Showing posts with label DAMPAK KERUSAKAN HUTAN. Show all posts
Showing posts with label DAMPAK KERUSAKAN HUTAN. Show all posts

DEFINISI DAN PENGERTIAN POLUTAN (POLLUTANT)



Definisi dan Pengertian Polutan adalah semua bahan yang dapat menjadi penyebab pencemar. Bahan Pencemar tersebut dapat berasal dari rumah tangga, dari pabrik/industri, dari hasil suatu kegiatan/pekerjaan; misalnya puing-puing/bekas galian, bekas tebangan.

Bahan atau zat yang ada di alam dapat disebut polutan atau pencemar jika :
  1. Jumlah bahan atau zat tersebut telah melampaui batas normal.
  2. Bahan atau zat berada pada waktu yang tidak tepat.
  3. Bahan atau zat tersebut terdapat di tempat yang tidak tepat.
Beberapa sifat polutan yang memberikan pengaruh pada lingkungan :
  1. Penyebab kerusakan untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.
  2. Penyebab kerusakan dalam waktu lama. Misalnya pada konsentrasi yang rendah Pb tidak menyebabkan kerusakan, namun dalam jangka waktu yang panjang, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai memberikan efek merusak.
Bahan pencemar tersebut dapat dibedakan dalam bentuk ; gas, cairan dan padat (partikel); dan dapat berupa organisme, misalnya bakteri atau virus; dapat pula sebagai senyawa kimia organik maupun anorganik. Selain itu dapat pula berupa suara (noise pollution) dan panas (thermal pollution). Polutan sering juga disebut kontaminan (Contaminant).




Pencemaran yang terjadi dapat dibedakan berdasarkan bahan, bentuk, jenis atau tempat terjadinya pencemaran. Contohnya pembagian berdasarkan tempat pencemaran yaitu pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah.




Pencemaran Lingkungan :
  1. Macam dan Jenis Pencemaran Lingkungan
  2. Berdasarkan Lingkungan Tempat Terjadinya
  3. Berdasarkan Bahan dan Tingkat Pencemaran
  4. Parameter Pencemaran Lingkungan
  5. Dampak Pencemaran Lingkungan
  6. Usaha Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

KABUT ASAP AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN


Memang serba salah di negeri ini, pada saat musim hujan terjadi banjir, ketika musim kemarau datang, muncul kekeringan bahkan sampai bahaya kebakaran hutan dan lahan. Apakah memang negeri ini tempat terjadinya bencana? atau semua itu hanya akibat ulah manusia.

Kebakaran hutan dan lahan banyak terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Daerah-daerah ini memiliki areal hutan yang luas namun dari hari ke hari terus saja berkurang. Ditambah lagi lahan gambut yang luas, menjadi bahan bakar sebagai pemicu terjadinya kebakaran pada saat musim kemarau. Hasil dari kebakaran hutan dan lahan yang tampak jelas sekarang ini adalah kabut asap, yang sangat mengganggu kegiatan transportasi dan kesehatan.

Jalur-jalur transportasi masyarakat baik lalu lintas lewat darat, sungai maupun udara menjadi terganggu. Banyak kecelakaan lalu lintas terjadi akibat jarak pandang yang pendek hanya beberapa meter saja. Penerbangan dari dan ke bandara tujuan yang tertutup kabut asap untuk sementara dihentikan. Pesawat tidak bisa melakukan "take off" maupun "landing" karena jarak pandang tidak memenuhi syarat untuk melakukan penerbangan.

Asap yang dihasilkan membahayakan kesehatan, dan sudah banyak orang yang mengalami gangguan pernafasan. Infeksi saluran pernafasan bagian atas atau yang lebih dikenal dengan ISPA bisa menyerang masyarakat yang terus menghirup asap dari kebakaran hutan dan lahan. Apalagi bila dihirup oleh anak-anak dan orang usia lanjut yang mempunyai daya tahan tubuh relatif rendah.

Akibat dari kabut asap ini tidak dirasakan oleh bangsa kita sendiri tetapi negara-negara tetangga pun ikut menerima dampak dari kebakaran hutan dan lahan. Negara kita terkenal sebagai "pengekspor" kabut asap yang diterima secara gratis oleh negara-negara tetangga.

Selain dampak negatif yang terlihat jelas, kebakaran hutan juga dapat menghilangkan biodiversitas dan membunuh jasad renik di dalam tanah. Mikroorganisme yang hidup dalam tanah, berfungsi sebagai pengurai bahan organik pada proses dekomposisi menjadi mati. Bakteri yang bersimbiosis dengan akar tanaman untuk mengikat nitrogen turut musnah. Jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman, yang lebih dikenal dengan nama "mikoriza" turut terbakar pada saat itu. Selain itu banyak mesofauna yang lenyap akibat kebakaran hutan dan lahan.

Kebakaran hutan dan lahan bukan saja akibat dari faktor-faktor alam tetapi ada campur tangan manusia di dalamnya terutama saat pembukaan lahan untuk berbagai tujuan. Dalam memperhitungkan biaya, pembukaan hutan atau land clearing dengan cara membakar memang relatif murah. Cara-cara ini sudah dilakukan sejak dulu kala, namun berbagai dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan cukup mengkhawatirkan. Pembakaran lahan yang tidak terkendali menyebabkan kebakaran hutan meluas dan menyebar dengan cepat. Ini sangat merugikan daerah sekitar, bahkan areal lain yang tidak direncanakan untuk dibakar menjadi terbakar. Orang kadang tidak memperhitungkan cepatnya api menyebar pada musim panas dan kencangnya angin yang bertiup. Hal-hal yang membuat kebakaran lahan dan hutan tidak dapat dikendalikan.

Sebenarnya kebakaran merupakan suatu proses yang alamiah dalam peristiwa regenerasi hutan. Benih-benih yang ortodoks dengan kulit biji yang keras dapat berkecambah karena terbakar oleh api. Benih-benih dapat tumbuh setelah mendapat "perlakukan khusus" dari api yang merangsang pertumbuhannya. Namun bila kebakaran itu dipicu oleh intervensi manusia, maka hasil yang ada lebih berdampak negatif bagi lingkungan.

Artikel Terkait :

KERUSAKAN HUTAN SUMBER MALAPETAKA

Gambar. 1. Kerusakan Hutan Sumber Malapetaka

"HUTAN RUSAK" itulah pemandangan yang selalu dilihat oleh para pencinta alam yang ingin menyalurkan minat dan hobby-nya menjelajahi hutan. Demikian juga kita yang peduli akan kerusakan lingkungan sekitar kita, akan merasa sedih dengan kerusakan hutan yang terus terjadi. Keserakahan manusia dalam menggagahi hutan tanpa memikirkan akibat dari kerusakan hutan yang berdampak pada lingkungan hidup, bahkan sampai ke anak cucu nanti yang menuai akibat tersebut.

Akibat dari kerusakan hutan maka malapetaka yang akan diterima. Siapa yang menabur angin akan menuai badai, demikianlah pepatah mengatakan. Merusak hutan maka akan menuai banjir, tanah longsor dan kekeringan. Korban harta, tempat tinggal, lahan pertanian, tempat mencari nafkah bahkan korban jiwa. Penyediaan air bersih menjadi masalah diakibatkan banyaknya kebutuhan akan air bersih sedangkan persediaan sangat terbatas.

Hutan sebagai tempat mendaur ulang karbondioksida menjadikan udara yang segar kaya akan oksigen, hilang lenyap dan punah, karena luasannya setiap saat berkurang. Deforestasi dimana-mana, degradasi hutan menjadikan struktur dan fungsi hutan berubah. Hutan Lindung yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan tidak berjalan lagi, tetapi menjadi sumber bencana.

Gambar. 2. Pohon Besar ada Penunggunya

Kadang kepercayaan orang kalau pohon-pohon yang besar itu ada "penunggunya" memang ada manfaatnya. Orang takut untuk menebangnya karena dianggap keramat, lebih lagi untuk kepercayaan animisme dan dinamisne yang percaya suatu benda mempunyai jiwa dan roh sehingga dihormati dan disembah. Pohon-pohon ini dapat terpelihara dan tidak diganggu. Namun dengan menghilangnya kepercayaan itu dan orang semakin merajalela menebang hutan dengan seenaknya. Kasihan pohon-pohon itu tanpa bersalah dimusnahkan dan diangkut dari tempatnya berpijak.

Ketika orang yang masih mempunyai kepercayaan tersebut melihat malapetaka banjir bandang yang timbul akibat kerusakan dan penggundulan hutan, mereka mengatakan bahwa para penunggu hutan sudah marah akhirnya mendatangkan malapetaka dan bencana. Maka mereka membuat suatu upacara agar dapat menenangkan penunggu hutan untuk tidak marah lagi.

Itulah berbagai macam manusia yang menghargai hutan tetapi ada juga yang merusakan hutan dengan semena-mena. Hutan perlu dijaga untuk mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat di masa sekarang dan masa akan datang. Untuk anak-anak kita, untuk cucu-cucu kita, jangan pada saatnya nanti mereka hanya mengenal hutan dari gambar dan fotonya saja tanpa dapat menikmati manfaat dan fungsi hutan.

Artikel Terkait :

DEFINISI TENTANG HUTAN :

KERUSAKAN HUTAN MENYEBABKAN BENCANA



Gambar. Kerusakan Hutan akibat Ulah Manusia

Bencana banjir datang saat musim penghujan. Air yang meluap dari sungai sampai terjadi banjir bahkan banjir bandang yang merugikan harta bahkan jiwa. Masalah yang datang ketika musim kemarau adalah kekeringan. Semua masalah banjir dan kekeringan terjadi penyebabnya adalah akibat kerusakan hutan.

Hutan yang masih alami mempunyai pohon-pohon yang lebat, dan perakaran yang baik dapat menyerap air ketika hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di celah-celah perakaran, secara perlahan melepaskannya melalui daerah aliran sungai. Fungsi hutan dalam mengendalikan fluktuasi debit air sungai sehingga saat hujan lebat tidak meluap dan musim kemarau tidak terjadi kekeringan. Hutan berfungsi dalam proses  hidro-orologis mengatur tata air dan menjaga ketersedian air bagi mahluk hidup.

Bencana akibat kerusakan hutan yang terjadi bukan hanya itu saja, masih banyak lagi dampak negatif yang ditimbulkannya. Kerusakan lingkungan hutan seperti ini merupakan kerusakan akibat ulah manusia yang melakukan penebangan pohon secara liar pada daerah hulu sungai bahkan pembukaan areal menjadi daerah pemukiman, pertanian, pertambangan dan lain-lainnya.


Gambar. Kerusakan Hutan akibat Perambahan Hutan

Menurut para ahli arti dari kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal hutan karena kerusakan ekosistem hutan. Pengertian ini juga sering disebut degradasi hutan dan ditambah juga penggundulan dan alih fungsi lahan hutan atau istilahnya deforestasi.

Lembaga CIFOR meneliti penyebab perubahan tutupan hutan yang terdiri dari perladangan berpindah, perambahan hutan, transmigrasi, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan dan industri perkayuan. Selain itu kegiatan illegal logging yang dilakukan oleh kelompok profesional atau penyelundup yang didukung secara illegal oleh oknum-oknum.

Perkebunan kelapa sawit ditunding sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan. Hutan yang didalamnya terdapat beranekaragam jenis pohon dirubah menjadi tanaman monokultur, menyebabkan hilangnya biodiversitas dan keseimbangan ekologis di areal tersebut. Beberapa jenis satwa yang menjadikan hutan tersebut sebagai habitatnya akan berpindah mencari tempat hidup yang lebih sesuai.

Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit pada areal hutan tropis merupakan salah satu pemicu terjadinya kebakaran hutan dan berdampak negatif terhadap emisi gas rumah kaca.


Gambar. Konversi Hutan menjadi Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Hasil Penelitian terakhir dari CIFOR mengungkapkan beberapa dampak negatif dari perubahan penggunaan lahan untuk produksi bahan bakar nabati atau biofuel. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut, menyebabkan emisi karbon yang dihasilkan dari konversi lahan memerlukan waktu ratusan tahun untuk proses pemulihan seperti sedia kala.


Gambar. Kerusakan Hutan akibat Kebakaran

Data kerusakan hutan di Indonesia masih simpang siur, ini akibat perbedaan persepsi dan kepentingan dalam mengungkapkan data tentang kerusakan hutan. Laju deforestasi di Indonesia menurut perkiraan World Bank antara 700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun, dimana deforestasi oleh peladang berpindah ditaksir mencapai separuhnya. Namun World Bank mengakui bahwa taksiran laju deforestasi didasarkan pada data yang lemah. Sedangkan menurut FAO, menyebutkan laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%).

Berbagai LSM peduli lingkungan mengungkapkan kerusakan hutan mencapai 1,6 – 2 juta ha per tahun dan lebih tinggi lagi data yang diungkapkan oleh Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3,8 juta ha per tahun yang sebagian besar adalah penebangan liar atau illegal logging. Sedangkan ada ahli kehutanan yang mengungkapkan laju kerusakan hutan di Indonesia adalah 1,08 juta ha per tahun.








Artikel Terkait :

DEFINISI TENTANG HUTAN :


DAMPAK KERUSAKAN HUTAN :: Positif maupun Negatif ::

Oleh : Irwanto, 2014

Dampak kerusakan hutan terhadap lingkungan, memberi akibat kepada mahluk hidup di sekitarnya, baik dalam hutan maupun di luar hutan. Kerusakan hutan dengan intensitas yang besar berakibat negatif pada ekosistem hutan, namun ada kerusakan hutan memberikan dampak positif terhadap kelangsungan permudaan di dalam hutan.



Jenis-jenis pohon yang hidup di dalam hutan mempunyai kemampuan adaptasi yang berbeda terhadap cahaya. Ada yang tergolong dalam jenis intoleran atau jenis yang menyukai cahaya dan ada yang termasuk dalam jenis toleran atau jenis yang memerlukan naungan atau jumlah intesitas cahaya yang terbatas. Sedangkan ada jenis yang tergolong dalam "Gap Opportunists", banyak di dalamnya jenis-jenis dari family Dipterocarpaceae.

Jenis-jenis gap opportunist mengambil keuntungan positif dari celah-celah (gap) yang terbentuk karena tumbangnya pohon-pohon yang besar. Permudaan jenis ini dapat tumbuh di bawah naungan pohon induk tetapi bila beberapa tahun tidak ada perubahan cahaya matahari yang masuk sampai ke dasar maka akan terjadi kematian masal dari semai-semai ini.

Dalam proses alami pohon-pohon akan menjadi tua dan mati, tumbangnya pohon-pohon tua ini membuka peluang bagi hidupnya semai-semai yang memerlukan cahaya dalam pertumbuhan. Kerusakan hutan atau istilahnya "disturbance" ganguan-gangguan dalam intensitas yang terbatas memberikan dampat posistif terhadap pertumbuhan semai-semai dan regenerasi di dalam hutan. Semua ini terjadi agar keseimbangan ekosistem dalam hutan dapat terjadi melalui proses alami yang berjalan dengan baik. Namun bila intensitas kerusakan hutan itu tinggi melebihi "daya lenting" yang ada, maka akan terjadi deforestasi yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Dampak negatif dari kerusakan hutan terhadap lingkungan hidup adalah sebagai berikut
  • Sistem hidro-orologis menjadi terganggu
  • Banjir dan tanah longsor pada musim hujan.
  • Kekeringan pada musim panas
  • Punahnya Biodiversitas
  • Kemiskinan dan Kerugian secara ekonomis
  • Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
  • Rusaknya Ekosistem Darat maupun Laut
  • Abrasi Pantai dan Intrusi dari Laut
  • Hilangnya ciri khas budaya masyarakat
Untuk lebih jelasnya beberapa dampak negatif dari kerusakan hutan terhadap lingkungan hidup dapat dibaca pada artikel berikut ini >>> Dampak Negatif Kerusakan Hutan <<<

Artikel Terkait :

AKIBAT KERUSAKAN HUTAN

Oleh : Irwanto, 2014

Kerusakan hutan yang terjadi memberikan akibat yang nyata bagi kehidupan manusia. Sekarang orang merasakan betapa pentingnya menjaga dan memelihara hutan karena begitu banyak bencana yang terjadi akibat kelalaian dan keserakahan manusia. Hutan diperlakukan semena-mena tanpa memikirkan dampak dan akibatnya ketika hutan menjadi rusak. Menjaga dan memelihara hutan dampaknya bukan saja untuk saat ini tetapi untuk masa depan anak dan cucu. Kerusakan hutan yang terjadi memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan sekitar.


Gambar Banjir Bandang Akibat Kerusakan Hutan Sumber : matanews.com

Banyak penyuluhan telah dilakukan untuk menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya manfaat hutan. Berbagai media dipergunakan untuk membuat iklan-iklan tentang penyelamatan hutan, kampanye lingkungan dilakukan dimana-mana, ditambah lagi artikel, makalah, paper maupun hasil penelitian oleh para ahli yang mengulas mengenai dampak dan akibat kerusakan hutan, namun semua itu belum juga sepenuhnya dapat menyadarkan masyarakat.

Akibat dan dampak dari kerusakan hutan dapat dijelaskan sebagai berikut :
  • Terganggunya sistem hidro-orologis
Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan untuk menjaga tata air. Air hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah, laju aliran permukaan atau runoff begitu besar. Air Hujan yang jatuh langsung mengalir ke laut membawa berbagai sedimen dan partikel hasil dari erosi permukaan.
Terjadinya banjir bandang dimana-mana yang menimbulkan kerugian harta maupun nyawa. Masyarakat yang terkena dampaknya kehilangan harta benda dan rumah tempat mereka berteduh akibat terbawa banjir bandang, bahkan ditambah kerugian jiwa yang tak ternilai harganya.
  • Hilangnya Biodiversitas
Hutan Indonesia memiliki beranekaragam spesies flora dan fauna, penebangan dan pengrusakan hutan menyebabkan spesies-spesies langka akan punah. Bahkan spesies yang belum diketahui nama dan manfaatnya hilang dari permukaan bumi. Hutan Indonesia yang termasuk hutan hujan tropis memiliki 3000 jenis tumbuhan di dalam satu hektar ditambah lagi jenis satwa yang ada di dalamnya. Jika laju deforestasi yang mencapai 1-2 juta hektar per tahun tidak dapat dicegah maka hutan-hutan tropis ini akan hilang.
  • Kemiskinan dan Kerugian secara ekonomis
Masyarakat Indonesia akan bertambah miskin jika kita tidak mempunyai hutan, itulah yang dikatakan Presiden Bambang Yudhoyono. Departemen Kehutanan mengemukakan bahwa kerugian negara per hari mencapai Rp. 83 milyar, itu hanya dari kerusakan hutan akibat penebangan liar. Berapakah kerugian jika semua faktor dan penyebabkan kerugian kita hitung?
Hutan sebagai paru-paru dunia penghasil oksigen bagi semua mahluk di bumi tidak bisa menjalankan fungsinya mendaur ulang karbondioksida. Karbondioksida di udara semakin tinggi menyebabkan efek gas rumah kaca.
Pengertian dan definisi hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan lain tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu komponen hutan di rusak, akan berpengaruh terhadap komponen ekosistem yang lain. Hubungan keterkaitan antara struktur dan fungsi di dalam ekosistem berjalan dalam keseimbangan yang harmonis, tetapi bila struktur hutan menjadi rusak, akibat dan dampaknya akan mempengaruhi fungsi hutan itu sendiri.
Kerusakan tidak hanya terjadi pada ekosistem hutan di darat, namun berdampak pada kerusakan ekosistem di laut juga. Akibat kerusakan hutan terjadi erosi dan banjir membawa sedimen ke laut yang merusakan ekosistem laut. Ikan dan Terumbu karang sebagai mahluk hidup diperairan mendapat akibat dari aktivitas pengrusakan di darat. Kerusakan seperti ini sangat dirasakan oleh pulau-pulau kecil di Indonesia, dengan ciri daerah das yang pendek dan topografi yang curam sangat cepat pengaruhnya terhadap lingkungan laut.
  • Abrasi Pantai
Bila pohon-pohon di pesisir pantai ditebang maka tidak ada lagi perlindungan bagi kawasan pantai. Salah satu fungsi hutan mangrove maupun hutan pantai adalah menjaga daerah pantai dari hempasan ombak laut. Ombak laut yang menerjang pesisir pantai, dapat menyebabkan abrasi pantai.
  • Intrusi dari Laut
Air laut dapat meresap sampai ke darat jika hutan-hutan pesisir seperti hutan mangrove dan hutan pantai dirusakan. Ditambah “penambangan” air sebagai kebutuhan hidup rumah tangga yang menyedot terus persediaan air tanah tanpa adanya keseimbangan infiltrasi dari air hujan yang jatuh.
  • Hilangnya budaya masyarakat
Dirasakan sangat nyata bahwa hutan menjadi sumber penghidupan dan inspirasi dari kehidupan masyarakat. Berbagai ragam budaya yang terkait dengan hutan seperti simbol-simbol dan maskot yang diambil dari hutan, misalnya Harimau sebagai maskot dari Reog, pencak silat sebagai seni bela diri Indonesia, Bekantan sebagai maskot dari Kalimantan, dan sebagainya. Jika semua ini punah maka hilanglah sumber inspirasi dan kebanggaan dari masyarakat setempat.   Download Paper

Artikel Terkait :
DEFINISI TENTANG HUTAN :

KERUSAKAN LINGKUNGAN : Karena Kemiskinan Masyarakat :


Pembangunan membawa dampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat tetapi dibalik semua itu ada sejumlah masalah berkaitan dengan lingkungan. Jika pembangunan dilakukan hanya memperhatikan faktor ekonomi saja maka faktor lingkungan akan dilupakan. Padahal masalah lingkungan bukan berpengaruh pada saat ini saja tetapi dampaknya sampai ke anak cucu.

Negara-negara dunia ketiga dan berkembang selalu memacu pertumbuhan ekonomi agar kesejahteraan rakyatnya cepat tercapai. Mereka masih memperhatikan bagaimana cara menyediakan kebutuhan pokok bagi rakyatnya, seperti pangan dan sebagainya. Namun negara-negara maju telah berpikir jauh ke depan tidak lagi dipusingkan dengan masalah-masalah tersebut, karena perekonomiannya sudah lebih baik. Mereka memikirkan agar masa depan lebih baik dengan lingkungan yang sehat dan mewariskannya kepada anak cucu.

Banyak kerusakan lingkungan akibat ulah manusia yang terjadi karena tuntutan hidup dan rendahnya pengetahuan tentang lingkungan hidup itu sendiri. Negara terbelakang dan berkembang mempunyai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Dengan pendidikan yang terbatas dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang mendesak membuat masyarakat miskin berusaha untuk mempertahankan hidupnya tanpa ada terlintas dalam pikirannya tentang kelestarian lingkungan. Apalagi jika masyarakat miskin itu tinggal di sekitar hutan, maka hutan akan menjadi sasaran eksploitasi yang menyebabkan kerusakan hutan. Kemiskinan masyarakat merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan tetapi masih banyak lagi faktor-faktor yang lain.

Faktor perbedaan pandangan dan pemenuhan kebutuhan inilah yang membuat kerusakan lingkungan lebih banyak terjadi pada negara-negara berkembang. Bahkan negara-negara berkembang dan terbelakang menjadi sasaran pembuangan limbah-limbah industri dari negara-negara maju. Contoh kerusakan lingkungan seperti pencemaran lingkungan yang terjadi dengan intensitas yang berbeda-beda, baik dari pembuangan limbah yang tidak beracun sampai kepada limbah beracun yang sangat berbahaya.

Pengertian dari Kerusakan lingkungan adalah dampak dari tindakan manusia yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku mutu lingkungan.

Macam-macam kerusakan lingkungan dapat terjadi pada lingkungan sekitar kita. Hal ini ditunjukan dengan menurunnya kualitas lingkungan akibat pencemaran lingkungan seperti pencemaran udara, pencemaran tanah dan pencemaran air. Selain itu kerusakan lingkungan termasuk di dalamnya kerusakan ekosistem darat maupun laut yang memberikan dampak terhadap kesehatan lingkungan.

Sedangkan Pengertian dan Definisi dari Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Agar kerusakan lingkungan tidak terjadi semakin parah maka perlu dibuat pengendalian kerusakan atau pengendalian pencemaran lingkungan hidup. Usaha ini adalah upaya pencegahan dan penanggulangan serta pemulihan kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah.

Pencegahan kerusakan lingkungan hidup adalah upaya untuk mempertahankan lingkungan yang sehat melalui cara-cara yang tidak memberi peluang berlangsungnya kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah termasuk di dalamnya kebakaran hutan dan lahan. Penanggulangan kerusakan lingkungan hidup adalah upaya untuk menghentikan meluas dan meningkatnya kerusakan lingkungan hidup serta dampaknya yang berkaitan dengan pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah.


Bila kita melihat suatu dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan suatu perusahaan atau badan usaha maka kita berhak membuat pengaduan kepada pihak yang berwajib berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.

Untuk menentukan apakah lingkungan hidup itu rusak atau tidak, maka ditetapkan suatu standart sebagai pedoman yaitu kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim.

Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
  1. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa;
  2. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
  3. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan;
  4. kriteria baku kerusakan mangrove;
  5. kriteria baku kerusakan padang lamun;
  6. kriteria baku kerusakan gambut;
  7. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
  8. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada paramater antara lain:
  1. kenaikan temperatur;
  2. kenaikan muka air laut;
  3. badai; dan/atau
  4. kekeringan.

Artikel Terkait :

Pencemaran Lingkungan :
  1. Macam dan Jenis Pencemaran Lingkungan
  2. Berdasarkan Lingkungan Tempat Terjadinya
  3. Berdasarkan Bahan dan Tingkat Pencemaran
  4. Parameter Pencemaran Lingkungan
  5. Dampak Pencemaran Lingkungan
  6. Usaha Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer