Showing posts with label TIPE SUKSESI. Show all posts
Showing posts with label TIPE SUKSESI. Show all posts

Pengertian TUMBUHAN PERINTIS atau Pionir (Pioneer)

Pengertian Tumbuhan Perintis atau Pionir (pioneer) adalah tumbuhan yang mampu merambah lahan kosong dan tumbuhan serta berkoloni sampai didesak oleh jenis tumbuhan suksesi sebagai hasil proses Suksesi.

Tumbuhan perintis adalah pendatang baru pada tahapan awal Suksesi dengan sifat sifat khusus pada spesies tertentu dengan maksud mengembangkan keberadaan jenis yang lebih mantap.

Tumbuhan perintis adalah tumbuhan yang ditanam untuk mempersiapkan tempat tumbuh bagi jenis tumbuhan Suksesi dan kemudian digunakan sebagai persemaian.



Tumbuhan lumut (Bryophyte) sering disebut tumbuhan Perintis,  artinya tumbuhan yang pertama hadir dan bisa membuka lahan hidup untuk organisme lain. Tumbuhan lumut (Bryophyte) merupakan tumbuhan peralihan antara Thallophyta dan Cormophyta, dimana Thallophyta adalah tumbuhan yang belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan Cormophyta adalah tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Bryophyte merupakan salah satu Devisio dari kingdom Plantae (dunia tumbuhan).

Tulisan-Tulisan Berkaitan :
  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
  7. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  8. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  9. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  10. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  11. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  12. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  13. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  14. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  15. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  16. Definisi Habitat
  17. Definisi Homoestatis
  18. Definisi Ekotipe
  19. Pengertian Ekosistem
  20. Pengertian Lingkungan
  21. Pencemaran Lingkungan
  22. Ekologi
  23. Ekologi Hutan
  24. Parasit
  25. Predator
  26. Pemangsaan
  27. Heterogenitas Ruang
  28. Persaingan
  29. Definisi dan Pengertian Hutan
  30. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  31. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  32. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  33. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  34. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  35. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  36. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  37. Tipe-tipe Hutan Tropika
  38. Struktur Hutan Hujan Tropika
  39. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  40. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  41. Pengelolaan Hutan Tanaman
  42. Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  44. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  45. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  46. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  48. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  49. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara

PROSES SUKSESI TUMBUHAN | KLIMAKS IKLIM


Klimaks iklim merupakan tingkat terakhir dari suatu proses Suksesi, baik primer maupun sekunder dengan komposisi dan struktur alam ditentukan oleh faktor-faktor iklim, dengan vegetasi dominan yang stabil. Jenis dominan ini tidak dapat diganti oleh tumbuhan lain, kecuali kalau terjadi perubahan iklim, atau adanya gangguan dari luar.

Secara umum, kondisi klimaks iklim bagi suatu daerah yang cukup air, adalah berupa hutan. Apabila kurang cukup air maka akan berupa padang rumput, semak belukar atau savana. Apabila kondisinya terlalu kering maka akan dapat berupa Gurun Pasir.

Dalam suatu ekosistem hutan, terdapat suatu Tahapan Suksesi yang mencapai klimaks. Jenis-jenis pionir pada akhirnya akan diganti oleh jenis-jenis yang kurang agresif, yang menyelinap di bawah kanopi.

Ciri-ciri bahwa hutan dalam tingkatan klimaks adalah : vegetasi dalam keadaan stabil, jenis dominan akan mengganti dirinya sendiri, tidak ada jenis dominan baru yang masuk, kondisi tanahnya mantap; dan komposisi jenisnya seragam untuk daerah-daerah yang mempunyai tipe iklim sama.

Sulit untuk mengenali suatu hutan klimaks yang sebenarnya, karena vegetasi yang stabil dalam suatu daerah yang luas mungkin akan sering mengalami gangguan-gangguan seperti adanya berbagai macam aktivitas manusia, kebakaran yang berulang-ulang serta adanya penggembalaan. Adanya gangguan-gangguan eksternal secara terus-menerus, akan menghasilkan vegetasi yang seolah-oleh telah sampai pada kondisi klimaks. Kondisi vegetasi ini dikenal dengan istilah "sub klimaks".

Tulisan-Tulisan Berkaitan :
  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
  7. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  8. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  9. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  10. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  11. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  12. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  13. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  14. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  15. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  16. Definisi Habitat
  17. Definisi Homoestatis
  18. Definisi Ekotipe
  19. Pengertian Ekosistem
  20. Pengertian Lingkungan
  21. Pencemaran Lingkungan
  22. Ekologi
  23. Ekologi Hutan
  24. Parasit
  25. Predator
  26. Pemangsaan
  27. Heterogenitas Ruang
  28. Persaingan
  29. Definisi dan Pengertian Hutan
  30. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  31. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  32. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  33. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  34. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  35. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  36. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  37. Tipe-tipe Hutan Tropika
  38. Struktur Hutan Hujan Tropika
  39. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  40. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  41. Pengelolaan Hutan Tanaman
  42. Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  44. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  45. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  46. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  48. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  49. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara

Suksesi dalam Pengelolaan Hutan


Proses suksesi yang dapat dilihat dalam membangun hutan berkaitan dengan pembangunan hutan Wanaga I di Kabupaten Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta. Bermula dari bentang lahan berbatuan kapur yang kritis dan gundul, pada tahun sekitar 1963-an dimulai proses pembelukaran dengan menebar biji-biji jenis tumbuhan legume (berbuah polong), a.l. lamtoro (Leucaena glauca) dan lamtoro merah (Acacia villosa). Kedua jenis tumbuhan ini termasuk jenis pioneer yang mampu tumbuh dan hidup dengan kondisi tempat tumbuh yang sangat minim.

Dengan perjalanan waktu, ditunjang pengembangaqn infrastruktur berupa pembuatan teras-teras pada lahan berbatu kapur, ternyata mampu menghadirkan jenis tumput-rumputan. Oleh masyarakat setempat, pertumbuhan tanaman legume dan rumput menjadi sumber kehidupan mereka, yaitu untuk memberi makan hewan ternak. Mereka mengembalikan ke areal suksesi dengan membawa kotoran hewan. Kegiatan ini dapat mempercepat proses restorasi lahan menjadi siap ditanami dengqan pohon-pohon berkayu lainnya.




Percobaan pertama dengan mengembangkan tanaman Cendana, dan pada mulanya hanya sedikit yang mampu tumbuh dan hidup. Rupanya pohon cendana yang hidup ini telah menjadi sumber biji yang mampu berkembang secara alami dengan bantuan satwa burung pemakan buah cendana dan membantu menyebarkannya di tempat lain. Saat ini Wanagama I sudah menjadi hutan setelah 40 tahun kemudian mulailah kehadiran satwa Rusa Jawa hidup di Wanagama I.

Tulisan-Tulisan Berkaitan :
  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  7. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  8. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  9. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  10. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  11. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  12. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  13. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  14. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  15. Pengelolaan Hutan Berbasis Ekosistem
  16. Definisi Habitat
  17. Definisi Homoestatis
  18. Definisi Ekotipe
  19. Pengertian Ekosistem
  20. Pengertian Lingkungan
  21. Pencemaran Lingkungan
  22. Ekologi
  23. Ekologi Hutan
  24. Parasit
  25. Predator
  26. Pemangsaan
  27. Heterogenitas Ruang
  28. Persaingan
  29. Definisi dan Pengertian Hutan
  30. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  31. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  32. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  33. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  34. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  35. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  36. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  37. Tipe-tipe Hutan Tropika
  38. Struktur Hutan Hujan Tropika
  39. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  40. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  41. Pengelolaan Hutan Tanaman
  42. Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  44. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  45. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  46. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  48. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  49. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara

PENGERTIAN DAN DEFINISI :


Suksesi dalam Komunitas Hewan


Keanekaragaman jenis dalam suatu tipe fungsional mungkin mempertinggi efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan dan proses penyimpanan dalam ekosistem. Dengan berubahnya struktur ekosistem hutan yaitu akibat adanya perubahan komposisi jenis penyusun maka akan menimbulkan perubahan kondisi lingkungan, yang memungkinkan terjadinya perubahan komposisi komunitas hewan penyusun dalam habitat yang bersangkutan.

Suatu perubahan yang nyata adalah terhadap populasi hewan tanah yang berperan sebagai organisme pengurai (decomposer). Apabila kondisi tempat hidup semakin cocok maka reproduksi dan kehadiran jenis baru tentu akan terjadi. Sebagai contoh adalah jenis cacing tanah yang akan meningkat jumlahnya bila kelembaban tanah semakin tinggi. Perubahan kelembaban tanah terjadi bila tumbuhan penutup permukaan tanah juga semakin meningkat. Demikian juga untuk jenis hewan tanah lainnya.

Bila suatu ekosistem hutan mengalami gangguan yang drastic, misalnya pembukaan lahan yang menyebabkan cahaya matahari langsung menerpa permukaan tanah, maka suhu tanah akan meningkat dan semakin tinggi. Hal ini akan berakibat beberapa jenis hewan tanah tidak mampu beradaptasi dan mati. Akibatnya perubahan keanekaragaman hewan di dalam tanah akan berubah menjadi lebih sedikit. Hal ini tentunya akan sangat merugikan dalam proses pembangunan hutan selanjutnya, yaitu proses penguraian sisa-sisa bahan organis maupun guguran lain yang ada di lantai hutan. Dengan adanya populasi hewan tanah tentunya akan sangat membantu dalam menghancurkan seresah dll. menjadi bahan atau unsure kimia yang lebih tersedia bagi tumbuhan.

Tulisan-Tulisan Berkaitan :

  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  7. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  8. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  9. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  10. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  11. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  12. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  13. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  14. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  15. Definisi Habitat
  16. Definisi Homoestatis
  17. Definisi Ekotipe
  18. Pengertian Ekosistem
  19. Pengertian Lingkungan
  20. Pencemaran Lingkungan
  21. Ekologi
  22. Ekologi Hutan
  23. Parasit
  24. Predator
  25. Pemangsaan
  26. Heterogenitas Ruang
  27. Persaingan
  28. Definisi dan Pengertian Hutan
  29. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  30. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  31. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  32. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  33. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  34. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  35. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  36. Tipe-tipe Hutan Tropika
  37. Struktur Hutan Hujan Tropika
  38. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  39. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  40. Pengelolaan Hutan Tanaman
  41. Penentuan Kerapatan Tegakan
  42. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  44. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  45. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  46. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  48. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara


Perkembangan Suksesional Ekosistem

Menurut Ellenberg (1988), keanekaragaman jenis/ species dalam hutan alam (perawan) di daerah tropis tidak begitu dipengaruhi oleh relief tanah (topografi) jika dibandingkan dengan daerah beriklim sedang. Di daerah tropis, perbedaan antara lereng yang terkena sinar matahari dan yang tidak terkena sinar matahari tidak ada, atau tidak begitu penting dibanding di daerah iklim sedang. Akan tetapi begitu tumbuhan/pohon pelindungnya hilang, erosi tenah akan semakin cepat dengan bertambahnya kemiringan. Hanya ada tiga cara untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap kerusakan tanah, yaitu:

  • Pelestarian hutan (tidak ada pembukaan hutan sama sekali).
  • Pertanian hutan permanent (agroforestry), atau
  • Pembuatan terasering.
Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa harus diakui perbedaan kualitas tanah di hutan perawan, yaitu wilayah-wilayah hutan yang belum tersentuh manusia tidak dapat dilihat dari produktivitas lapisan pepohonan saja. Struktur jenis tumbuhan, misalnya dari jenis tanah podzol berpasir ternyata betul berbeda dengan struktur jenis tumbuhan pada jenis tanah berlempung (liat) di dekatnya. Begitu manusia masuk dan menebang pohon-pohon penyusun hutan alam, kemudian membakarnya dan menanami kembali dengan tanaman pangan maka abu yang dapat menyuburkan tanah akan cepat hilang karena hujan yang bertubi-tubi. Akibatnya lahan hutan menjadi semakin miskin hara dan setelah dua dan tiga tahun kemudian sudah tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan tanaman pangan. Oleh manusia ditinggalkan mencari ladang baru, dan cepat atau lambat lahan tadi akan terjadi suksesi alami untuk pemulihannya secara alamiah. Namun, dengan semakin rendahnya kandungan mineral tanah, maka hanya jenis semak belukar yang akan tumbuh dan menggantikan hutan lebat menjadi hutan sekunder semak belukar.

Kasus di hutan Jati, dengan penanaman tumpangsari sebenarnya sudah tidak cocok lagi ditinjau dari segi ekologinya. Beberapa kegiatan yang mengarah pada pembangunan hutan tanaman campur pada awal pembangunannya, ternyata setlah lima tahun pertama situasi berubah sama sekali, yaitu hanya pohon Jati yang tersisa dan tumbuhan bawah yang dimanfaatkan oleh ternak ayng digembala di dalamnya. Proses pengurusan lahan hutan Jati, berlangsung dengan pemanfaatan lahan secara intensif untuk tumpang sari, serta gangguan pemadatan tanah oleh hewan ternak. Hal ini dapat saja menyebabkan hutan Jati yang dulunya berbonita tinggi lama kelamaan akan menjadi lahan hutan berbonita rendah.

Di dalam hutan Jati ada jenis tumbuhan bawah yang senantiasa hidup baik dalam keadaan basah maupun kering, namun hal ini tidak pernah mendapat perhatian yang serius. Akibatnya, pada hutan Jati senantiasa mengalami kekeringan dan kematian tumbuhan bawah, lalu terjadi kebakaran di lantai hutan. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari sisi proses suksesi di dalam hutan Jati yang dimanfaatkan secara tidak bijaksana. Di sisi lain pemahaman para pengelola terhadap fungsi ekologis tumbuhan bawah juga belum memadai, sehingga mereka masih menganggap tumbuhan bawah mengganggu pertumbuhan tanaman pokok Jati.



Tulisan-Tulisan Berkaitan :

  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  7. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  8. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  9. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  10. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  11. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  12. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  13. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  14. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  15. Definisi Habitat
  16. Definisi Homoestatis
  17. Definisi Ekotipe
  18. Pengertian Ekosistem
  19. Pengertian Lingkungan
  20. Pencemaran Lingkungan
  21. Ekologi
  22. Ekologi Hutan
  23. Parasit
  24. Predator
  25. Pemangsaan
  26. Heterogenitas Ruang
  27. Persaingan
  28. Definisi dan Pengertian Hutan
  29. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  30. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  31. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  32. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  33. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  34. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  35. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  36. Tipe-tipe Hutan Tropika
  37. Struktur Hutan Hujan Tropika
  38. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  39. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  40. Pengelolaan Hutan Tanaman
  41. Penentuan Kerapatan Tegakan
  42. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  44. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  45. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  46. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  48. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara


Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence

 

 
Banyak komunitas tumbuhan hidup berdampingan dalam suatu pola mosaic yang kompleks. Dengan kata lain, satu komunitas klimak tidak menutup seluruh region. Kadang-kadang dalam mosaic terjadi gangguan local seperti kebakaran, sehingga membuat pembukaan lahan baru. Suksesi yang terjadi karena kebakaran setempat, atau angina rebut, atau tipe gangguan yang lain disebut suksesi Chronosequence. Di lain pihak, ada juga perbedaan mosaic akibat perbedaan topografi misalnya komunitas tumbuhan pada lereng bukit yang menghadap ke selatan berbeda dengan lereng bukit yang menghadap ke utara. Berkaitan dengan proses suksesi, maka ini disebut sebagai suksesi toposequence.

Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)

Suksesi direksional yaitu suksesi yang dicirikan oleh suatu akumulasi perubahan yang menyebabkan komunitas menjadi lebih luas. Misalnya suksesi yang terjadi pada pembentukan hutan klimaks di formasi hutan hujan tropis di luar Pulau Jawa.

Ekosistem hutan klimaks tersebut yang didominasi oleh pohon-pohon berkayu dengan diameter setinggi dada sampai sebesar 100 cm dari keluarga Dipterocarpaceae a.l. pohon meranti (Shorea spp.), keruing (Dipterocarpus spp.), kamper (Dryobalanops spp.) dan merawan (Hopea spp.) merupakan arah akhir dari proses suksesi direksional yang dimulai dari tumbuhnya jenis-jenis pioneer pada awal suksesi. Jenis-jenis pioneer yang biasa dijumpai a.l. pohon mahang (Macaranga gigantean), simpur (Dillenia sp.) dan jabon/kelempayan (Anthocephalus cadamba).

Sementara itu, di dalam suksesi yang searah ini juga bisa terjadi suksesi siklis, yaitu yang terjadi pada tiap tingkat suksesi tergantung pada masa hidup jenis pohon tertentu yang menjadi penyusunnya. Pohon tua mati dan hilang tajuknya, sehingga cahaya matahari masuk ke dalam lantai hutan, kemudian jenis baru menempati lubang cahaya dan hidup sebagai pengganti pohon yang mati tersebut.



Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif

Proses suksesi senantiasa mengarah kepada anggota komunitas yang semakin tambah dan menjadi lebih besar kompleksitasnya, dan juga dalam pertambahan biomas serta habitat menjadi semakin lembab. Tipe suksesi ini disebut suksesi Progresif.

Adapun yang dimaksud dengan suksesi Retrogresif adalah arahnya kebalikan daripada suksesi progresif, yaitu komunitas menjadi lebih sederhana, dengan jumlah jenis yang lebih sedikit, dan habitat berubah menjadi lebih basah atau lebih kering. Beberapa suksesi retrogresif adalah allogenik.

Tulisan-Tulisan Berkaitan :

  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
  7. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  8. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  9. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  10. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  11. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  12. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  13. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  14. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  15. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  16. Definisi Habitat
  17. Definisi Homoestatis
  18. Definisi Ekotipe
  19. Pengertian Ekosistem
  20. Pengertian Lingkungan
  21. Pencemaran Lingkungan
  22. Ekologi
  23. Ekologi Hutan
  24. Parasit
  25. Predator
  26. Pemangsaan
  27. Heterogenitas Ruang
  28. Persaingan
  29. Definisi dan Pengertian Hutan
  30. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  31. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  32. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  33. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  34. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  35. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  36. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  37. Tipe-tipe Hutan Tropika
  38. Struktur Hutan Hujan Tropika
  39. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  40. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  41. Pengelolaan Hutan Tanaman
  42. Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  44. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  45. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  46. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  48. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  49. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara


Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.

Salah satu kekuatan yang mengatur terjadinya proses suksesi adalah pengaruh tumbuhan yang mempengaruhi kondisi habitatnya. Tajuk tumbuhan menciptakan naungan, menambah akumulasi seresah, menambah kelembaban, akarnya merubah struktur dan sifat kimia tanah. Modifikasi kondisi lingkungan seperti ini telah menyebabkan beberapa jenis anakan pohon tidak mampu beradaptsi terhadap naungan, tetapi bagi anakan jenis pohon lain justru dapat beradaptasi sehingga tetap bias tumbuh dengan baik. Berbarengan dengan berjalannya waktu, maka kumpulan jenis tumbuhan baru akan datang dan mendominasi tempat tumbuh tersebut. Proses suksesi seperti ini menurut Tansley (1935, dikutip oleh Barbour dkk., 1980) dinamakan suksesi autogenic. Dalam proses ini, baik lingkungan maupun komunitas tumbuhan berubah, dan perubahan ini terjadi karena aktivitas organisme itu sendiri. 
 
 
 
Invasi  Spesies Acacia nilotica
 
Sementara itu, yang dimaksud dengan suksesi allogenic adalah suksesi yang terjadi oleh karena perubahan lingkungan yang disebabkan oleh diluar kendali organisme asli. Misalnya adanya penanaman jenis pohon eksotik yang justru menjadi penguasa pada habitat jenis asli yang lebih dulu ada.
 
 

TIPE TIPE SUKSESI

Proses terjadinya suksesi secara berurutan mempunyai beberapa tipe. Tipe-tipe suksesi tersebut dapat digolongkan dalam 2 tipe suksesi yaitu : Suksesi Primer dan Suksesi Sekunder.

Suksesi Primer adalah terbentuknya komunitas tumbuhan pada suatu lahan yang pada awalnya kosong tanpa vegetasi. Bila komunitas pioneer terjadi pada lahan yang basah, misalnya pada tepian waduk yang menjadi dangkal maka disebut sebagai suksesi primer hidrarch. Sementara komunitas pioneer yang terjadi pada batu granit yang terbuka disebut sebagai suksesi primer xerarch.




Suksesi Sekunder adalah invasi tumbuhan pada lahan yang sebelumnya sudah ada vegetasi, namun vegetasi awal tersebut mengalami kerusakan dan gangguan baik alami maupun oleh kegiatan manusia. Misalnya pada areal bekas perladangan liar di hutan hujan tropis yang ditinggalkan, atau areal hutan bekas tebangan liar (illegal logging) yang dibiarkan akan kembali membentuk hutan sekunder.



Tulisan-Tulisan Berkaitan :

  1. Definisi Suksesi
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
  7. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  8. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  9. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  10. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  11. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  12. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  13. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  14. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
  15. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  16. Definisi Habitat
  17. Definisi Homoestatis
  18. Definisi Ekotipe
  19. Pengertian Ekosistem
  20. Pengertian Lingkungan
  21. Pencemaran Lingkungan
  22. Ekologi
  23. Ekologi Hutan
  24. Parasit
  25. Predator
  26. Pemangsaan
  27. Heterogenitas Ruang
  28. Persaingan
  29. Definisi dan Pengertian Hutan
  30. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  31. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  32. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  33. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  34. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  35. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  36. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  37. Tipe-tipe Hutan Tropika
  38. Struktur Hutan Hujan Tropika
  39. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  40. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  41. Pengelolaan Hutan Tanaman
  42. Penentuan Kerapatan Tegakan
  43. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  44. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  45. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  46. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  47. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  48. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  49. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara



ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer