- Definisi Suksesi
- Tahap-Tahap Suksesi
- Tipe-Tipe Suksesi
- Definisi Suksesi Primer
- Definisi Suksesi Sekunder
- Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
- Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
- Suksesi dalam Komunitas Hewan
- Perkembangan Suksesional Ekosistem
- Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
- Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
- Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
- Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
- Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
- Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
- Definisi Habitat
- Definisi Homoestatis
- Definisi Ekotipe
- Pengertian Ekosistem
- Pengertian Lingkungan
- Pencemaran Lingkungan
- Ekologi
- Ekologi Hutan
- Parasit
- Predator
- Pemangsaan
- Heterogenitas Ruang
- Persaingan
- Definisi dan Pengertian Hutan
- Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
- Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
- Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
- Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
- Silvikultur Hutan Alam Tropika
- Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
- Tipe-tipe Hutan Tropika
- Struktur Hutan Hujan Tropika
- Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
- Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
- Pengelolaan Hutan Tanaman
- Penentuan Kerapatan Tegakan
- Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
- Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
- Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
- Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
- Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara
Showing posts with label TIPE SUKSESI. Show all posts
Showing posts with label TIPE SUKSESI. Show all posts
Pengertian TUMBUHAN PERINTIS atau Pionir (Pioneer)
Pengertian Tumbuhan Perintis atau Pionir (pioneer) adalah tumbuhan yang mampu merambah lahan kosong dan tumbuhan serta berkoloni sampai didesak oleh jenis tumbuhan suksesi sebagai hasil proses Suksesi.
Tumbuhan perintis adalah pendatang baru pada tahapan awal Suksesi dengan sifat sifat khusus pada spesies tertentu dengan maksud mengembangkan keberadaan jenis yang lebih mantap.
Tumbuhan perintis adalah tumbuhan yang ditanam untuk mempersiapkan tempat tumbuh bagi jenis tumbuhan Suksesi dan kemudian digunakan sebagai persemaian.
Tumbuhan lumut (Bryophyte) sering disebut tumbuhan Perintis, artinya tumbuhan yang pertama hadir dan bisa membuka lahan hidup untuk organisme lain. Tumbuhan lumut (Bryophyte) merupakan tumbuhan peralihan antara Thallophyta dan Cormophyta, dimana Thallophyta adalah tumbuhan yang belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan Cormophyta adalah tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Bryophyte merupakan salah satu Devisio dari kingdom Plantae (dunia tumbuhan).
Tulisan-Tulisan Berkaitan :
PROSES SUKSESI TUMBUHAN | KLIMAKS IKLIM
Klimaks iklim merupakan tingkat terakhir dari suatu proses Suksesi, baik primer maupun sekunder dengan komposisi dan struktur alam ditentukan oleh faktor-faktor iklim, dengan vegetasi dominan yang stabil. Jenis dominan ini tidak dapat diganti oleh tumbuhan lain, kecuali kalau terjadi perubahan iklim, atau adanya gangguan dari luar.
Secara umum, kondisi klimaks iklim bagi suatu daerah yang cukup air, adalah berupa hutan. Apabila kurang cukup air maka akan berupa padang rumput, semak belukar atau savana. Apabila kondisinya terlalu kering maka akan dapat berupa Gurun Pasir.
Dalam suatu ekosistem hutan, terdapat suatu Tahapan Suksesi yang mencapai klimaks. Jenis-jenis pionir pada akhirnya akan diganti oleh jenis-jenis yang kurang agresif, yang menyelinap di bawah kanopi.
Ciri-ciri bahwa hutan dalam tingkatan klimaks adalah : vegetasi dalam keadaan stabil, jenis dominan akan mengganti dirinya sendiri, tidak ada jenis dominan baru yang masuk, kondisi tanahnya mantap; dan komposisi jenisnya seragam untuk daerah-daerah yang mempunyai tipe iklim sama.
Sulit untuk mengenali suatu hutan klimaks yang sebenarnya, karena vegetasi yang stabil dalam suatu daerah yang luas mungkin akan sering mengalami gangguan-gangguan seperti adanya berbagai macam aktivitas manusia, kebakaran yang berulang-ulang serta adanya penggembalaan. Adanya gangguan-gangguan eksternal secara terus-menerus, akan menghasilkan vegetasi yang seolah-oleh telah sampai pada kondisi klimaks. Kondisi vegetasi ini dikenal dengan istilah "sub klimaks".
Tulisan-Tulisan Berkaitan :
- Definisi Suksesi
- Tahap-Tahap Suksesi
- Tipe-Tipe Suksesi
- Definisi Suksesi Primer
- Definisi Suksesi Sekunder
- Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
- Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
- Suksesi dalam Komunitas Hewan
- Perkembangan Suksesional Ekosistem
- Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
- Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
- Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
- Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
- Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
- Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
- Definisi Habitat
- Definisi Homoestatis
- Definisi Ekotipe
- Pengertian Ekosistem
- Pengertian Lingkungan
- Pencemaran Lingkungan
- Ekologi
- Ekologi Hutan
- Parasit
- Predator
- Pemangsaan
- Heterogenitas Ruang
- Persaingan
- Definisi dan Pengertian Hutan
- Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
- Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
- Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
- Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
- Silvikultur Hutan Alam Tropika
- Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
- Tipe-tipe Hutan Tropika
- Struktur Hutan Hujan Tropika
- Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
- Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
- Pengelolaan Hutan Tanaman
- Penentuan Kerapatan Tegakan
- Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
- Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
- Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
- Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
- Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara
Suksesi dalam Pengelolaan Hutan

Proses suksesi yang dapat dilihat dalam membangun hutan berkaitan dengan pembangunan hutan Wanaga I di Kabupaten Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta. Bermula dari bentang lahan berbatuan kapur yang kritis dan gundul, pada tahun sekitar 1963-an dimulai proses pembelukaran dengan menebar biji-biji jenis tumbuhan legume (berbuah polong), a.l. lamtoro (Leucaena glauca) dan lamtoro merah (Acacia villosa). Kedua jenis tumbuhan ini termasuk jenis pioneer yang mampu tumbuh dan hidup dengan kondisi tempat tumbuh yang sangat minim.
Dengan perjalanan waktu, ditunjang pengembangaqn infrastruktur berupa pembuatan teras-teras pada lahan berbatu kapur, ternyata mampu menghadirkan jenis tumput-rumputan. Oleh masyarakat setempat, pertumbuhan tanaman legume dan rumput menjadi sumber kehidupan mereka, yaitu untuk memberi makan hewan ternak. Mereka mengembalikan ke areal suksesi dengan membawa kotoran hewan. Kegiatan ini dapat mempercepat proses restorasi lahan menjadi siap ditanami dengqan pohon-pohon berkayu lainnya.

Percobaan pertama dengan mengembangkan tanaman Cendana, dan pada mulanya hanya sedikit yang mampu tumbuh dan hidup. Rupanya pohon cendana yang hidup ini telah menjadi sumber biji yang mampu berkembang secara alami dengan bantuan satwa burung pemakan buah cendana dan membantu menyebarkannya di tempat lain. Saat ini Wanagama I sudah menjadi hutan setelah 40 tahun kemudian mulailah kehadiran satwa Rusa Jawa hidup di Wanagama I.
Tulisan-Tulisan Berkaitan :
Dengan perjalanan waktu, ditunjang pengembangaqn infrastruktur berupa pembuatan teras-teras pada lahan berbatu kapur, ternyata mampu menghadirkan jenis tumput-rumputan. Oleh masyarakat setempat, pertumbuhan tanaman legume dan rumput menjadi sumber kehidupan mereka, yaitu untuk memberi makan hewan ternak. Mereka mengembalikan ke areal suksesi dengan membawa kotoran hewan. Kegiatan ini dapat mempercepat proses restorasi lahan menjadi siap ditanami dengqan pohon-pohon berkayu lainnya.

Percobaan pertama dengan mengembangkan tanaman Cendana, dan pada mulanya hanya sedikit yang mampu tumbuh dan hidup. Rupanya pohon cendana yang hidup ini telah menjadi sumber biji yang mampu berkembang secara alami dengan bantuan satwa burung pemakan buah cendana dan membantu menyebarkannya di tempat lain. Saat ini Wanagama I sudah menjadi hutan setelah 40 tahun kemudian mulailah kehadiran satwa Rusa Jawa hidup di Wanagama I.
Tulisan-Tulisan Berkaitan :
- Definisi Suksesi
- Tahap-Tahap Suksesi
- Tipe-Tipe Suksesi
- Definisi Suksesi Primer
- Definisi Suksesi Sekunder
- Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
- Suksesi dalam Komunitas Hewan
- Perkembangan Suksesional Ekosistem
- Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
- Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
- Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
- Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
- Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
- Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
- Pengelolaan Hutan Berbasis Ekosistem
- Definisi Habitat
- Definisi Homoestatis
- Definisi Ekotipe
- Pengertian Ekosistem
- Pengertian Lingkungan
- Pencemaran Lingkungan
- Ekologi
- Ekologi Hutan
- Parasit
- Predator
- Pemangsaan
- Heterogenitas Ruang
- Persaingan
- Definisi dan Pengertian Hutan
- Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
- Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
- Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
- Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
- Silvikultur Hutan Alam Tropika
- Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
- Tipe-tipe Hutan Tropika
- Struktur Hutan Hujan Tropika
- Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
- Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
- Pengelolaan Hutan Tanaman
- Penentuan Kerapatan Tegakan
- Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
- Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
- Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
- Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
- Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara
PENGERTIAN DAN DEFINISI :
- DEFINISI TEGAKAN
- DEFINISI TEGAKAN CAMPURAN
- DEFINISI TEGAKAN MURNI
- DEFINISI TEGAKAN SEUMUR
- DEFINISI TEGAKAN TIDAK SEUMUR
- TIPE-TIPE HUTAN TROPIS
- STRUKTUR HUTAN HUJAN TROPIS
- KONDISI HUTAN TROPIS INDONESIA
- KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIA
- GAMBAR KERUSAKAN HUTAN
- GAMBAR FAUNA INDONESIA
- GAMBAR POHON-POHON UNIK
- TAMAN NASIONAL MANUSELA
- PUSAT PENYELAMATAN SATWA
- DEFINISI HUTAN
- DEFINISI HUTAN ALAM
- DEFINISI HUTAN PRIMER
- DEFINISI HUTAN SEKUNDER
- DEFINISI HUTAN TROPIS
- DEFINISI HUTAN RAWA
- DEFINISI HUTAN PERDU
- DEFINISI HUTAN PERAWAN
- DEFINISI HUTAN PEGUNUNGAN
- DEFINISI HUTAN PANTAI
- DEFINISI HUTAN MUSIM
- DEFINISI HUTAN KEMASYARAKATAN
- DEFINISI HUTAN RAKYAT
- DEFINISI HUTAN KONVERSI
- DEFINISI HUTAN LINDUNG
- DEFINISI HUTAN KONSERVASI
- DEFINISI HUTAN PRODUKSI
- DEFINISI HUTAN MANGROVE
- DEFINISI HUTAN KLIMAKS
- DEFINISI HUTAN TANAMAN
- DEFINISI HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI)
- DEFINISI HUTAN KOTA
- DEFINISI DEGRADASI HUTAN
- DEFINISI DEFORESTASI
- DEFINISI REBOISASI DAN PENGHIJAUAN
- DEFINISI KONSERVASI TANAH
- MANFAAT DAN FUNGSI HUTAN LINDUNG
- FORMASI EKOSISTEM HUTAN
- EKOSISTEM HUTAN HUJAN TROPIS
- EKOSISTEM HUTAN MUSIM
- EKOSISTEM HUTAN PANTAI
- EKOSISTEM HUTAN PAYAU ATAU MANGROVE
- EKOSISTEM HUTAN RAWA
- EKOSISTEM HUTAN GAMBUT
- EKOSISTEM HUTAN TANAMAN
Suksesi dalam Komunitas Hewan

Keanekaragaman jenis dalam suatu tipe fungsional mungkin mempertinggi efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan dan proses penyimpanan dalam ekosistem. Dengan berubahnya struktur ekosistem hutan yaitu akibat adanya perubahan komposisi jenis penyusun maka akan menimbulkan perubahan kondisi lingkungan, yang memungkinkan terjadinya perubahan komposisi komunitas hewan penyusun dalam habitat yang bersangkutan.
Suatu perubahan yang nyata adalah terhadap populasi hewan tanah yang berperan sebagai organisme pengurai (decomposer). Apabila kondisi tempat hidup semakin cocok maka reproduksi dan kehadiran jenis baru tentu akan terjadi. Sebagai contoh adalah jenis cacing tanah yang akan meningkat jumlahnya bila kelembaban tanah semakin tinggi. Perubahan kelembaban tanah terjadi bila tumbuhan penutup permukaan tanah juga semakin meningkat. Demikian juga untuk jenis hewan tanah lainnya.
Bila suatu ekosistem hutan mengalami gangguan yang drastic, misalnya pembukaan lahan yang menyebabkan cahaya matahari langsung menerpa permukaan tanah, maka suhu tanah akan meningkat dan semakin tinggi. Hal ini akan berakibat beberapa jenis hewan tanah tidak mampu beradaptasi dan mati. Akibatnya perubahan keanekaragaman hewan di dalam tanah akan berubah menjadi lebih sedikit. Hal ini tentunya akan sangat merugikan dalam proses pembangunan hutan selanjutnya, yaitu proses penguraian sisa-sisa bahan organis maupun guguran lain yang ada di lantai hutan. Dengan adanya populasi hewan tanah tentunya akan sangat membantu dalam menghancurkan seresah dll. menjadi bahan atau unsure kimia yang lebih tersedia bagi tumbuhan.
Tulisan-Tulisan Berkaitan :
- Definisi Suksesi
- Tahap-Tahap Suksesi
- Tipe-Tipe Suksesi
- Definisi Suksesi Primer
- Definisi Suksesi Sekunder
- Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
- Suksesi dalam Komunitas Hewan
- Perkembangan Suksesional Ekosistem
- Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
- Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
- Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
- Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
- Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
- Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
- Definisi Habitat
- Definisi Homoestatis
- Definisi Ekotipe
- Pengertian Ekosistem
- Pengertian Lingkungan
- Pencemaran Lingkungan
- Ekologi
- Ekologi Hutan
- Parasit
- Predator
- Pemangsaan
- Heterogenitas Ruang
- Persaingan
- Definisi dan Pengertian Hutan
- Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
- Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
- Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
- Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
- Silvikultur Hutan Alam Tropika
- Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
- Tipe-tipe Hutan Tropika
- Struktur Hutan Hujan Tropika
- Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
- Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
- Pengelolaan Hutan Tanaman
- Penentuan Kerapatan Tegakan
- Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
- Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
- Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
- Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
- Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara
Perkembangan Suksesional Ekosistem
Menurut Ellenberg (1988), keanekaragaman jenis/ species dalam hutan alam (perawan) di daerah tropis tidak begitu dipengaruhi oleh relief tanah (topografi) jika dibandingkan dengan daerah beriklim sedang. Di daerah tropis, perbedaan antara lereng yang terkena sinar matahari dan yang tidak terkena sinar matahari tidak ada, atau tidak begitu penting dibanding di daerah iklim sedang. Akan tetapi begitu tumbuhan/pohon pelindungnya hilang, erosi tenah akan semakin cepat dengan bertambahnya kemiringan. Hanya ada tiga cara untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap kerusakan tanah, yaitu:
- Pelestarian hutan (tidak ada pembukaan hutan sama sekali).
- Pertanian hutan permanent (agroforestry), atau
- Pembuatan terasering.
Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa harus diakui perbedaan kualitas tanah di hutan perawan, yaitu wilayah-wilayah hutan yang belum tersentuh manusia tidak dapat dilihat dari produktivitas lapisan pepohonan saja. Struktur jenis tumbuhan, misalnya dari jenis tanah podzol berpasir ternyata betul berbeda dengan struktur jenis tumbuhan pada jenis tanah berlempung (liat) di dekatnya. Begitu manusia masuk dan menebang pohon-pohon penyusun hutan alam, kemudian membakarnya dan menanami kembali dengan tanaman pangan maka abu yang dapat menyuburkan tanah akan cepat hilang karena hujan yang bertubi-tubi. Akibatnya lahan hutan menjadi semakin miskin hara dan setelah dua dan tiga tahun kemudian sudah tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan tanaman pangan. Oleh manusia ditinggalkan mencari ladang baru, dan cepat atau lambat lahan tadi akan terjadi suksesi alami untuk pemulihannya secara alamiah. Namun, dengan semakin rendahnya kandungan mineral tanah, maka hanya jenis semak belukar yang akan tumbuh dan menggantikan hutan lebat menjadi hutan sekunder semak belukar.
Kasus di hutan Jati, dengan penanaman tumpangsari sebenarnya sudah tidak cocok lagi ditinjau dari segi ekologinya. Beberapa kegiatan yang mengarah pada pembangunan hutan tanaman campur pada awal pembangunannya, ternyata setlah lima tahun pertama situasi berubah sama sekali, yaitu hanya pohon Jati yang tersisa dan tumbuhan bawah yang dimanfaatkan oleh ternak ayng digembala di dalamnya. Proses pengurusan lahan hutan Jati, berlangsung dengan pemanfaatan lahan secara intensif untuk tumpang sari, serta gangguan pemadatan tanah oleh hewan ternak. Hal ini dapat saja menyebabkan hutan Jati yang dulunya berbonita tinggi lama kelamaan akan menjadi lahan hutan berbonita rendah.
Di dalam hutan Jati ada jenis tumbuhan bawah yang senantiasa hidup baik dalam keadaan basah maupun kering, namun hal ini tidak pernah mendapat perhatian yang serius. Akibatnya, pada hutan Jati senantiasa mengalami kekeringan dan kematian tumbuhan bawah, lalu terjadi kebakaran di lantai hutan. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari sisi proses suksesi di dalam hutan Jati yang dimanfaatkan secara tidak bijaksana. Di sisi lain pemahaman para pengelola terhadap fungsi ekologis tumbuhan bawah juga belum memadai, sehingga mereka masih menganggap tumbuhan bawah mengganggu pertumbuhan tanaman pokok Jati.
Kasus di hutan Jati, dengan penanaman tumpangsari sebenarnya sudah tidak cocok lagi ditinjau dari segi ekologinya. Beberapa kegiatan yang mengarah pada pembangunan hutan tanaman campur pada awal pembangunannya, ternyata setlah lima tahun pertama situasi berubah sama sekali, yaitu hanya pohon Jati yang tersisa dan tumbuhan bawah yang dimanfaatkan oleh ternak ayng digembala di dalamnya. Proses pengurusan lahan hutan Jati, berlangsung dengan pemanfaatan lahan secara intensif untuk tumpang sari, serta gangguan pemadatan tanah oleh hewan ternak. Hal ini dapat saja menyebabkan hutan Jati yang dulunya berbonita tinggi lama kelamaan akan menjadi lahan hutan berbonita rendah.
Di dalam hutan Jati ada jenis tumbuhan bawah yang senantiasa hidup baik dalam keadaan basah maupun kering, namun hal ini tidak pernah mendapat perhatian yang serius. Akibatnya, pada hutan Jati senantiasa mengalami kekeringan dan kematian tumbuhan bawah, lalu terjadi kebakaran di lantai hutan. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari sisi proses suksesi di dalam hutan Jati yang dimanfaatkan secara tidak bijaksana. Di sisi lain pemahaman para pengelola terhadap fungsi ekologis tumbuhan bawah juga belum memadai, sehingga mereka masih menganggap tumbuhan bawah mengganggu pertumbuhan tanaman pokok Jati.
Tulisan-Tulisan Berkaitan :
- Definisi Suksesi
- Tahap-Tahap Suksesi
- Tipe-Tipe Suksesi
- Definisi Suksesi Primer
- Definisi Suksesi Sekunder
- Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
- Suksesi dalam Komunitas Hewan
- Perkembangan Suksesional Ekosistem
- Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
- Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
- Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
- Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
- Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
- Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
- Definisi Habitat
- Definisi Homoestatis
- Definisi Ekotipe
- Pengertian Ekosistem
- Pengertian Lingkungan
- Pencemaran Lingkungan
- Ekologi
- Ekologi Hutan
- Parasit
- Predator
- Pemangsaan
- Heterogenitas Ruang
- Persaingan
- Definisi dan Pengertian Hutan
- Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
- Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
- Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
- Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
- Silvikultur Hutan Alam Tropika
- Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
- Tipe-tipe Hutan Tropika
- Struktur Hutan Hujan Tropika
- Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
- Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
- Pengelolaan Hutan Tanaman
- Penentuan Kerapatan Tegakan
- Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
- Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
- Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
- Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
- Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara
Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
Banyak komunitas tumbuhan hidup berdampingan dalam suatu pola mosaic yang kompleks. Dengan kata lain, satu komunitas klimak tidak menutup seluruh region. Kadang-kadang dalam mosaic terjadi gangguan local seperti kebakaran, sehingga membuat pembukaan lahan baru.
Suksesi yang terjadi karena kebakaran setempat, atau angina rebut, atau tipe gangguan yang lain disebut suksesi Chronosequence. Di lain pihak, ada juga perbedaan mosaic akibat perbedaan topografi misalnya komunitas tumbuhan pada lereng bukit yang menghadap ke selatan berbeda dengan lereng bukit yang menghadap ke utara. Berkaitan dengan proses suksesi, maka ini disebut sebagai suksesi toposequence.
Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
Suksesi direksional yaitu suksesi yang dicirikan oleh suatu akumulasi perubahan yang menyebabkan komunitas menjadi lebih luas. Misalnya suksesi yang terjadi pada pembentukan hutan klimaks di formasi hutan hujan tropis di luar Pulau Jawa.
Ekosistem hutan klimaks tersebut yang didominasi oleh pohon-pohon berkayu dengan diameter setinggi dada sampai sebesar 100 cm dari keluarga Dipterocarpaceae a.l. pohon meranti (Shorea spp.), keruing (Dipterocarpus spp.), kamper (Dryobalanops spp.) dan merawan (Hopea spp.) merupakan arah akhir dari proses suksesi direksional yang dimulai dari tumbuhnya jenis-jenis pioneer pada awal suksesi. Jenis-jenis pioneer yang biasa dijumpai a.l. pohon mahang (Macaranga gigantean), simpur (Dillenia sp.) dan jabon/kelempayan (Anthocephalus cadamba).
Sementara itu, di dalam suksesi yang searah ini juga bisa terjadi suksesi siklis, yaitu yang terjadi pada tiap tingkat suksesi tergantung pada masa hidup jenis pohon tertentu yang menjadi penyusunnya. Pohon tua mati dan hilang tajuknya, sehingga cahaya matahari masuk ke dalam lantai hutan, kemudian jenis baru menempati lubang cahaya dan hidup sebagai pengganti pohon yang mati tersebut.
Ekosistem hutan klimaks tersebut yang didominasi oleh pohon-pohon berkayu dengan diameter setinggi dada sampai sebesar 100 cm dari keluarga Dipterocarpaceae a.l. pohon meranti (Shorea spp.), keruing (Dipterocarpus spp.), kamper (Dryobalanops spp.) dan merawan (Hopea spp.) merupakan arah akhir dari proses suksesi direksional yang dimulai dari tumbuhnya jenis-jenis pioneer pada awal suksesi. Jenis-jenis pioneer yang biasa dijumpai a.l. pohon mahang (Macaranga gigantean), simpur (Dillenia sp.) dan jabon/kelempayan (Anthocephalus cadamba).
Sementara itu, di dalam suksesi yang searah ini juga bisa terjadi suksesi siklis, yaitu yang terjadi pada tiap tingkat suksesi tergantung pada masa hidup jenis pohon tertentu yang menjadi penyusunnya. Pohon tua mati dan hilang tajuknya, sehingga cahaya matahari masuk ke dalam lantai hutan, kemudian jenis baru menempati lubang cahaya dan hidup sebagai pengganti pohon yang mati tersebut.
Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
Proses suksesi senantiasa mengarah kepada anggota komunitas yang semakin tambah dan menjadi lebih besar kompleksitasnya, dan juga dalam pertambahan biomas serta habitat menjadi semakin lembab. Tipe suksesi ini disebut suksesi Progresif.
Adapun yang dimaksud dengan suksesi Retrogresif adalah arahnya kebalikan daripada suksesi progresif, yaitu komunitas menjadi lebih sederhana, dengan jumlah jenis yang lebih sedikit, dan habitat berubah menjadi lebih basah atau lebih kering. Beberapa suksesi retrogresif adalah allogenik.
Adapun yang dimaksud dengan suksesi Retrogresif adalah arahnya kebalikan daripada suksesi progresif, yaitu komunitas menjadi lebih sederhana, dengan jumlah jenis yang lebih sedikit, dan habitat berubah menjadi lebih basah atau lebih kering. Beberapa suksesi retrogresif adalah allogenik.
Tulisan-Tulisan Berkaitan :
- Definisi Suksesi
- Tahap-Tahap Suksesi
- Tipe-Tipe Suksesi
- Definisi Suksesi Primer
- Definisi Suksesi Sekunder
- Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
- Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
- Suksesi dalam Komunitas Hewan
- Perkembangan Suksesional Ekosistem
- Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
- Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
- Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
- Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
- Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
- Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
- Definisi Habitat
- Definisi Homoestatis
- Definisi Ekotipe
- Pengertian Ekosistem
- Pengertian Lingkungan
- Pencemaran Lingkungan
- Ekologi
- Ekologi Hutan
- Parasit
- Predator
- Pemangsaan
- Heterogenitas Ruang
- Persaingan
- Definisi dan Pengertian Hutan
- Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
- Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
- Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
- Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
- Silvikultur Hutan Alam Tropika
- Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
- Tipe-tipe Hutan Tropika
- Struktur Hutan Hujan Tropika
- Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
- Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
- Pengelolaan Hutan Tanaman
- Penentuan Kerapatan Tegakan
- Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
- Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
- Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
- Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
- Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara
Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
Salah satu kekuatan yang mengatur terjadinya proses suksesi adalah pengaruh tumbuhan yang mempengaruhi kondisi habitatnya. Tajuk tumbuhan menciptakan naungan, menambah akumulasi seresah, menambah kelembaban, akarnya merubah struktur dan sifat kimia tanah. Modifikasi kondisi lingkungan seperti ini telah menyebabkan beberapa jenis anakan pohon tidak mampu beradaptsi terhadap naungan, tetapi bagi anakan jenis pohon lain justru dapat beradaptasi sehingga tetap bias tumbuh dengan baik. Berbarengan dengan berjalannya waktu, maka kumpulan jenis tumbuhan baru akan datang dan mendominasi tempat tumbuh tersebut. Proses suksesi seperti ini menurut Tansley (1935, dikutip oleh Barbour dkk., 1980) dinamakan suksesi autogenic. Dalam proses ini, baik lingkungan maupun komunitas tumbuhan berubah, dan perubahan ini terjadi karena aktivitas organisme itu sendiri.
Sementara itu, yang dimaksud dengan suksesi allogenic adalah suksesi yang terjadi oleh karena perubahan lingkungan yang disebabkan oleh diluar kendali organisme asli. Misalnya adanya penanaman jenis pohon eksotik yang justru menjadi penguasa pada habitat jenis asli yang lebih dulu ada.
TIPE TIPE SUKSESI
Proses terjadinya suksesi secara berurutan mempunyai beberapa tipe. Tipe-tipe suksesi tersebut dapat digolongkan dalam 2 tipe suksesi yaitu : Suksesi Primer dan Suksesi Sekunder.

Suksesi Sekunder adalah invasi tumbuhan pada lahan yang sebelumnya sudah ada vegetasi, namun vegetasi awal tersebut mengalami kerusakan dan gangguan baik alami maupun oleh kegiatan manusia. Misalnya pada areal bekas perladangan liar di hutan hujan tropis yang ditinggalkan, atau areal hutan bekas tebangan liar (illegal logging) yang dibiarkan akan kembali membentuk hutan sekunder.

Suksesi Primer adalah terbentuknya komunitas tumbuhan pada suatu lahan yang pada awalnya kosong tanpa vegetasi. Bila komunitas pioneer terjadi pada lahan yang basah, misalnya pada tepian waduk yang menjadi dangkal maka disebut sebagai suksesi primer hidrarch. Sementara komunitas pioneer yang terjadi pada batu granit yang terbuka disebut sebagai suksesi primer xerarch.

Suksesi Sekunder adalah invasi tumbuhan pada lahan yang sebelumnya sudah ada vegetasi, namun vegetasi awal tersebut mengalami kerusakan dan gangguan baik alami maupun oleh kegiatan manusia. Misalnya pada areal bekas perladangan liar di hutan hujan tropis yang ditinggalkan, atau areal hutan bekas tebangan liar (illegal logging) yang dibiarkan akan kembali membentuk hutan sekunder.

Tulisan-Tulisan Berkaitan :
- Definisi Suksesi
- Tahap-Tahap Suksesi
- Tipe-Tipe Suksesi
- Definisi Suksesi Primer
- Definisi Suksesi Sekunder
- Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
- Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
- Suksesi dalam Komunitas Hewan
- Perkembangan Suksesional Ekosistem
- Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
- Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
- Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
- Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
- Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
- Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
- Definisi Habitat
- Definisi Homoestatis
- Definisi Ekotipe
- Pengertian Ekosistem
- Pengertian Lingkungan
- Pencemaran Lingkungan
- Ekologi
- Ekologi Hutan
- Parasit
- Predator
- Pemangsaan
- Heterogenitas Ruang
- Persaingan
- Definisi dan Pengertian Hutan
- Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
- Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
- Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
- Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
- Silvikultur Hutan Alam Tropika
- Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
- Tipe-tipe Hutan Tropika
- Struktur Hutan Hujan Tropika
- Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
- Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
- Pengelolaan Hutan Tanaman
- Penentuan Kerapatan Tegakan
- Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
- Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
- Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
- Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
- Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara
Subscribe to:
Posts (Atom)
Paling Populer
-
Secara umum, PERSEMAIAN digolongkan menjadi 2 jenis/tipe yaitu persemaian sementara dan persemaian tetap. Persemaian sementara (Flyng n...
-
Definisi dan Pengertian dari Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah hak untuk mengusahakan hutan di dalam suatu kawasan hutan produksi yang mel...
-
Definisi dan Pengertian dari Porositas Tanah adalah ruang volume seluruh pori-pori makro dan mikro dalam tanah yang dinyatakan dalam perse...
-
Pengertian dan Definisi dari Hutan Rawa adalah hutan yang tumbuh dan berkembang pada tempat yang selalu tergenang air tawar atau secara musi...
-
Struktur Morfologi dan Anatomi Akar tumbuhan tampak dari luar seperti : tudung akar, batang akar, cabang akar (pada dikotil), dan bulu ak...
-
Pengertian dan Definisi dari Hutan Konversi adalah hutan yang ditetapkan untuk berbagai tujuan dan kepentingan pembangunan di luar bidang ke...
-
Pengertian dan definisi dari Ekosistem Air adalah ekosistem yang faktor lingkungan eksternalnya didominasi oleh air sebagai habitat dari...
-
Definisi dan Pengertian Perambah Hutan adalah orang atau kelompok masyarakat yang memasuki hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya denga...
-
Definisi Komputer merupakan kata dari bahasa Yunani – COMPUTARE – . Computare artinya memperhitungkan atau menggabungkan bersama-sama. K...
-
Formasi ekosistem hutan merupakan tipe atau bentuk susunan ekosistem hutan yang terjadi akibat pengaruh faktor lingkungan yang dominan terha...