Memang serba salah di negeri ini, pada saat musim hujan terjadi
banjir, ketika musim kemarau datang, muncul
kekeringan bahkan sampai bahaya
kebakaran hutan dan lahan. Apakah memang negeri ini tempat terjadinya bencana? atau semua itu hanya akibat ulah manusia.
Kebakaran hutan dan lahan banyak terjadi di Sumatera dan
Kalimantan.
Daerah-daerah ini memiliki areal hutan yang luas namun dari hari ke
hari terus saja berkurang. Ditambah lagi lahan gambut yang luas, menjadi
bahan bakar sebagai pemicu terjadinya kebakaran pada saat musim
kemarau. Hasil dari kebakaran hutan dan lahan yang tampak jelas sekarang
ini adalah
kabut asap, yang sangat mengganggu kegiatan transportasi dan kesehatan.
Jalur-jalur transportasi masyarakat baik lalu lintas lewat darat,
sungai maupun udara menjadi terganggu. Banyak kecelakaan lalu lintas
terjadi akibat jarak pandang yang pendek hanya beberapa meter saja.
Penerbangan dari dan ke bandara tujuan yang tertutup kabut asap untuk
sementara dihentikan. Pesawat tidak bisa melakukan "
take off" maupun "
landing" karena jarak pandang tidak memenuhi syarat untuk melakukan penerbangan.
Asap yang dihasilkan membahayakan kesehatan, dan sudah banyak orang
yang mengalami gangguan pernafasan. Infeksi saluran pernafasan bagian
atas atau yang lebih dikenal dengan
ISPA bisa menyerang masyarakat yang
terus menghirup asap dari kebakaran hutan dan lahan. Apalagi bila
dihirup oleh anak-anak dan orang usia lanjut yang mempunyai daya tahan
tubuh relatif rendah.
Akibat dari kabut asap ini tidak dirasakan oleh bangsa kita sendiri
tetapi negara-negara tetangga pun ikut menerima dampak dari kebakaran
hutan dan lahan. Negara kita terkenal sebagai "
pengekspor" kabut asap yang diterima secara
gratis oleh negara-negara tetangga.
Selain dampak negatif yang terlihat jelas, kebakaran hutan juga dapat
menghilangkan biodiversitas dan membunuh jasad renik di dalam tanah.
Mikroorganisme yang hidup dalam tanah, berfungsi sebagai pengurai bahan
organik pada proses dekomposisi menjadi mati. Bakteri yang bersimbiosis
dengan akar tanaman untuk mengikat nitrogen turut musnah. Jamur yang
bersimbiosis dengan akar tanaman, yang lebih dikenal dengan nama "
mikoriza" turut terbakar pada saat itu. Selain itu banyak
mesofauna yang lenyap akibat kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan bukan saja akibat dari faktor-faktor alam
tetapi ada campur tangan manusia di dalamnya terutama saat pembukaan
lahan untuk berbagai tujuan. Dalam memperhitungkan biaya, pembukaan
hutan atau
land clearing dengan cara membakar
memang relatif murah. Cara-cara ini sudah dilakukan sejak dulu kala,
namun berbagai dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan cukup
mengkhawatirkan. Pembakaran lahan yang tidak terkendali menyebabkan
kebakaran hutan meluas dan menyebar dengan cepat. Ini sangat merugikan
daerah sekitar, bahkan areal lain yang tidak direncanakan untuk dibakar
menjadi terbakar. Orang kadang tidak memperhitungkan cepatnya api
menyebar pada musim panas dan kencangnya angin yang bertiup. Hal-hal
yang membuat kebakaran lahan dan hutan tidak dapat dikendalikan.
Sebenarnya kebakaran merupakan suatu proses yang alamiah dalam
peristiwa regenerasi hutan. Benih-benih yang ortodoks dengan kulit biji
yang keras dapat berkecambah karena terbakar oleh api. Benih-benih dapat
tumbuh setelah mendapat "
perlakukan khusus"
dari api yang merangsang pertumbuhannya. Namun bila kebakaran itu dipicu
oleh intervensi manusia, maka hasil yang ada lebih berdampak negatif
bagi lingkungan.
Artikel Terkait :