Suksesi Hutan

Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain (Daniel, et al, 1992).

Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b) migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi, klimaks. Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi populasi dalam aliran evolusi.

Suksesi sebagai suatu studi orientasi yang memperhatikan semua perubahan dalam vegetasi yang terjadi pada habitat sama dalam suatu perjalanan waktu (Mueller-Dombois and Ellenberg, 1974). Selanjutnya dikatakan bahwa suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses suksesi terjadi. Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal, terbentuk habitat baru. Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu baik secara alami atau buatan dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.

Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981).

Soerianegara dan Indrawan (1988) menyebutkan dalam pembentukan klimaks terjadi 2 perbedaan pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polylimaks. Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks, yaitu formasi atau vegetasi klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan berpengaruh.

Paham polyklimaks mempunyai anggapan bahwa tidak hanya faktor iklim saja, seperti sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara dan presipitasi, yang dapat menimbulkan suatu klimaks. Penganut paham ini sebaliknya berpendapat bahwa ada faktor lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya klimaks, yaitu edafis dan biotis. Faktor edafis timbul karena pengaruh tanah seperti komposisi tanah, kelembaban tanah, suhu tanah dan keadaan air tanah. Sedangkan biotis adalah faktor yang disebabkan oleh manusia atau hewan, misalnya padang rumput dan sabana tropika. Untuk golongan poliklimaks hutan mangrove merupakan suatu klimaks tersendiri, yakni klimaks edafis dengan kondisi tanah yang khusus.


Tulisan-Tulisan Berkaitan :

  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  7. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  8. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  9. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  10. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  11. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  12. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  13. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  14. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  15. Definisi Habitat
  16. Definisi Homoestatis
  17. Definisi Ekotipe
  18. Pengertian Ekosistem
  19. Pengertian Lingkungan
  20. Pencemaran Lingkungan
  21. Ekologi
  22. Ekologi Hutan
  23. Parasit
  24. Predator
  25. Pemangsaan
  26. Heterogenitas Ruang
  27. Persaingan
  28. Definisi dan Pengertian Hutan
  29. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  30. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  31. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  32. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  33. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  34. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  35. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  36. Tipe-tipe Hutan Tropika
  37. Struktur Hutan Hujan Tropika
  38. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  39. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  40. Pengelolaan Hutan Tanaman
  41. Penentuan Kerapatan Tegakan
  42. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  44. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  45. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  46. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  48. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara


No comments:

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer