
    Serangan serangga mengakibatkan sebagian atau seluruh bagian dari daun rusak karena dimakan. Biasanya serangga perusak daun ini termasuk di dalam ordo-ordo Lepidoptera, Hymenoptera, dan Diptera hanya stadium larvanya yang merusak daun, sedangkan dari ordo Coleoptera dan Orthoptera stadium larva dan stadium imagonya yang dapat merusak daun.
  2. Serangga penggerek kulit pohon (Inner bark boring insects)
    Bagian yang dirusak adalah kulit pohon bagian dalam sampai ke kambium. Lubang gerekan serangga dapat merusak atau menutup jalan pengiriman bahan makanan pohon yang di kirim dari daun ke akarnya. Apabila kerusakan yang ditimbulkan sampai melingkari pohon, maka akan dapat membentuk suatu terusan yang mengakibatkan terhalangnya pengiriman makanan dari daun ke akar, sehingga bila akar pohon sampai mati. Serangga pengebor kulit pohon ini biasanya termasuk di dalam ordo Coleoptera.
  3. Serangga pengebor batang pohon dan kayu (Wood boring insects)
    Kerusakan berbentuk lubang-lubang yang mempunyai bermacam-macam ukuran dan bentuk. Lubang-lubang dapat dijumpai, baik pada batang dan cabang yang masih hidup ataupun pada balok-balok dan kayu-kayu kering. Tiap-tiap serangga pengebor kayu mempunyai spesifikasi tersendiri. Ada yang tinggal di dalam kayu sebagai tempat tinggalnya saja, tetapi kebanyakan hidup dengan makan batang kayu. Beberapa serangga ada yang hanya merusak pohon yang sehat, ada yang merusak pohon yang sedang merana. Serangga pengebor batang atau kayu termasuk ke dalam ordo Coleoptera.
  4. Serangga pengisap cairan pohon (Sapsucking insects)
    Kerusakan yang ditimbulkan berbentuk noda-noda, perubahan warna (discoloration), bentuk yang membesar (malformation), atau terhentinya pertumbuhan bagian-bagian tertentu, misalnya daun-daun atau cabang-cabang. Serangga pengisap cairan pohon hampir semuanya termasuk ordo Homoptera, Hymenoptera, Diptera, dan Hiteroptera.
  5. Serangga perusak pucuk dan cabang (Bud and twig insects)
    Kerusakan yang timbul akibat dari pucuk dan cabang yang dirusak merupakan tempat pertumbuhan dari pohon, maka serangga perusak pucuk dan cabang sangatlah merugikan. Penderitaan paling berat ialah bila serangganya mengebor kedalam pucuk pohon. Serangga yang merusak pucuk biasanya termasuk kedalam ordo Lepidotera, Coleoptera, Hemiptera, dan Hymenoptera.
  6. Serangga perusak anakan (Seedling insects)
    Pada umumnya seluruh bagian dari anakan merupakan makanan yang digemari oleh bermacam-macam serangga karena bagian-bagian itu masih muda dan lunak. Pada umumnya serangga atau binatang perusak anakan merusak pada malam hari, sehingga pada siang harinya anakan telah putus-putus batang, akar atau daunnya, sedangkan kalau dicari serangga-serangga perusaknya sudah tidak ada lagi.
  7. Serangga perusak akar (Root Insects)
    Pada umumnya bagian akar yang rusak adalah ujung akar tanaman muda yang merupakan bagian yang sangat lunak. Anak-anakan yang dirusak biasanya anakan yang masih berada di tempat persemaian. Di samping serangga, binatang perusak akar yang sering dijumpai adalah cacing bulat (Nematoda). Serangga perusak akar biasanya masuk dalam ordo Coleoptera.


Artikel Terkait :

DEFINISI DAN PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER


Pengertian Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik, yang meliputi potensi intelektual, sikap atau perilaku dan keterampilan.Sebab itu pendidikan merupakan aktifitas terencana yang diselenggarakan oleh masyarakat (termasuk melalui dan di dalam keluarga, atau pendidikan informal dan non-formal), lembaga agama (pendidikan moral-spiritual), bahkan oleh bangsa dan negara (pendidikan formal).

Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan lembaga agama bukanlah subtitusi terhadap pendidikan formal yang diselenggarakan oleh negara, sebaliknya merupakan pendidikan dasar (elementary education) yang diselenggarakan sesuai dengan fungsi sosial keluarga, komunitas dan lembaga agama itu sendiri. Pelaksanaannya difokuskan pada fungsi dan tanggungjawab sosial (social role and responsibility) yang penting dimainkan oleh anggota keluarga, tokoh dan pemimpin masyarakat serta pemimpin umat beragama.di dalam keluarga dan masyarakat serta lembaga agama, karakter bangsa mengalami pembentukan awal.

Sedangkan pendidikan yang diselenggarakan oleh bangsa dan negara merupakan usaha terencana yang juga dilaksanakan sebagai bagian dari tanggungjawab sosial negara terhadap warganya. Sebagai sebuah strategi bangsa, pendidikan di sini dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda bangsa melalui pewarisan nilai-nilai kebangsaan yang luhur.Hal itu dijelaskan dalam tujuan pendidikan nasional, seperti termaktub dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dari Definisi yang ada menjadi jelas bahwa pendidikan karakter bangsa merupakan sebuah strategi kebudayaan Indonesia sebagai cerminan tingginya peradaban bangsa. Bahwa bangsa yang beradab adalah bangsa yang sadar akan siapa dirinya (jati diri) dan apa yang menjadi tujuan bersama sebagai bangsa (cita-cita nasional). Tingkat peradaban bangsa itu tampak pada watak dan martabat warga bangsa itu sendiri.Di dalam tujuan pendidikan nasional, watak bangsa Indonesia meliputi sikap beriman (dimensi religius), perilaku yang mulia/luhur (aspek etika kebangsaan), kemandirian berperilaku (aspek sosial), dan sikap demokratis (aspek politik bangsa).

Selanjutnya karakter dalam banyak defenisi dikaitkan dengan perilaku, atau suatu tindakan yang dibangun berdasarkan pada nilai.Nilai tidak bisa dilihat, tetapi nilai itu berwujud di dalam suatu perilaku.Sebab itu karakter terbangun dari kebijaksanaan (virtues) yang melekat pada jati diri seseorang. Sebagai bentuk dari pengungkapan nilai, maka karakter itu terbangun dari seperangkat nilai luhur yang dijadikan sebagai semacam ‘keyakinan utama’ (level of belief) dari suatu masyarakat.Nilai-nilai itu tergali dari dalam kebudayaan yang meliputi nilai sosial, nilai budaya, nilai ideologis, nilai agama, nilai estetis (seni).Nilai-nilai itu mengandung keutamaan tertentu (the good) yang kemudian berkembang sebagai dasar moralitas (common ground morality).Maka jadilah perilaku atau karakter itu sebuah sistem makna yang tidak lagi berfungsi privat melainkan publik.

Bangsa sebagai kesatuan suku dan sub suku yang terintegrasi merupakan tipe ideal suatu masyarakat yang hidup di atas dasar keyakinan bersama. Sumber keyakinan bangsa adalah ideologi sebagai yang adalah sari dari berbagai carapandang suku dan sub suku, menjadi satu ideologi dan lalu menjadi ciri dan karakter bangsa itu. Dalam hal ini ialah bangsa Indonesia yang majemuk di kepulauan nusantara yang terdiri dari ribuan suku, sub suku, ras, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Secara operasional karakter bangsa Indonesia dicirikan oleh Pancasila yang menuntut agar dapat dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Leimena menyebut hal itu secara teknis dalam istilah keinsyafan kebangsaan dan keinsyafan kenegaraan. Dalam keinsyafan kebangsaan dan keinsyafan kenegaraan itu, Leimena memaksudkan suatu sikap bertanggungjawab sebagai warga bangsa Indonesia. Menurut Leimena (1955), kita hanya dapat mengatakan bahwa kita adalah warga negara yang mau turut bertanggungjawab atas segala sesuatu yang berlaku dalam negara, jika kita telah mempunyai keinsyafan kenegaraan (staatsbewustzijn), dan keinsyafan kenegaraan tidak dapat tumbuh, jika tidak ada suatu keinsyafan kebangsaan (volksbewustzijn). Bahwa secara konkrit kita tidak dapat mengatakan kita adalah warga negara Indonesia, jika pada kita tidak ada suatu keinsyafan bahwa kita adalah anggota dari suatu organisme yang bernama negara Indonesia dan jika pada kita tidak ada suatu keinsyafan bahwa kita adalah anggota dari suatu persekutuan yang disebut bangsa Indonesia.

Dari pengertian operasional mengenai pendidikan, karakter dan bangsa tadi, maka sudah dapat dimengerti bahwa pendidikan karakter bangsa adalah suatu usaha secara sadar dan terencana yang diselenggarakan oleh masyarakat dan/atau pemerintah untuk membentuk watak dan perilaku warga bangsa dan warga negara agar mereka memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap bangsa dan negara dan menjadi warga yang berkarakter kebangsaan sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dalam wadah NKRI yang berbhinneka tunggal ika.

Orang cerdas kerap hanya menjadi pelayan bagi mereka yang memiliki gagasan, dan orang-orang yang memiliki ide besar melayani mereka yang memiliki karakter yang sangat kuat, sementara orang yang memiliki karakter kuat melayani mereka yang berhimpun pada diri mereka dengan karakter yang sangat kuat, visi yang besar, gagasan-gagasan yang cemerlang, dan pijakan idiologi yang kukuh. (Muhammad F. Adhim, 2006)

Pernyataan di atas menggambarkan konsepsi yang mendalam tentang karakter, dimana ciri pribadi yang berkarakter itu tidak hanya cerdas lahir bathin, tetapi juga memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu yang dipandangnya benar dan mampu membuat orang lain memberikan dukungan terhadap apa yang dilakukannya. Begitu besarnya pengaruh karakter dalam kehidupan.

Secara etimologis karakter berasal dari bahasa Yunani, Charassein yang artinya ‘mengukir’.Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan.Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. (Singh dan Agwan, 2000)

Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan.Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang yang didahului dengan kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter seseorang (Abdullah Munir, 2010).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter didefinisikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain;  Kata berkarakter diterjemahkan sebagai mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; berwatak.  Yahya Khan (2010), mengemukakan bahwa karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil sebagai proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan.

Secara sederhana pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara, dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.  Dalam bukunya “The Psychology of Moral Development” (1927), Lawrence Kohlberg menyimpulkan hasil penelitian empiriknya terhadap perkembangan moralitas dari berbagai latar belakang agama, yaitu Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam, bahwa agama dan institusi agama tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan moral seseorang. Teori yang dihasilkan dikenal dengan teori kognitif-developmental, yaitu 3 (tiga) tingkatan dan 6 (enam) tahapan perkembangan moral yang menegaskan bahwa pada intinya moralitas mewakilil seperangkat pertimbangan dan putusan rasional yang berlaku untuk setiap kebudayaan, yaitu prinsip kesejahteraan dan prinsip keadilan. Pendekatan Kohlberg yang sangat empirik tersebut tidak mempertimbangkan potensi suci (homo devinans and homo religious) yang dimiliki oleh setiap manusia yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan moral dan pembentukan perilaku.

Kohlberg lebih menitikberatkan pada adanya interaksi sosial dan perkembangan kognitif seseorang.Sementara jauh sebelumnya, Sigmund Freud (2000) pernah mengungkapkan potensi pada diri manusia yang sangat berpengaruh terhadap karakternya, yaitu: id, ego, dan superego (es, ich, ueberich). Menurutnya, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psiko-seksual tertentu pada enam tahun pertama dalam kehidupannya. Hal ini dapat dimaklumi sebagai tradisi ilmiah barat yang hanya menumpukan pada konsep empirisme, apa yang terlihat oleh analisis penelitian.

Al-Ghazali memiliki pandangan unik tentang pebentukan karakter manusia dalam kitab al-Maqshad al-Asna Syarh Asma Allah al-Husna (tt).Ia menyatakan bahwa sumber pembentukan karakter yang baik itu dapat dibangun melalui internalisasi nama-nama Allah (asma’ al-Husna) dalam perilaku seseorang. Artinya, untuk membangun karakter yang baik, sejauh kesanggupannya, manusia meniru-niru perangai dan sifat-sifat ketuhanan, seperti pengasih, penyayang, pengampun (pemaaf), dan sifat-sifat yang disukai Tuhan, sabar, jujur, takwa, zuhud, ikhlas beragama, dan sebagainya. Sumber kebaikan manusia terletak pada kebersihan rohaninya dan taqarub kepada Tuhan.

Menurut Simon Philips  dalam Quari (2010:10), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Dari pendapat di atas dipahami bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif.Dengan demikian, pendidikan karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk.

Dari berbagai pendangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep pembentukan karakter manusia dapat dilihat dari banyak aspek.Menurut ilmuan Barat lebih memandang manusia dari kaca mata empiristik.Sedangkan dalam perspektif Islam, manusia dipahami sebagai makhluk yang memiliki potensi fitrah dimana terdapat daya-daya yang dapat memunculkan sebuah sikap dan perilaku yang tidak lepas dari stimulus dari luar.

Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang berkaitan dengan suatu sistem yang mengarah pada terjadinya perubahan yang baik dan karakter yang berkaitan dengan sikap seseorang.Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Dengan demikian  karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).

Karakter juga berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.Karakter merupakan kualitas diri yang membuat seseorang berbeda dengan lainnya.
Dalam kehidupan kita, karakter bersumber kepada nilai-nilai yang berasal dari budaya bangsa, filosofi negara Pancasila dan agama.Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara Indonesia yang mencerminkan sikap dan tindakan-tindakan yang melahirkan suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia.

Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah yang disebut  dengan temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisi  psikososial yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Sedangkan karakter dilihat dari sudut pandang behaviorial lebih menekankan  pada unsur somatopsikis yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dengan  demikian dapat dikatakan bahwa  proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang  yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan  (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor  bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu  untuk mempengaruhinya, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor  yang berada pada jangkauan masyarakat dan individu. Jadi usaha  pengembangan atau pendidikan  karakter seseorang dapat dilakukan oleh  masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa  faktor lingkungan.  Faktor lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting karena perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan karakter sangat ditentukan oleh faktor lingkungan ini.

Dengan demikian pendidikan karakter dapat dilakukan dalam lingkungan pendidikan formal maupun non formal, namun dalam pelaksanaannya pendidikan karakter tidak dijadikan sebagai suatu kesatuan yang berdiri sendiri, namun terintegrasi melalui pola pikir, perkataan, dan perbuatan.Dalam konteks pendidikan formal, pendidikan karakter bukan sebuah mata pelajaran yang dapat diajarkan, namun pendidikan karakter terintegrasi ke dalam mata pelajaran tersebut.  Pendidikan Karakter memerlukan proses yang cukup panjang dan bersifat saling menguatkan (reinforce) antara kegiatan belajar dengan kegiatan belajar lainnya, antara proses belajar di kelas dengan kegiatan kurikuler di sekolah dan di luar sekolah.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar diantaranya cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Dengan demikian diharapkan melalui pendidikan karakter dapat dibangun  wawasan kebangsaan serta mendorong inovasi dan kreasi siswa.  Di samping itu nilai-nilai yang perlu dibangun dalam diri generasi penerus bangsa secara nasional yakni kejujuran, kerja keras, menghargai perbedaan, kerja sama, toleransi, dan disiplin.

Dalam kehidupan masyarakat Maluku, nilai-nilai karakter di atas ditemukan dalam kehidupan budaya masyarakat Maluku yang dikenal dengan budaya Siwalima. Kata Siwalima merupakan perpaduan antara kata Patasiwa dan patalima, dimana siwa artinya Sembilan dan lima berarti lima. Paduan kata yang melahirkan suatu makna penting dalam kehidupan masyarakat Maluku yang memberikan nilai-nilai budaya yang positif dalam kehidupan sosial masyarakat Maluku.Budaya ini telah mengakar dalam kehidupan bersama masyarakat Maluku dimana nilai-nilai yang terkandung dalamnya meliputi toleransi yang ditemui dalam budaya Pela-Gandong yakni kehidupan bersama dalam komunitas agama yang berbeda dari dua atau tiga desa yang berbeda dalam suatu hubungan kekerabatan. Makan Patita atau makan bersama dalam kelompok masyarakat dalam komunitas yang banyak tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi dan dilakukan dalam suasana kekerabatan, serta budaya masohi yang menunjukkan adanya kebersamaan, ketangguhan, saling membantu satu dengan yang lain.

Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturasi dan sosialisasi) (Adnan, 2010). Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh 3 dimensi dasar kemanusiaan: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan ,dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekeri, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Thomas Lickona, 1991 dalam Ratna Megawangi, 2007: 83). Menurut Aristoteles karakter erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku (Megawangi, Ibid)
Kahn (2010), menyatakan terdapat empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dilaksanakan dalam proses pendidikan:
  • Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral);
  • Pendidikan karakter berbasis nilai budaya , antara lain yang berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan);
  • Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan);
  • Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).
Relevan dengan konsep diatas pendidikan merupakan suatu proses humanisasi, artinya dengan pendidikan manusia akan lebih bermartabat, berkarakter, terampil, yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap tataran sistem sosial sehingga akan lebih baik, aman dan nyaman. Pendidikan juga akan menjadikan manusia cerdas, pintar, kreatif, inovatif, mandiri dan bertanggung jawab.

Pendidikan nilai diharapkan merupakan suatu hal yang dapat mengimbangi tradisi pembelajaran yang selama ini lebih menitikberatkan pada penguasaan kompetensi intelektual/kognitif semata.Pendidikan nilai adalah upaya untuk membina, membiasakan, mengembangkan dan membentuk sikap serta memperteguh watak untuk membentuk manusia yang berkarakter.

SUMBER :
Oszaer.R, Notanubun.Z, Laurens.T, Tjiptabudy.J, Madubun.J, 2011. MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN KEBANGSAAN DAN BERBASIS BUDAYA LOKAL. BADAN PENERBIT FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PATTIMURA (BPFP-UNPATTI), AMBON.

Artikel Terkait :

FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter bangsa yang berbasis pada pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) memainkan fungsi penting dalam hidup warga bangsa dan penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Secara nasional, fungsi pendidikan karakter bangsa adalah (Kemendiknas, 2010:7):
  1.  Fungsi Pengembangan: yang secara khusus disasarkan pada peserta didik agar mereka menjadi pribadi yang berperilaku baik, berdasarkan pada kebajikan umum (virtues) yang bersumber pada filosofi kebangsaan di dalam Pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik diharapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa. Dengan kata lain, dari perilaku peserta didik, yang adalah warga bangsa, orang dapat mengetahui karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
  2. Fungsi Perbaikan: yang secara khusus diarahkan untuk memperkuat pendidikan nasional yang bertanggungjawab terhadap pengembangan potensi dan martabat peserta didik. Dengan fungsi ini pula, pendidikan karakter bangsa hendaknya mencapai suatu proses revitalisasi perilaku dengan mengedepankan pilar-pilar kebangsaan untuk menghindari distorsi nasionalisme.
Fungsi Penyaring: terkait dengan fungsi perbaikan tadi, dalam fungsi penyaring ini sistem pendidikan karakter bangsa dikembangkan agar peserta didik dapat menangkal pengaruh budaya lain yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Fungsi ini bertujuan meningkatkan martabat bangsa.

SUMBER :
Oszaer.R, Notanubun.Z, Laurens.T, Tjiptabudy.J, Madubun.J, 2011. MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN KEBANGSAAN DAN BERBASIS BUDAYA LOKAL. BADAN PENERBIT FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PATTIMURA (BPFP-UNPATTI), AMBON.

Artikel Terkait :

TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA


Adapun tujuan pendidikan karakter bangsa adalah (Kemendiknas, 2010:7-9):
  • mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
  • mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
  • menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
  • mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
  • mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
SUMBER :
Oszaer.R, Notanubun.Z, Laurens.T, Tjiptabudy.J, Madubun.J, 2011. MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN KEBANGSAAN DAN BERBASIS BUDAYA LOKAL. BADAN PENERBIT FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PATTIMURA (BPFP-UNPATTI), AMBON.

Artikel Terkait :

SUMBER-SUMBER PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA





Sumber-sumber pendidikan karakter bangsa yang ditetapkan Kementerian Pendidikan Nasional ialah (Kemendiknas, 2010:7-9).

  • Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis,  kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
  • Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945.Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
  • Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
  • Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
  • Media; perlu pula ditambahkan sebagai suatu kekuatan pembentuk perilaku umum (common opinion) sekaligus saluran informasi yang dalam banyak hal dapat memperluas pendidikan karakter bangsa tetapi di sisi lain menjadi saluran penetrasi budaya asing. Selain itu media sebagai kekuatan demokrasi suatu bangsa (Walter Lipman), memainkan peran strategis dalam menumbuhkan demokrasi, termasuk demokrasi Pancasila sebagai karakter bangsa Indonesia.
Dari kelima sumber itu maka pelaksanaan pendidikan karakter dapat diselenggarakan oleh masyarakat, melalui lembaga agama dan pranata sosial-kebudayaan, serta diselenggarakan oleh pemerintah melalui jalur pendidikan formal.Baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun pemerintah keduanya merupakan satu kesatuan yang saling terkait.Sumber-sumber pendidikan karakter bangsa itu menunjukkan bahwa setiap elemen berperan sesuai fungsi sosial masing-masing. Yang dibentuk dalam tiap elemen itu adalah manusia atau warga bangsa, sehingga baik ia dibentuk melalui nilai-nilai partikular baik dalam agama maupun kebudayaan, perlu ada nilai bersama (common value/common platform) sebagai acuan utama pengembangan pendidikan karakter bangsa. 

SUMBER :
Oszaer.R, Notanubun.Z, Laurens.T, Tjiptabudy.J, Madubun.J, 2011. MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN KEBANGSAAN DAN BERBASIS BUDAYA LOKAL. BADAN PENERBIT FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PATTIMURA (BPFP-UNPATTI), AMBON.


Artikel Terkait :

KEBAKARAN DI DALAM HUTAN


Kebanyakan ilmuwan menganggap kebakaran hutan merupakan proses alami penting. Meski pun api yang menimbulkan kebakaran dapat menyebabkan kerusakan hutan yang besar, tetapi juga menghasilkan manfaat secara ekologis. Keuntungan utama kebakaran adalah bahwa terjadi daur ulang nutrisi atau terjadinya siklus hara, zat yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan. Kebakaran juga membersihkan area hutan untuk memungkinkan pertumbuhan pohon baru. Untuk mengambil keuntungan dari manfaat tersebut, rimbawan mengizinkan beberapa jenis api untuk membakar. Kebakaran tersebut harus dikendalikan, sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia, mahluk hidup lainnya dan bangunan.

Kebakaran lain, terutama yang membahayakan nyawa atau harta benda, yang disebut sebagai kebakaran hutan. Kebakaran hutan umumnya terjadi dengan cepat dan agresif. Sebagian besar disebabkan oleh manusia. Kemungkinan terjadinya disengaja. Sambaran petir juga menyebabkan beberapa kebakaran hutan. Selama musim kering, kebakaran dapat dengan mudah terjadi. Rimbawan dapat menutup hutan kepada masyarakat untuk mengurangi bahaya kebakaran. Rimbawan mungkin mengawasi kebakaran dari menara pengawas, atau patroli hutan dengan pesawat udara.

Untuk memadamkan api, petugas pemadam kebakaran harus menyingkirkan seresah yang menjadi bahan bakar terdiri dari daun yang gugur, ranting, dan bahan yang membusuk lainnya dari lantai hutan.

Artikel Terkait :

DEFINISI DAN PENGERTIAN ARTIKEL


Definisi dan Pengertian dari Artikel dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pertama : "pasal" dan kedua : "karangan" (dalam surat kabar dan sebagainya). Ada yang memberi pengertian Artikel adalah Suatu karangan yang dimuat di surat kabar atau majalah. Pada era informasi seperti saat ini orang dapat mempublikasikan tulisannya dengan mudah di internet. Sehingga tulisan atau karangan tersebut dapat dibaca dan di-download dengan mudah. Jadi Artikel adalah suatu karangan atau tulisan yang dipublikasi pada surat kabar, majalah, maupun internet.

Berbagai artikel di Internet berasal dari berbagai bahasa, Artikel Bahasa Inggris merupakan artikel yang terbanyak karena Bahasa Inggris merupakan Bahasa Internasional, namun artikel Bahasa Indonesia juga bisa didapat dengan mudah. Untuk yang masih terbatas dalam bahasa Inggris, tidak perlu khawatir karena Google Search telah menyediakan fasilitas penerjemahan atau translate. Bila kita membuka halaman awal dari google, silahkan pilih dan klik "terjemahan" atau "translate" dibagian atas. Pilih asal bahasa yang ingin diterjemahkan dan bahasa tujuan, lalu tinggal di copy-paste saja pada kolom yang tersedia kemudian diterjemahkan dan artikel sudah diterjemahkan di sebelah kanan. Terjemahan google cukup baik dipergunakan sebagai referensi, bila ada kata-kata yang kurang sesuai dapat diganti pada penterjemahannya dengan cara mengklik kata tersebut.

Hal yang harus diperhatikan dalam mengambil artikel di Internet untuk referensi dan literatur adalah perlu diketahui Siapa yang menulis artikel tersebut dan Alamat dari website tersebut. Semua orang dengan mudah dapat mempublikasikan hasil tulisan dan karangan di Internet, apabila orang tersebut mempunyai pemahaman yang keliru dapat merugikan orang lain dengan artikel-artikelnya. Artikel yang banyak di dapat dalam internet seperti artikel komputer, artikel kesehatan, artikel cinta, artikel ekonomi, artikel lingkungan, artikel motivasi, artikel Islam dan artikel lainnya.

Artikel Terkait :

DEFINISI DAN PENGERTIAN PENDIDIKAN

 

Definisi dan Pengertian Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses pembentukan perilaku manusia secara intelektual untuk menguasai ilmu pengetahuan, secara emosional untuk menguasai diri dan secara moral sebagai pendalaman dan penghayatan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

Secara etimologi pendidikan berasal dari kata “educare” dalam bahasa latin yang bermakna melatih atau mengajarkan.  Educare berasal dari kata ex dan ducare, yang berarti memimpin.  Jadi pendidikan adalah suatu proses pelatihan dimana terdapat dua subyek yang saling berhubungan, yaitu yang satu memimpin dan yang satunya lagi dipimpin.

Pendidikan adalah kegiatan kemanusiaan atau disebut sebagai kegiatan “memanusiakan manusia”. Kesuma, dalam Oszaer, dkk. 2011, menyebutkan bahwa sebagai kegiatan manusiawi, pendidikan membuat manusia membuka diri terhadap dunia.  Lebih dari itu Khan dalam Oszaer, dkk. 2011, menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses humanisasi yang artinya dengan pendidikan manusia akan lebih bermartabat, berkarakter, terampil, yang memiliki tanggung jawab terhadap sistem sosial sehingga akan lebih baik, aman dan nyaman.

Kemajuan suatu bangsa terletak pada karakter kebangsaan dan kewargaan dari warga bangsa dan seluruh aparatur negara, sebab karakter, sebagai gambaran dari jati diri kebangsaan dan kewargaan, menjadi ciri dasar perilaku yang bersendikan nilai-nilai luhur dari suatu bangsa.

Nilai-nilai luhur kebangsaan Indonesia bersumber pada Pancasila sebagai dasar negara, ideologi dan kaidah penuntun yang mengandung seperangkat nilai guna hidup masyarakat, bangsa dan negara.Pancasila mengandung nilai-nilai yang adalah perasan (sari) dari seperangkat nilai kebaikan (the good) dan kearifan (the virtue) yang menjadi dasar moralitas masyarakat (common ground morality) dan bangsa Indonesia (Oszaer, dkk. 2011).


Artikel Terkait :

PENGERTIAN KEHUTANAN


Pengertian Kehutanan adalah ilmu mengelola sumber daya hutan untuk kepentingan manusia. Praktek kehutanan membantu menjaga pasokan yang cukup dari kayu untuk kayu pertukangan, kayu lapis, kertas, dan produk kayu lainnya. Selain itu juga pengertian kehutanan mencakup pengelolaan nilai sumber daya hutan seperti air, satwa liar, daerah penggembalaan, dan daerah rekreasi.

Secara umum, hutan memberikan manfaat maksimal ketika dikelola dengan tujuan memberikan beberapa keuntungan sekaligus. Konsep ini disebut "multiple use forest management" atau pengelolaan hutan dengan manfaat ganda. Selain menghasilkan produk kayu, hutan-hutan ini dapat menyediakan air bersih bagi masyarakat, makanan dan tempat tinggal bagi satwa liar; lahan penggembalaan ternak, dan tempat rekreasi untuk berkemah, pejalan kaki, dan piknik.

Masing-masing orang mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap hutan. Sebagai contoh, perusahaan yang memproduksi produk kayu mengelola hutan mereka terutama untuk produksi kayu yang komersil. Atau hutan dapat dilindungi sebagai suatu kawasan lindung maupun kawasan konservasi.

Negara-negara yang memiliki hutan mempunyai satu badan pemerintah untuk mengelola lahan hutan dan melakukan penelitian-penelitian. Di Indonesia pengelolaan hutan oleh pemerintah dibawah koordinasi Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia mempunyai alamat website http://www.dephut.go.id.

Artikel Terkait :

AKIBAT PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)


Pemanasan global yang terus menerus terjadi bisa mengakibatkan banyak kerusakan. Hal tersebut dapat membahayakan tumbuhan dan hewan yang hidup di laut. Hal ini juga bisa memaksa hewan dan tumbuhan di darat untuk pindah ke habitat baru. Pola cuaca bisa berubah, menyebabkan banjir, kekeringan, dan terjadinya badai yang merusak. Pemanasan global bisa mencairkan es kutub sehingga terjadi kenaikan permukaan air laut. Pada wilayah tertentu di dunia dapat menyebabkan penyebaran penyakit manusia, dan hasil panen bisa menurun.
  • Membahayakan Kehidupan Laut.

Melalui pemanasan global, air permukaan dari samudra dapat menjadi lebih hangat, meningkatkan tekanan pada ekosistem laut, seperti terumbu karang. Suhu air yang tinggi dapat menyebabkan proses kerusakan yang disebut "pemutihan karang". Ketika karang memutih, mereka mengusir ganggang yang memberikan warna dan makanan. Karang menjadi putih dan dapat kembali kecuali suhu air dingin. Ditambah lagi peningkatan suhu mempermudah penyebaran penyakit yang mempengaruhi makhluk laut.

  • Perubahan habitat.

Pergeseran luas mungkin terjadi di habitat alami hewan dan tumbuhan. Banyak spesies akan mengalami kesulitan hidup di daerah mereka sekarang tinggal. Misalnya, tanaman berbunga banyak yang tidak akan mekar tanpa jangka waktu yang cukup dingin musim dingin. Dan pendudukan manusia telah mengubah lanskap dalam cara-cara yang akan membuat habitat baru sulit dijangkau atau tidak tersedia sama sekali.

  • Perubahan Cuaca.

Kondisi cuaca yang ekstrim ini akan menjadi lebih sering dan karena itu lebih merusak. Perubahan pola curah hujan dapat meningkatkan banjir dan kekeringan baik di beberapa daerah. Angin topan dan badai lebih tropis lainnya mungkin terjadi, dan mereka bisa menjadi lebih kuat.

  • Naiknya permukaan laut.

Pemanasan global yang terjadi terus, selama berabad-abad, mencairkan sejumlah besar es dari daerah yang luas mencakup sebagian besar Barat Antartika. Akibatnya, permukaan laut akan naik di seluruh dunia. Banyak wilayah pantai akan mengalami banjir, erosi, hilangnya lahan basah, dan masuknya air laut ke wilayah air tawar. Tinggi permukaan air laut akan menenggelamkan beberapa kota pantai, negara kepulauan kecil, dan wilayah yang dihuni lainnya.

  • Ancaman terhadap kesehatan manusia.

Penyakit tropis, seperti malaria dan demam berdarah, dapat menyebar ke daerah yang lebih luas. Gelombang panas akan bertahan lama dan lebih tinggi dapat menyebabkan lebih banyak kematian dan penyakit. Banjir dan kekeringan dapat meningkatkan kelaparan dan kekurangan gizi.

  • Perubahan hasil panen.

Ada negara-negara yang mungkin mendapat manfaat positif dari peningkatan suhu dengan peningkatan hasil panen. Tetapi setiap peningkatan hasil bisa lebih dari diimbangi oleh penurunan yang disebabkan oleh kekeringan dan suhu yang lebih tinggi, khususnya jika jumlah pemanasan melebih beberapa derajat Celcius. Hasil panen di daerah tropis mungkin turun drastis karena suhu meningkat melebihi tolerasi tanaman.

Artikel Terkait :

CARA MENCEGAH PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)


Para Klimatologists sedang mempelajari cara untuk mencegah pemanasan global (global warming). Artikel pemanasan global ini menjelaskan dua cara untuk membatasinya adalah sebagai berikut :
  1. membatasi emisi gas CO2 dan
  2. penyerapan karbon-karbon baik mencegah karbon dioksida memasuki atmosfer atau penyerapan CO2 sudah ada.
Pembatasan Emisi Gas CO2.

Dua cara yang efektif untuk membatasi emisi gas CO2 adalah menggantikan bahan bakar fosil dengan sumber energi yang tidak menghasilkan CO2, dan menggunakan bahan bakar fosil lebih efisien. Pengertian dari bahan bakar fosil adalah bahan bakar yang diambil dari dalam bumi merupakan hasil pengendapan dan pembentukan dalam waktu berjuta-juta tahun.

Sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan CO2 seperti tenaga angin, sinar matahari, energi nuklir, dan gas bumi. Perangkat yang dikenal sebagai turbin angin dapat mengubah energi angin menjadi energi listrik. Sel surya dapat mengkonversi sinar matahari menjadi energi listrik, dan berbagai alat dapat mengkonversi energi matahari menjadi panas yang bermanfaat. Pembangkit listrik tenaga panas bumi mengubah energi gas bumi bawah tanah menjadi energi listrik.

Bila dihitung secara ekonomis pemanfaatan sumber energi alternatif lebih mahal untuk digunakan dibanding dengan bahan bakar fosil. Namun, penelitian terus dilakukan untuk mencari cara yang lebih efisien mengurangi biaya penggunaan energi alternatif tersebut.

Hemat Bahan Bakar.

Emisi gas CO2 bisa dikurangi jika mobil dan truk menggunakan bahan bakar lebih efisien. Beberapa ilmuwan dan insinyur yang terus meneliti menciptakan mesin yang bekerja dengan bahan bakar yang lebih efisiensi. Penemu lain yang mengembangkan perangkat untuk menggantikan sistem pembakaran mesin atau menggunakan mesin yang lebih kecil untuk mencegah pemanasan global. Sebuah Mobil dikenal dengan nama "Hibrid" telah memasuki pasaran. Sebuah mobil "Hibrid" memiliki semua komponen dari sebuah mobil baterai yang digerakkan listrik biasanya menggunakan mesin bensin berukuran kecil. Sel Surya merupakan perangkat yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik, dan dapat digunakan dalam mobil masa depan.

Demikianlah cara mencegah pemanasan global (global warming) yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi emisi gas CO2 di udara.

 
Artikel Terkait :

PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL | .:: Global Warming ::.


Para Klimatologists (ilmuwan yang mempelajari iklim) telah menganalisis pemanasan global (Global Warming) yang terjadi sejak akhir 1800-an. Banyak ahli Klimatologi menyimpulkan bahwa sebagian besar penyebab pemanasan global adalah akibat ulah manusia. Aktivitas manusia berkontribusi terhadap pemanasan global dengan meningkatkan efek rumah kaca alami bumi. Efek rumah kaca meningkatkan panas di permukaan bumi melalui proses kompleks yang melibatkan sinar matahari, gas, dan partikel di atmosfer. Gas menjebak gelombang panjang sinar matahari yang membuat panas di atmosfer yang dikenal sebagai gas rumah kaca. 

Kegiatan utama manusia yang menjadi penyebab pemanasan global (global warming) adalah pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak, dan gas alam) dan pembukaan lahan termasuk di dalamnya kerusakan hutan. Sebagian besar pembakaran terjadi di mobil, di pabrik, dan pembangkit tenaga listrik yang memberikan energi untuk rumah dan gedung perkantoran. Pembakaran bahan bakar fosil menciptakan karbon dioksida dengan rumus kimianya CO2. CO2 adalah gas rumah kaca yang menghambat keluarnya panas ke ruang angkasa.

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/10/deforestasi.html

Pohon dan tumbuhan lainnya dalam proses fotosintesis menyerap CO2 dari udara dengan bantuan sinar matahari digunakan untuk memproduksi makanan dalam bentuk karbohidrat. Pembukaan lahan dan deforestasi memberikan kontribusi pada penumpukan CO2 dengan mengurangi tingkat penyerapan CO2 dari atmosfer karena menghilangnya vegetasi pohon dan tumbuhan lainnya atau konstribusi lewat dekomposisi dari vegetasi mati. 

Tetapi ada sejumlah kecil ilmuwan berpendapat bahwa peningkatan gas rumah kaca tidak membuat perbedaan yang nyata dalam peningkatan suhu. Mereka mengatakan bahwa proses alami dapat menyebabkan pemanasan global. Proses tersebut meliputi peningkatan energi yang dipancarkan (diberikan off) oleh matahari. Namun sebagian besar ahli klimatologi percaya bahwa kenaikan energi matahari hanya sedikit memberikan kontribusi untuk pemanasan saat ini.

Artikel Terkait :

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer