Showing posts with label Macam dan Tipe Hutan. Show all posts
Showing posts with label Macam dan Tipe Hutan. Show all posts

Kendala-kendala Pengusahaan Hutan


Hutan merupakan sumber daya penting dan strategi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Selama hampir empat dasawarsa sektor kehutanan telah memberi kontribusi penting bagi proses pembangunan nasional yang tercermin dari kontribusi berupa devisa dan pendapatan negara, kemampuan penyediaan sekaligus penyerapan tenaga kerja serta menjadi stimulan bagi perkembangan sektor-sektor industri lainnya dan sekaligus agen pembangunan bagi terbangunnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi diberbagai wilayah terpencil di pedalaman.

Dengan konfigurasi daratan Indonesia seluas ± 189,15 juta atau sekitar 76% daratannya merupakan kawasan hutan, menempatkan sumber daya hutan sebagai salah satu modal dasar bagi pemenuhan berbagai kepentingan strategi diberbagai tingkatan, baik lokal, regional, dan nasional. Meski memiliki peranan strategi dan kontribusi besar bagi berbagai kepentingan selama hampir empat dasawarsa, dalam kurun waktu perkembangannya, sektor kehutanan ternyata tidak terlepas dari kondisi pasang surut. Bahkan, ancaman ambruknya sektor kehutanan dewasa ini tercermin dari keterpurukan dunia usaha kehutanan, baik pengusahaan hutan alam (HPH) maupun pengusahaan hutan tanaman (HTI) dan industri kehutanan baik di hulu maupun dihilir kini sangat terasa.

Secara filosofis teknis, perusahaan adalah sebuah badan usaha yang menganut prinsip ekonomi, yaitu melakukan kegiatan usaha dalam upaya memperoleh keuntungan maksimal melalui pengorbanan yang minimal. Perusahan juga bukanlah sebuah badan hukum yang bersifat sosial yang menerapkan konsep nirlaba dalam operasionalisasinya. Lebih lanjut, perusahaan merupakan sebuah institusi milik pemegang saham sebagai pemilki modal yang tidak bisa terus-menerus berlaku seolah-olah menjadi donatur sebuah yayasan sosial. Bila sebuah perusahaan memiliki kinerja buruk yang tercermin dari biaya produksi yang berada diatas harga jual produk, maka tidak ada kata lain bahwa perusahaan tersebut cepat atau lambat akan segera menemui ajal, bangkrut. Itulah kondisi sektor riil kehutanan Indonesia, hal ini terjadi karena munculnya kendala-kendala yang antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Jatuhnya era orde baru dengan segenap konsep pembangunan sosial, ekonomi dan politik termasuk cetak biru pembangunan sektor kehutanan ke era reformasi diikuti dengan perubahan politik ekonomi kehutanan yang sangat radikal, telah mengakibatkan sektor kehutanan mengalami keterpurukan.
  2. Krisis ekonomi berkepanjangan telah mengakibatkan masuknya masyarakat luar ke sektor kehutanan berupa praktek perombakan hutan, penebangan liar, dan penyelundupan kayu. Tercatat kerugian negara akibat malpraktek tersebut mencapai nilai Rp. 30 Triliun per tahun dengan tingkat kerusakan hutan mengalami 3,8 juta hektar per tahun.
  3. Euforial reformasi berlebihan telah mengakibatkan hukum sebagai norma yang mengantar kehidupan bermasyarakat bernegara menjadi tidak operasional di lapangan.
  4. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sejak tahun 2000 kini sudah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32/2005 yang belum memiliki penjelasan Rancang Bangun. Utamanya pengaturan kewenangan antara pusat dan daerah, hal itu diperburuk dengan diberlakukan Peraturan Pemerintahnya. Akibatnya intensitas konflik pengelolaan sumber daya hutan meningkat pesat. Baik konflik kehutanan vertikal antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, maupun konflik horisontal antara masyarakat. Resultansi kondisi tersebut mengakibatkan iklim investasi di sektor kehutanan menjadi sangat tidak kondusif karena tiadanya jaminan kepastian hukum dibidang usaha maupun kepastian lahan usaha.
  5. Penebangan liar (Illegal Logging) jelas diakui sangat berdampak terhadap kelangsungan usaha kehutanan. Kayu bulat yang berasal dari praktek penebangan liar tentu memiliki harga jual lebih rendah, karena biaya produksinya sangat irit. Mengapa? Pertama, ia tak akan mungkin menghadapi konflik dengan masyarakat, karena dengan kepandaian “berkompromi” para cukong akan membagi keuntungan dalam bentuk fee kubikasi -per meter kubik kayu bulat kepada masyarakat setempat yang biasanya menjadi pemilik kawasan hutanyang diakui sebagai kawasan hutan adat atau hutan rakyat. Artinya, kalkulasi matematisnya sangat murni ekonomis. Berapapun kayu yag dikeluarkan dari kawasannya, maka masyarakat akan memperoleh fee kubikasi sesuai dengan kesepakatan besaran per kubiknya. Kedua, kayu yang berasal dari sumber ini tidak perlu mengeluarkan berbagai komponen biaya seperti yang diatur pemerintah dalam praktek pengusahaan hutan pada sistem silvikultur yang diterapkan. Misalnya biaya perencanaan hutan yang meliputi cruising (ITSP) dan penataan areal blok atau petak tebangan serta biaya pembinaan dan perlindungan hutan yang meliputi biaya kegiatan persemaian, investarisasi tegakan tinggal, penanaman perkayaan dan penanaman rehabilitasi di areal bekas tebangan. Komponen ini sering disebut dengan biaya TPTI dan menjadi salah satu dasar penilaian kinerja manajemen unit HPH. Ketiga, kayu ilegal tidak perlu membayar komponen pembangunan infrastruktur seperi pembuatan jalan dan pemeliharaannya dengan investasi pada alat berat. Kayu ilegal biasanya menggunakan infrstrutur HPH yang sudah ada dengan cara “membungkus” kepentingannya dengan kepentingan masyarakat lokal. Keempat, kayu penebangan liar jelas tidak perlu membayar pajak dan pungutan kehutanan, utamanya DR dan PSDH. Biaya produksi kayu ilegal berkisar Rp.250.000 – Rp.300.000. Komponen terbesar biasanya justru pada pemberian “upeti” kepada pihak-pihak tertentu yang memiliki kewenangan ataupun kekuasaan, baik resmi maupun informal. Dengan modal sebesar itu, bila dijual dengan kisaran Rp.400.000 – Rp.500.000 setiap kubiknya, kayu ilegal jelas masih untung antara Rp.150.000 – Rp.250.000, sebaliknya, dengan tingkat harga sebesar itu kayu legal jelas akan buntung.
  6. Dalam konteks kepastian kawasan (TENURIAL) terdapat dualisme antara hutan adat yang menjadi hak ulayat Masyarakat hukum adat disatu sisi dengan hutan negara disisi lain. Lenih jauh, kondisi tersebut telah menghasilkan tata ruang yang telah ditetapkan secara regional maupun nasional tidak berlaku.
  7. Masalah kredit Perbankan.
    Sektor kehutanan memiliki karakteristik dalam hak usahanya yang bersifat padat modal (capital intensive) sehinghga membutuhkan modal investasi yang relatif besar, oleh karena itu dulunya, dunia perbankan sangat berpengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan usaha di sektor kehutanan.
  1. Masalah perpajakan dan pungutan.
    1. Pajak. Mulai dari PBB, PPh Tenaga Kerja, PPh atas jasa, PPN kayu bulat sampai dengan BBN PKB alat-alat berat.
    2. Pungutan. Levy and Grand, dana kompensasi. Dana kompensasi masyarakat, dana pembinaan masyarakat desa hutan serta pemungutan kewajiban PSDH dan DR didepan berdasarkan LHC.
  2. Keamanan.
    Sektor kehutanan yang berbasis pada pengolahan lahan yang luas jelas membutuhkan jaminan stabilitas keamanan. Dewasa ini permainan premanisme fisik dan administratif telah menyebabknan investor hengkang atau mengurungkan niatnya melakukan investasi di Indonesia. Karenanya perlindungan untuk kemanan terhadap gangguan premanisme dan organized crimes sebaiknya diberikan oleh negara untuk menghindarkan berkembangnya private army dan private police. Penjarahan dan gangguan keamanan ini sudah sangat merisahkan dan telah mencapai kondisi yang memprihatinkan karena sudah mampu menolak investasi.
  1. Kebijakan Menteri Kehutanan melalui SK No.8171/KPTS-II/2002 tentang kriteria potensi Hutan Alam selain produksi sebagai dasar pemberian perpanjangan HPH maupun yang sedang berjalan pada Hutan Alam, sampai dengan SK 445/KPTS-II/2003 dan SK 446/KPTS-II/2003 tentang pembayaran DR dan PSDH di depan. Meskipun telah ada Deregulasi, akan tetapi kendala-kendala tersebut diatas telah mengakibatkan dunia usaha mengalami pendarahan yang berlarut-larut Quo Vadis sektor riil kehutanan.

Artikel Terkait :

DEFINISI DAN PENGERTIAN :

Macam dan Tipe Hutan di Indonesia

Tipe hutan di Indonesia dapat dibedakan dengan melihat faktor utama yang mempengaruhinya, yaitu wilayah, edafik (tanah) dan iklim.

Faktor wilayah didasarkan pada letak Indonesia yang berada diantara benua Asia dan Australia, sehingga pengaruh vegetasi dari kedua benua tersebut tampak nyata dari barat ke timur. Oleh karena itu, hutan Indonesia dapat dibedakan ke dalam:

  1. Zona barat, yaitu hutan dengan pengaruh kuat vegetasi daratan Asia, meliputi pulau-pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa;
  2. Zona peralihan, yaitu hutan dengan pengaruh vegetasi Asia dan Australia sama besar, meliputi pulau Sulawesi dan pulau-pulau kecil di sekitarnya;
  3. Zona timur, yaitu hutan dengan pengaruh kuat vegetasi Australia, meliputi Irian Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara.

Disamping itu, juga terdapat pembagian ekosistem termasuk hutan Indonesia yang lebih mendalam, yaitu berdasarkan Biogeographic region. Menurut pembagian ini, terdapat tujuh wilayah, yaitu
(1) Sumatra,
(2) Kalimantan,
(3) Jawa-Bali,
(4) Sulawesi,
(5) Nusa Tenggara,
(6) Maluku, dan
(7) Irian Jaya.

Tipe atau formasi hutan sebagai hasil dari pengaruh faktor edafik dan iklim secara garis besar dapat dibedakan menjadi :

a. Hutan payau (mangrove) dengan ciri umum antara lain sebagai berikut:
  • Tidak terpengaruh iklim;
  • Terpengaruh pasang surut,
  • Tanah tergenang air laut, tanah lumpur atau pasir, terutama tanah liat;
  • Tanah rendah pantai; - Hutan tidak mempunyai strata tajuk;
  • Tinggi pohon dapat mencapai 30 m;
  • Tumbuh di pantai merupakan jalur.

b. Hutan rawa (swamp forest) dengan ciri umum antara lain sebagai berikut:
  • Tidak terpengaruh iklim;
  • Tanah tergenang air tawar;
  • Umumnya terdapat di belakang hutan payau;
  • Tanah rendah;
  • Tajuk terdiri dari beberapa strata;
  • Pohon dapat mencapai tinggi 50 - 60 m;
  • Terdapat terutama di Sumatera dan Kalimantan mengikuti sungai-sungai besar.

c. Hutan pantai (beach forest) dengan ciri umum antara lain sebagai berikut:
  • Tidak terpengaruh iklim;
  • Tanah kering (tanah pasir, berbatu karang, lempung);
  • Tanah rendah pantai;
  • Pohon kadang-kadang ditumbuhi epyphit
  • Terdapat terutama di pantai selatan P. Jawa, pantai barat daya Sumatera dan pantai Sulawesi.

d. Hutan Gambut (peat swamp forest) dengan ciri antara lain sebagai berikut:
  • Iklim selalu basah;
  • Tanah tergenang air gambut, lapisan gambut 1 - 20 m;
  • Tanah rendah rata;
  • Terdapat di Kalimantan Barat dan Tengah, Sumatera Selatan dan Jambi.

e. Hutan Karangas (heath forest) dengan ciri antara lain sebagai berikut:
  • Iklim selalu basah;
  • Tanah pasir, podsol;
  • Tanah rendah rata; .
  • Terdapat di Kalimantan Tengah.

f. Hutan Hujan Tropik (tropical rain forest) dengan ciri umum antara lain sbb:
  • Iklim selalu. basah;
  • Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah;
  • Terdapat di pedalaman yang selanjutnya dapat dibagi lagi menurut ketinggian daerahnya, yaitu :
  1. hutan hujan bawah, terdapat pada tanah rendah rata atau berbukit dengan ketinggian 2 - 2000 m dpl.;
  2. hutan hujan tengah, terdapat pada dataran tinggi dengan ketinggian 1000 – 3000 m dpl.;
  3. hutan hujan atas, terdapat di daerah pegunungan dengan ketinggian 3000 - 4000 m dpl.; Tipe hutan ini terdapat terutama di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.

g. Hutan musim (monsoon forest) dengan ciri umum antara lain sebagai berikut:
  • Iklim musim;
  • Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah;
  • Terdapat di pedalaman yang selanjutnya dapat dibagi lagi menurut ketinggian, yaitu:
  1. hutan musim bawah terdapat pada ketinggian 2 - 1000 m dpl.;
  2. hutan musim tengah atas terdapat pada ketinggian 1000 - 4000 m dpl.;
  • Terdapat secara mozaik diantara hutan hujan di Jawa dan Nusa Tenggara.

Artikel Terkait :

Pengertian Hutan | DEFINISI HUTAN

Pengertian hutan atau definisi hutan yang diberikan Dengler adalah suatu kumpulan atau asosiasi pohon-pohon yang cukup rapat dan menutup areal yang cukup luas sehingga akan dapat membentuk iklim mikro yang kondisi ekologis yang khas serta berbeda dengan areal luarnya (Anonimous 1997).

Hutan adalah suatu areal yang luas dikuasai oleh pohon, tetapi hutan bukan hanya sekedar pohon. Termasuk di dalamnya tumbuhan yang kecil seperti lumut, semak belukar dan bunga-bunga hutan. Di dalam hutan juga terdapat beranekaragam burung, serangga dan berbagai jenis binatang yang menjadikan hutan sebagai habitatnya.

http://www.silvikultur.com/klasifikasi_pohon_hutan.html

Menurut Spurr (1973), istilah hutan dianggap sebagai persekutuan antara tumbuhan dan binatang dalam suatu asosiasi biotis. Asosiasi ini bersama-sama dengan lingkungannya membentuk suatu sistem ekologis dimana organisme dan lingkungan saling berpengaruh di dalam suatu siklus energi yang kompleks.

Pohon tidak dapat dipisahkan dari hutan, karena pepohonan adalah vegetasi utama penyusun hutan tersebut. Selama pertumbuhannya pohon melewati berbagai tingkat kehidupan sehubungan dengan ukuran tinggi dan diameternya.

Definisi Hutan

Iklim, tanah dan air menentukan jenis tumbuhan dan hewan yang dapat hidup di dalam hutan tersebut. Berbagai kehidupan dan lingkungan tempat hidup, bersama-sama membentuk ekosistem hutan. Suatu ekosistem terdiri dari semua yang hidup (biotik) dan tidak hidup (abiotik) pada daerah tertentu dan terjadi hubungan didalamnya.

Ekosistem hutan mempunyai hubungan yang sangat kompleks. Pohon dan tumbuhan hijau lainnya menggunakan cahaya matahari untuk membuat makanannya, karbondioksida diambil dari udara, ditambah air (H2O) dan unsur hara atau mineral yang diserap dari dalam tanah.

Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, mendefinisikan hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan lain tidak dapat dipisahkan.

Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis.

Definisi Hutan


Dengan demikian berarti berkaitan dengan proses-proses yang berhubungan yaitu:
  1. Hidrologis, artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.
  2. Iklim, artinya komponen ekosistem alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro.
  3. Kesuburan tanah, artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti jenis batu induk yang membentuknya, kondisi selama dalam proses pembentukan, tekstur dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air tanah, topografi wilayah, vegetasi dan jasad jasad hidup. Faktor-faktor inilah yang kelak menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi hutan.
  4. Keanekaan genetik, artinya hutan memiliki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna. Apabila hutan tidak diperhatikan dalam pemanfaatan dan kelangsungannya, tidaklah mustahil akan terjadi erosi genetik. Hal ini terjadi karena hutan semakin berkurang habitatnya.
  5. Sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang inciustri. Selain itu hutan juga memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kayu juga dihasilkan bahan lain seperti damar, kopal, gondorukem, terpentin, kayu putih dan rotan serta tanaman obat-obatan.
  6. Wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan sebagainya.

Menurut Marsono (2004) secara garis besar ekosistem sumberdaya hutan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
  1. Tipe Zonal yang dipengaruhi terutama oleh iklim atau disebut klimaks iklim, seperti hutan tropika basah, hutan tropika musim dan savana.
  2. Tipe Azonal yang dipengaruhi terutama oleh habitat atau disebut klimaks habitat, seperti hutan mangrove, hutan pantai dan hutan gambut.

Definisi Hutan Mangrove


Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara de facto tipe hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite. Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Marsono, 1997). Apakah Anda sudah tahu tentang Hutan Hujan Tropis <<< Lihat disini >>>

Baca Selanjutnya :








DEFINISI TENTANG HUTAN :

MANFAAT HUTAN

Sejak jaman nenek moyang manusia, hutan telah dijadikan sebagai lahan untuk mencari nafkah hidup. Sejak itu pula telah ada kearifan lokal manusia untuk melindungi dan melestarikan hutan dan lingkungannya sehingga hutan tetap menjadi primadona penopang kehidupan mereka.
Hutan diketahui memiliki manfaat yang langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia, seperti yang dikemukakan sebagai berikut.

1. Manfaat langsung
1.1. Sumber bahan/konstruksi bangunan (rumah, jembatan, kapal, perahu, bantalan kereta api, tiang listrik, plywood, particle board, panel-panel dll).
1.2. Sumber bahan pembuatan perabot rumah (meubel, ukiran, piring, senduk, mangkok dll).
1.3. Sumber bahan pangan (sagu, umbian, sayuran, dll).
1.4. Sumber protein (madu, daging, sarang burung, dll).
1.5. Sumber pendukung fasilitas pendidikan (pinsil dan kertas).
1.6. Sumber bahan bakar (kayu api, arang dll).
1.7. Sumber oksigen (pernapasan manusia, respirasi hewan)
1.8. Sumber pendapatan (penjualan hasil hutan kayu dan non kayu)
1.9. Sumber obat-abatan (daun, kulit, getah, buah/biji)
1.10. Habitat satwa (makan, minum, main, tidur) 

manfaat hutan sumber kayu

2. Manfaat tidak langsung

2.1. Pengatur sistem tata air (debit air, erosi, banjir, kekeringan)
2.2. Kontrol pola iklim (suhu, kelembaban, penguapan)
2.3. Kontrol pemanasan bumi
2.4. Ekowisata (rekreasi, berburu, camping dll)
2.5. Laboratorium plasma nutfah (taman nasional, kebun raya dll)
2.6. Pusat pendidikan dan penelitian
2.7. Sumber bahan pendukung industri-industri kimia (pewarna, terpen, kosmetik, obat-obatan, tekstil dll).
2.8. Menghasilkan devisa lewat program CDM dan REDD.
manfaat hutan sebagai habitat satwa

Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dengan demikian berarti berkaitan dengan proses-proses yang berhubungan yaitu:

1. Hidrologis,
artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.

2. Iklim,
artinya komponen ekosistern alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro.

manfaat hutan unsur iklim

3. Kesuburan tanah,
artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti jenis batu induk yang membentuknya, kondisi selama dalam proses pembentukan, tekstur dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air tanah, topografi wilayah, vegetasi dan jasad jasad hidup. Faktor­-faktor inilah yang kelak menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi hutan.

4. Keanekaragaman genetik,
artinya hutan memiliki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna. Apabila hutan tidak diperhatikan dalam pemanfaatan dan kelangsungannya, tidaklah mustahil akan terjadi erosi genetik. Hal ini terjadi karena hutan semakin berkurang habitatnya.

5. Sumber daya alam,
artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang inciustri. Selain itu hutan juga memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kayu juga dihasilkan bahan lain seperti damar, kopal, gondorukem, terpentin, kayu putih dan rotan serta tanaman obat-obatan.

6. Wilayah wisata alam,
artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan sebagainya.

Manfaat Hutan

Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan:
  1. menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional;
  2. mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari;
  3. meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;
  4. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal; dan
  5. menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Sampai saat ini manusia tergantung dari hutan bahkan semakin dirasakan manfaatnya terutama dalam (1) nilai ekonomi, (2) nilai lingkungan dan (3) nilai kepuasan.


Artikel Terkait :

DEFINISI TENTANG HUTAN :



Manfaat Hutan Mangrove

Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak. Hutan Mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem Mangorove juga sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat Mangorove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator.
Beberapa manfaat hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:
Manfaat / Fungsi Fisik :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

Manfaat / Fungsi Biologi :
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan satwa lain.
4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

Manfaat / Fungsi Ekonomi :
1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.



Artikel Terkait :
  1. Definisi Mangrove
  2. Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove
  3. Zonasi dan Syarat Pertumbuhan Mangrove
  4. Zonasi Hutan Mangrove Menurut Komposisi Jenis
  5. Jenis Perakaran Akar Nafas (Pneumatophore) Pada Hutan Mangrove.
  6. Suksesi Hutan Mangrove
  7. Manfaat Hutan Mangrove Teluk Kotania Kabupaten Seram Barat Maluku
  8. Jenis - Jenis Tumbuhan Mangrove
  9. Penyebaran Hutan Mangrove
  10. Struktur Hutan Mangrove
  11. Komposisi Jenis dan Zonasi Hutan Mangrove
  12. Zonasi Hutan Mangrove Andaman
  13. Sistim Silvikultur Hutan Mangrove
  14. Gambar-Gambar Hutan Mangrove
  15. Hutan Mangrove dan Manfaatnya
  16. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove
  17. Perbanyakan Mangrove dengan Sistem Cangkok dalam Upaya Regenerasi Mangrove
  18. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumberhayati Perikanan Pantai
  19. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat
  20. Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove
  21. Pembuatan Tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove
  22. Vegetasi-vegetasi di Tepi Pantai.
  23. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon

Definisi Hutan Mangrove


Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusmana et al, 2003).

Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ”Mangue” dan bahasa Inggris ”grove” (Macnae, 1968 dalam Kusmana et al, 2003). Dalam bahasa inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.

Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Penggunaan istilah hutan bakau untuk hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora, sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Oleh karena itu, penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau sebaiknya dihindari (Kusmana et al, 2003).



Jenis Bakau (Rhizophora sp)


Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini tepat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau massa daratan di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung (Nybakken, 1998).

    ekologi pulau marsegu

    Artikel  Mangrove :
    1. Definisi Mangrove
    2. Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove
    3. Zonasi dan Syarat Pertumbuhan Mangrove
    4. Zonasi Hutan Mangrove Menurut Komposisi Jenis
    5. Jenis Perakaran Akar Nafas (Pneumatophore) Pada Hutan Mangrove.
    6. Suksesi Hutan Mangrove
    7. Manfaat Hutan Mangrove Teluk Kotania Kabupaten Seram Barat Maluku
    8. Jenis - Jenis Tumbuhan Mangrove
    9. Penyebaran Hutan Mangrove
    10. Struktur Hutan Mangrove
    11. Komposisi Jenis dan Zonasi Hutan Mangrove
    12. Zonasi Hutan Mangrove Andaman
    13. Sistim Silvikultur Hutan Mangrove
    14. Gambar-Gambar Hutan Mangrove
    15. Hutan Mangrove dan Manfaatnya
    16. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove
    17. Perbanyakan Mangrove dengan Sistem Cangkok dalam Upaya Regenerasi Mangrove
    18. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumberhayati Perikanan Pantai
    19. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat
    20. Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove
    21. Pembuatan Tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove
    22. Vegetasi-vegetasi di Tepi Pantai.
    23. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon

      Artikel Terkait :

      KLASIFIKASI HUTAN TROPIS, RANGKUMAN dan Soal-Soal Latihan

      KLASIFIKASI HUTAN TROPIS


      A. Tipe Hutan Berdasarkan Faktor Iklim

      Di daerah tropis umumnya temperaturnya tinggi dan ketersediaan air merupakan faktor yang sangat penting. Berdasarkan dua faktor tersebut dilahirkan berbagai zonasi atau pengelompokan vegetasi dengan cara-cara yang berbeda.
      Klasifikasi berdasarkan kedua hal tersebut dilakukan antara lain oleh :
      - de Martone (1926)
      - Koeppen (1936)
      - Koeppen dan Trewartha (1943) dan
      - Lauer (1952)

      Klasifikasi menurut Koeppen (1936), Koeppen dan Trewartha (1943) merupakan klasifikasi yang paling banyak digunakan. Sistem ini didasarkan pada pengaruh iklim terhadap pertumbuhan vegetasi yang selanjutnya dikelompokkan dalam lima kelompok besar yaitu :
      - Iklim Hutan Tropis (A)
      - Iklim Tropis Kering (B)
      - Iklim Savana
      - Iklim Stepa
      - Iklim Gurun
      rain forest
      Peta Lokasi Daerah Tropis


      Iklim Hutan Tropis (A), secara umum dicirikan oleh suhu rata-rata bulanan lebih dari atau sama dengan 180 C, dengan suatu klasifikasi lebih lanjut berdasarkan besarnya curah hujan bulanan dan distribusinya lebih lanjut, sebagai berikut :
      • Af : tanpa bulan kering, hujan sepanjang tahun dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.
      • Am : memiliki bulan kering yang pendek, dimana pada bulan kering lapisan tanah bagian dalam tetap lembab dan curah hujan rata-rata tahunan tinggi.
      • Aw : hujan pada bulan kering
      • As : jarang dijumpai.

      Ketinggian tempat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi iklim, baik dari segi suhu, kelembaban udara maupun curah hujan, yang selanjutnya mempengaruhi vegetasi yang ada. Masing-masing zona ketinggian tempat memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari segi floristik, komposisi maupun struktur. Klasifikasi menurut ketinggian tempat secara umum sebagai berikut :

      1. Hutan Tropis Dataran Rendah (0 – kurang dari 800 m dpl.)
      Famili penyusun hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Dipterocarpaceae, Annonaceae, Bombacaceae, Guttiferae, Sapindaceae, Euphorbiaceae, Dilleniacee, Leguminoceae, Meliaceae, Sterculiaceae.

      2. Hutan Tropis Dataran Tinggi/ Pegunungan (800-1.500 m dpl.)
      Famili penyusun hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Fagaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Araucariaceae, Juglandaceae.

      3. Hutan Tropis Pegunungan Tinggi (lebih dari 1.500 m dpl.)
      Famili penyusun tipe hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Myrtaceae, Podocarpaceae.

      Bagaimana dengan tipe hutan tropis menurut iklim yang terdapat di Indonesia ?
      Anda dapat mengetahui hal itu dari penjelasan berikut ini.

      Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia


      1. Hutan Tropis Basah
      Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu : Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).

      2. Hutan Muson Basah
      Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis.

      3. Hutan Muson Kering
      Hutan muson kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu Jati dan Eukaliptus.

      4. Hutan Savana
      Hutan savana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan Timor.

      TAHUKAH ANDA ?
      Istilah Hutan Hujan Tropis pertama kali diperkenalkan oleh A. F. W. Schimper pada tahun 1898 di dalam bukunya Plant Geography, dan istilah ini terus dipergunakan sampai sekarang.
      (T.C. Whitmore, 1975)

      B. Tipe Hutan Berdasarkan Physiognomi

      Pada sistem klasifikasi ini dasar yang dipakai adalah ciri-ciri luar vegetasi yang mudah dikenali dan dibedakan, seperti semak, rumput, pohon dan lain-lain. Ciri lebih lanjut seperti menggugurkan daun, selalu hijau, tinggi dan derajad penutupan tegakan dapat pula diterapkan. Ciri-ciri yang umum digunakan yaitu :
      - Tinggi vegetasi, yang berkaitan dengan strata yang nampak oleh mata biasa
      - Struktur, berpedoman pada susunan stratum (A, B, C, D dan E), dan penutupan tajuk (Coverage).
      - Life-form atau bentuk hidup atau bentuk pertumbuhan, merupakan individu-individu penyusun komunitas tumbuh-tumbuhan.

      Contoh :

      a. Ciri physiognomi hutan tropis dataran rendah :
      Kanopi
      :
      25 – 45 m
      Tinggi pohon (emergent)
      :
      Khas, 60 – 80 m
      Daun penumpu
      :
      Sering dijumpai
      Elemen daun dominan
      :
      Mesophyl
      Akar papan
      :
      Sering dijumpai dan sangat besar
      Kauliflori
      :
      Sering dijumpai
      Liana berkayu
      :
      Sering dijumpai
      Liana pada batang
      :
      Sering dijumpai
      Ephyphit
      :
      Sering dijumpai
      b. Ciri physiognomy hutan tropis dataran tinggi/ pegunungan :
      Kanopi
      :
      15 – 33 m
      Tinggi pohon (emergent)
      :
      Sering tidak ada
      Daun penumpu
      :
      Jarang dijumpai
      Elemen daun dominan
      :
      Mesophyl
      Akar papan
      :
      Jarang dijumpai dan kecil
      Kauliflori
      :
      Jarang dijumpai
      Liana berkayu
      :
      Jarang dijumpai
      Liana pada batang
      :
      Sering dijumpai
      Ephyphit
      :
      Sangat sering dijumpai
      c. Ciri physiognomi hutan tropis pegunungan tinggi :
      Kanopi
      :
      2 - 18 m
      Tinggi pohon (emergent)
      :
      Pada umumnya tidak ada
      Daun penumpu
      :
      Sangat jarang dijumpai
      Elemen daun dominan
      :
      Microphyl
      Akar papan
      :
      Pada umumnya tidak ada
      Kauliflori
      :
      Tidak ada
      Liana berkayu
      :
      Tidak ada
      Liana pada batang
      :
      Jarang dijumpai
      Ephyphit
      :
      Sering dijumpai
      Di Indonesia berdasarkan ciri physiognomi tedapat dua tipe hutan yaitu : Hutan Hujan Tropis, hutan yang selalu hijau dan hutan musim atau hutan yang menggugurkan daun. Hutan hujan tropis umumnya dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian Utara dan Papua sedangkan hutan musim yang menggugurkan daun dijumpai di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan.

      C. Tipe Hutan Berdasarkan Sosiologi Vegetasi

      Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi merupakan pengklasifikasian hutan berdasarkan jenis yang dominan pada hutan tersebut atau berdasarkan famili yang dominan di daerah itu. Contoh :
      • Hutan Dipterocarpaceae di Asia Tenggara, merupakan hutan tropis yang umum dijumpai dan Famili yang mendominasi adalah Famili Dipterocarpaceae.
      • Hutan Shorea albida di Serawak, merupakan hutan tropis yang didominasi jenis Shorea albida.
      • Hutan Ebony (Diospyros sp) di Sulawesi, merupakan hutan tropis yang didominasi oleh Ebony atau kayu hitam.
      • Hutan Mahoni di Jawa, meupakan hutan musim yang didominasi oleh mahoni di pulau Jawa.
      tegakan mahoni
      Tegakan Mahoni di Pulau Jawa

      Tipe-tipe Hutan pada Kondisi Khusus (Azonal)

      Hutan pada tipe azonal umumnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan air serta kondisi tempat tumbuh yang miskin hara.

      1. Hutan Mangrove

      Hutan yang berada di tepi pantai, didominir oleh pohon-pohon tropika atau belukar dari genus Rhizophora, Languncularia, Avicennia dan lain-lain.

      2. Hutan Gambut (Peak Forest)

      Hutan yang tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan gambut yang memiliki ketebalan 50 cm atau lebih, umumnya terdapat pada daerah yang memiliki tipe iklim A atau B menurut klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson.

      3. Hutan Rawa (Swamp Forest)

      Hutan yang tumbuh pada daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar, tidak dipengaruhi iklim. Pada umumnya terletak dibelakang hutan payau dengan jenis tanah aluvial. Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon-pohon yang tinggi bisa mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan tajuk.
      hutan sagu
      Hutan Rawa di Pulau Seram (Hutan Sagu)


      RANGKUMAN

      1. Tipe hutan berdasarkan faktor iklim umumnya diklasifikasikan berdasarkan curah hujan, suhu udara dan ketinggian tempat. Berdasarkan curah hujan dan suhu udara maka tipe hutan tropis terdiri dari hutan tropis basah, hutan muson basah, hutan muson kering dan hutan savanna. Berdasarkan ketinggian tempat hutan tropis terdiri atas hutan tropis dataran endah, hutan tropis dataran tinggi dan hutan tropis pegunungan tinggi.

      2. Tipe hutan berdasarkan physiognomi didasarkan pada ciri luar vegetasi yang mudah dikenali seperti tinggi vegetasi, struktur dan life-form. Tipe hutan ini yaitu hutan hujan tropis dan hutan musim (muson).

      3. Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi didasarkan pada famili atau jenis yang dominant penyusun hutan tersebut. Tipe hutan ini antara lain Hutan Dipterocarpaceae di Asia Tenggara dan Hutan Eboni di Sulawesi.


      SOAL LATIHAN

      Soal-soal ini dikerjakan secara individual dan diselesaikan sebagai tugas di rumah dan anda harus memasukkannya pada awal pertemuan berikutnya Soal :
      1. Jelaskan tipe hutan tropis berdasarkan faktor iklim !
      2. Sebutkan tipe hutan tropis menurut curah hujan dan suhu udara yang terdapat di daerah Saudara !
      3. Bagaimana cara pengklasifikasian hutan menurut ciri physignomi ?
      4. Menurut anda tipe hutan tropis yang ada di daerah Saudara termasuk kedalam tipe hutan apa menurut ciri physiognomy ?
      5. Bagaimana cara pengklasifikasian hutan berdasarkan sosiologi vegetasi ?
      6. Apakah terdapat tipe hutan yang didominasi oleh jenis atau famili tertentu di daerah Saudara? Jika ada sebutkan lokasi dan jenis atau famili yang mendominasi hutan tersebut !
      7. Di daerah Saudara terdapat tipe-tipe Hutan Azonal. Sebutkan tipe hutan Azonal di daerah Saudara!


      Tulisan-Tulisan Berkaitan :
      1. Definisi dan Pengertian Hutan
      2. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
      3. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
      4. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
      5. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
      6. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
      7. Silvikultur Hutan Alam Tropika
      8. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
      9. Tipe-tipe Hutan Tropika
      10. Struktur Hutan Hujan Tropika
      11. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
      12. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
      13. Pengelolaan Hutan Tanaman
      14. Penentuan Kerapatan Tegakan
      15. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
      16. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
      17. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
      18. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
      19. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
      20. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
      21. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
      22. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
      23. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara

      DAFTAR PUSTAKA
      Arief, Arifin, 1994, Hutan : Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

      Arief, Arifin, 2002, Hutan dan Kehutanan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

      Suhendang, Endang, 2002, Pengantar Ilmu Kehutanan, Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

      Weidelt, H. J, 1995, Silvikultur Hutan Alam Tropika (Diterjemahkan oleh : Nunuk Supriyanto), Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.

      Whitmore, T. C, 1984, Tropical Rain Forest of The Far East (Second Edition), Oxford University Press, Oxford.


      ENDEMIK DAERAH

      JURNAL PENELITIAN

      Paling Populer