Showing posts with label Pohon Tumbuh. Show all posts
Showing posts with label Pohon Tumbuh. Show all posts

PENGARUH CAHAYA MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Cahaya matahari sangat diperlukan oleh komunitas tumbuhan untuk proses fotosintesis, terutama energi dari cahaya tampak (400 – 700 nm) yang disebut Photosintetically Active Radiation (PAR). Itulah Pengaruh Cahaya Matahari terhadap Pertumbuhan Tanaman.
Interaksi antara radiasi cahaya matahari dan tanaman hidup dapat dibagi atas tiga kategori yaitu efek termal, efek foto-energi, dan efek fotostimulus Pengaruh interaksi radiasi cahaya matahari terhadap tumbuhan terdiri atas tiga bagian (Ross 1975):
  1. Pengaruh termal radiasi hampir 70% diserap oleh tanaman dan diubah sebagai bahang dan energi untuk transpirasi serta untuk pertukaran panas dengan lingkungannya.
  2. Pengaruh fotosintesis karena hampir 28% dari energi yang ada diserap untuk fotosintesis dan disimpan dalam bentuk energi kimia.
  3. Pengaruh fotomorfogenetik yaitu sebagai regulator dan pengendali proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Contoh dalam proses ini adalah untuk proses gerakan nastik, orientasi, pembentukan pigmen dan pembungaan.



Tiga aspek penting dari cahaya matahari yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah panjang gelombang (kualitas) cahaya, intensitas cahaya, dan lama penyinaran.

a. Kualitas Cahaya

Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang.

b. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu atau temporal.

Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan minimum.

Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer (Sasmitamihardja, 1996).

Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein (Annonymous, 2008).


c. Lama Penyinaran

Adanya rotasi dan revolusi bumi dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun akan memberikan pengaruh yang beragam terhadap pertumbuhan tanaman. Posisi bumi terhadap matahari akan mempengaruhi lamanya periode siang dan malam di berbagai tempat di bumi. Lamanya periode penyinaran matahari (fotoperiode) dapat mempengaruhi terhadap lamanya fase-fase suatu perkembangan tanaman dengan bahan genetis tertentu.

Fase-fase perkembangan yang dapat dipengaruhi oleh fotoperiode diantaranya perkecambahan, pertumbuhan vegetatif, dan fase berbunga (reproduktif). Lamanya penyinaran yang diterima tanaman memberikan tanggapan tertentu terhadap kegiatan fisiologis. Tanggapan itu disebut dengan fotoperiodisme. Fotoperiodisme adalah respon tanaman terhadap lama terang relatif dan lama gelap relatif.

Panjang hari berubah beraturan sepanjang tahun sesuai dengan deklinasi matahari dan berbeda pada setiap tempat menurut garis lintang. Pada daerah equator panjang hari sekitar 12 jam per harinya, semakin jauh dari equator panjang hari dapat lebih atau kurang sesuai dengan pergerakan matahari. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin lama tanaman mendapatkan pencahayaan matahari, semakin intensif proses fotosintesis, sehingga hasil akan tinggi. Akan tetapi fenomena ini tidak sepenuhnya benar karena beberapa tanaman memerlukan lama penyinaran yang berbeda untuk mendorong fase-fase perkembangannya.
Berdasarkan respon tanaman terhadap fotoperioda, tanaman dibagi atas tiga golongan yaitu :

1). Tanaman Hari Pendek (Short Day Plant)
Tanaman hari pendek adalah tanaman yang hanya dapat berbunga bila panjang hari kurang dari batas waktu kritisnya (panjang hari maksimum). Batas waktu kritis untuk tanaman hari pendek 11-15 jam. Tanaman hari pendek akan mengalami pertumbuhan vegetatif terus-menerus apabila panjang hari melewati nilai kritis, dan akan berbunga di hari pendek di akhir musim panas dan musim gugur. Tetapi tanaman hari pendek tidak akan berbunga di awal di hari pendek di awal musim semi, dan akan berbunga di hari pendek di akhir musim semi.

Hal ini dipengaruhi oleh suhu yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan ke fase perbungaan dan pertumbuhan vegetatif yang tersedia pada saat itu belum mencukupi untuk mengantarkan tanaman ke pembungaan. Tanaman yang peka terhadap fotoperiode, pembungaan dan pembentukan buahnya sangat ditentukan oleh panjang hari. Dengan perbedaan panjang hari 15 menit saja sudah berarti bagi terbentuknya bunga.

2). Tanaman Berhari Panjang (Long Day Plant)
Tanaman berhari panjang adalah tanaman yang menunjukkan respon berbunga lebih cepat bila panjang hari lebih panjang dari batas kritis tertentu (panjang hari minimum), atau disebut juga tanaman yang bermalam pendek. Batas waktu kritis untuk tanaman hari panjang 12-14 jam. Kombinasi suhu dan panjang hari yang mengontrol pertumbuhan vegetatif dan generatif pada beberapa jenis tanaman hari panjang sebenarnya dapat diciptakan dengan perlakuan-perlakuan terhadap tanaman. Misalnya penyinaran singkat di malam hari untuk memperpendek periode gelap.

3). Tanaman Berhari Netral (Neutral Day Plant)
Tanaman berhari netral (intermediete) adalah tanaman yang berbunga tidak dipengaruhi oleh panjang hari. Tanaman intermediete dalam zona sedang bisa berbunga dalam beberapa bulan. Tetapi tanaman yang tumbuh di daerah tropik yang mengalami 12 jam siang dan 12 jam malam dapat berbunga terus menerus sepanjang tahun. Oleh karena itu tanaman yang tumbuh di daerah tropik pada umumnya adalah tanaman intermediete. Tanaman intermediete memerlukan pertumbuhan vegetatif tertentu sebagai tahap untuk menuju tahap pembungaan tanpa dipengaruhi oleh fotoperiode.


 
PENGARUH CAHAYA TERHADAP TANAMAN
 

.:: TRANSPIRASI | Peristiwa air menjadi uap pada tumbuhan ::.


Definisi dan pengertian dari transpirasi adalah Peristiwa perubahan air menjadi uap, yang naik ke udara melalui jaringan hidup tumbuh-tumbuhan, yaitu yang biasa melalui stomata daun, lentisel dan cuticula. Besarnya transpirasi tergantung dari jenis tumbuhan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara dan sinar matahari.

Selain itu ada yang menyebutkan transpirasi adalah evaporasi air dari tumbuhan termasuk gerakan air melalui seluruh kesatuan tanah-tumbuhan-atmosfer.

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi adalah :
  1. Cahaya
  2. Suhu
  3. Defisit tekanan uap air
  4. Ketersediaan air
Dari tiga bentuk transpirasi : (1) transpirasi stomata, (2) transpirasi lentisel dan (3) transpirasi cutikula, manakah yang lebih besar tingkat transpirasinya ??? >>> Lihat disini <<<

ARTIKEL TERKAIT :

PENGERTIAN BAJI

Pengertian Baji adalah suatu alat berbentuk seperti kapak dengan mata baji yang tajam.  Bagian punggung lebih tebal dari mata baji yang digunakan untuk membantu menentukan arah rebah pohon dan menghindarkan terjepitnya bila gergaji oleh pohon yang sedang ditebang, serta dapat memudahkan pekerjaan-pekerjaan dalam pembagian batang di hutan.

Alat tersebut dapat dibuat dari logam yang ringan dan kuat, campuran logam (alioy), ada juga yang dibuat dari gelas serat (fiberglass). Ada baji yang dibuat secara sederhana, yaitu dari batang atau cabang kayu yang terdapat di sekitar pohon yang akan ditebang. Hal ini banyak dijumpai di hutan jati di Jawa.



Baji yang dibuat dari kayu oleh penebang sendiri, tidak kuat dan lekas rusak. Jumlah dan ukuran baji yang digunakan, tergantung pada besar kecil pohon yang ditebangkan, serta posisi pohon terhadap arah rebah.

Makin besar diameternya dan makin miring berdirinya pohon tersebut, makin banyak dipelukan baji. Yaitu sampai sekitar 3-5 buah. Hal ini terutama terjadi pada arah rebah yang berlawanan dengan kemiringan pohon.

SISTEM SISTEM AGROFORESTRI TRADISIONAL


Sistem-sistem agroforestri tradisional terdapat banyak persamaan antara bentuk-bentuk yang dilakukan di Indonesia dan di negara-negara lain. Ada yang dikenal dengan sebutan: Kebun-Talun-Pekarangan (Home Yard), Sistem Multi Tajuk sekitar rumah maupun di ladang, Perladangan Berpindah (Shifting Cultivation), termasuk usaha-usaha perbaikannya (Improved Fallows).

Di Indonesia, Khususnya sistem Kebun-Talun di Jawa Barat, dapat dipandang sebagai pengembangan dari perladangan berpindah. Bila dalam perladangan berpindah, jangka waktu bera adalah 10 sampai 20 tahun atau lebih; maka dalam Kebun, jangka waktu bera biasanya hanya satu sampai dua tahun, bila lahan terus digunakan sebagai Kebun. Dengan ditinggalkannya anakan pohon-pohonan, yang nantinya akam mendominasi penutup vegetatif, dengan atau tanpa tanaman tambahan, berupa tanaman holtikultura atau tanaman industri, maka kebun dengan melalui fase Kebun Campuran akan menjadi Talun.

Talun dapat dirombak lagi menjadi kebun, akan tetapi dapat dibina juga menjadi Hutan Rakyat, yang terdiri dari berbagai jenis pohon-pohonan, dan dikelola berazaskan kelestarian melalui tebang pilih. Menurut suatu survey di Jawa Barat, luas talun di provinsi tersebut adalah 25% dari jumlah lahan pedesaan (di luar kawasan hutan). Penumbuhan berupa Talun dapat dikembangkan di pedesaan Indonesia untuk merehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan produktivitas biomasa.

Pekarangan di Indonesia maupun di negara-negara Asia lainnya, memegang peranan penting dalam kehidupan di desa, baik secara ekonomis, ekologis maupun sosio-kultural. Peningkatan kualitas pekarangan besar sekali manfaatnya, terutama bagi golongan termiskin. Sebab, disamping pendapatan dari upah harian, produktivitas pekarangan mungkin merupakan adalah satu-satunya bagi penghidupannya.

Bentuk-bentuk kebun/talun campuran di Sumatera (Kebun Multi Lapisan Tajuk, Hutan Damar Kucing), Hutan Tanaman Campuran di Kalimantan Timur, Improved Fallow System di Filipina, dan sebagainnya, merupakan perbaikan-perbaikan dari sistem perladangan berpindah yang dikembangkan oleh masyarakat setempat sendiri.

Di Maluku, sistem agroforestri tradisional dikenal dengan istilah "Dusun". Bila diamati, stratifikasi tajuk di dalam Dusun sangat mirip dengan hutan alam. Kondisi dan iklim mikro yang terbentuk sama seperti di hutan alam, sehingga orang-orang menggolongkan Dusun dalam sistem agroforestri tradisional.

Sebelum bangsa Portugis tiba di Maluku pada awal abad ke-16 dan Bangsa Belanda tiba pada awal abad ke-17 (1602) agroforestri yang dikenal di Maluku sebagai dusun telah membudaya pada masyarakat Maluku. Dusun adalah suatu aset “intagible” di Maluku yang termasuk dalam “indigenous knowledge” dan “indigenous technology” yang sudah teradaptasi dengan lingkungan fisik, biologis dan masyarakat setempat.

Sistem dusun inilah yang membawa Maluku terkenal dengan nama “the Spice Island”, Bangsa Belanda berusaha menguasai Maluku pada tahun 1602 dan melakukan perbuatan yang tidak terpuji yaitu menebang sebagian besar pohon – pohon pala, cengkeh demi untuk mempertahankan monopoli perdagangan rempah-rempah. Gerakan penebangan pohon perdagangan pala dan cengkeh.


Artikel Terkait :

PENGERTIAN DAN DEFINISI AGROFORESTRI | AGROFORESTRY | WANATANI

Sistem Agroforestri atau Wanatani

Pengertian dan Definisi dari Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Pengertian agroforestri seperti di atas merupakan pengertian sederhana karena agroforestri dapat diartikan lebih luas lagi dengan pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Agroforestri merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris "Agroforestry" yaitu Agro berarti pertanian dan Forestry berarti Kehutanan. Agroforestri dikenal juga dengan istilah "Wanatani" yaitu gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian.

Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Masalah yang sering timbul adalah alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin berkurang. Agroforestri diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah ketersediaan pangan.

Konsep agroforestri merupakan rintisan dari tim Canadian International Development Centre, yang bertugas untuk mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan di bidang kehutanan di negara-negara berkembang dalam tahun 1970-an. Oleh tim ini dilaporkan bahwa hutan-hutan di negara tersebut belum cukup dimanfaatkan. Pemanfaatan di bidang kehutanan sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan tanaman hutan secara terbatas. Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Namun sistem Agroforestri telah dipraktekan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad dengan nama dan istilah yang berbeda-beda.

King mendefinisikan Agroforestri sebagai Suatu sistem pengolahan lahan yang berazaskan kelestarian untuk meningkatkan produktivitas lahan secara keseluruhan, yaitu dengan mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan, dan atau hewan secara bersamaan atau berurutan, pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan budaya setempat.
Ada juga yang mendefinisikan Agroforestri sebagai Suatu metode penggunaan lahan secara optimal yang mengkombinasikan sistem produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang, secara bersamaan atau berurutan (suatu kombinasi produksi kehutanan dan produksi biologis lainnya) dengan cara yang dilandasi oleh azas kelestarian, dalam suatu kawasan hutan atau kawasan di luarnya, dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

Lundgreen dan Raintree menjelaskan bahwa Agroforestri adalah istilah untuk sistem-sistem pemanfaatan lahan dan teknologi, dengan tanaman-tanaman keras (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palma, bambu, dan sebagainya) yang ditanam berbarengan dengan tanaman pertanian semusim, dan atau pemeliharaan hewan, untuk tujuan tertentu, pengelolaannya berada dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan, yang didalamnya terjadi interaksi ekologis dan ekonomis antara berbagai komponen yang membentuk sistem tersebut.

Sesuai definisi agroforestri diatas maka sistem ini bervariasi dan cukup luas sehingga dapat diklasifikasi berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :
  • Secara Struktual, menyangkut komposisi komponen, seperti sistem-sistem agrisilvikultur, silvopastur dan agrisilvopastur.
  • Secara Fungsional, menyangkut fungsi atau peranan utama dalam sistem, terutama komponen kayu-kayuan.
  • Secara Sosial Ekonomis, menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi, intensitas dan skala pengelolaan, tujuan usaha, subsisten, komersial, intermedier).
  • Secara Ekologis, menyangkut kondisi lingkungan dan kesesuaian ekologis dari sistem Agrisilvikultur, Silvopastur, Agrosilvopastur, Silvofishery, pohon serbaguna, dan lainnya.
Pada dasarnya agroforestri mempunyai komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Penggabungan komponen-komponen yang termasuk dalam agroforestri dikenal dengan nama :
  • Agrisilvikultur merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan (pohon, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen pertanian.
  • Silvopastura merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan
  • Agrosilvopastur merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan
  • Silvofeshry merupakan Kombinasi antara komponen kehutanan dan komponen perikanan. Sistem ini merupakan pemanfaatan hutan mangrove dikombinasikan dengan tambak ikan.
Tujuan akhir program agroforestri adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat petani, terutama yang di sekitar hutan, yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif masyarakat dalam memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan memeliharanya. Program-program agroforestri diarahkan pada peningkatan dan pelestarian produktivitas sumberdaya, yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan, perikanan) atau interaksi antara komponen-komponen tersebut dengan lingkungannya.

Artikel Terkait :

PENGERTIAN DAN DEFINISI AKAR TUMBUHAN SERTA CIRI-CIRI DAN FUNGSINYA


Pengertian dan Definisi Akar adalah bagian pangkal tumbuhan pada batang yang berada dalam tanah dan tumbuh menuju pusat bumi. Ada beberapa tumbuhan yang mempunyai akar muncul ke permukaan tanah untuk fungsi-fungsi tertentu karena persediaan oksigen yang terbatas dan aerase yang buruk di dalam tanah.
Akar dalam istilah ilmiahnya disebut “Radix”, merupakan bagian utama dari tumbuhan yang telah memiliki pembuluh. Pada ujung-ujung akar terdapat meristem apikal yang terus membelah diri dan berkembang juga terdapat kaliptra (tudung akar) yang berfungsi sebagai pelindung. Tudung akar berasal dari meristem apikal dan terdiri dari sel-sel parenkim. Jaringan meristem adalah jaringan muda pada tumbuhan yang aktif membelah menghasilkan sel-sel baru terdapat pada titik-titik pertumbuhan.
Pembelahan meristem apikal membentuk daerah pemanjangan atau “zona perpanjangan sel”. Setelah zona ini terdapat “zona differensiasi sel” dan “zona pendewasaan sel”. Pada zona differensiasi sel, sel-sel akar berkembang menjadi beberapa sel permanen, misalnya beberapa sel terdifferensiasi menjadi xilem, floem, parenkim, dan sklerenkim.




Akar tumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, pertumbuhannya ke arah dalam tanah atau menuju ke air, pada umumnya menjauhi cahaya pertumbuhannya menjadi lebih cepat.
  2. Tidak seperti batang dan daun yang berwarna hijau karena mengandung klorofil, warna akar tidak hijau, terlihat keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
  3. pertumbuhan terjadi pada ujung akar yang merupakan titik pertumbuhan primer dimana terdapat jaringan meristimatik, dan dapat terjadi mekanisme dominasi apikal pada akar.
  4. Ujung akar bentuknya meruncing dan berguna untuk menembus tanah dan memecahkan bebatuan.

Fungsi dari akar bagi tumbuhan dapat dijelaskan dibawah ini:
  1. Akar tumbuhan sebagai jangkar untuk menyokong dan memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya.
  2. Akar berfungsi sebagai media penyeraan air dan garam-garam mineral (zat unsur hara) dari dalam tanah
  3. Dalam kondisi tertentu akar berfungsi sebagai alat respirasi, misalnya akar pada tumbuhan mangrove, yang disebut "pneumatofor".
  4. Akar berfungsi untuk tempat penyimpanan cadangan makanan. Misalnya wortel dan kentang memiliki akar tunggang yang membesar, berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan.
  5. Beberapa jenis akar tumbuhan berfungsi sebagai organ reproduktif vegetatif. Misalnya pada tumbuhan sukun, dari bagian akar dapat tumbuh tunas yang akan menjadi individu baru.

Artikel Terkait :
  1. Struktur Morfologi dan Anatomi Akar Tumbuhan
  2. Bentuk Tipe Sistem Perakaran Tumbuhan
  3. Pengertian Akar Papan atau Banir
  4. Manfaat dan Fungsi Akar Tanaman
  5. Karakteristik Perakaran Pohon
  6. Distribusi dan Biomasa Perakaran Pohon
  7. Kecepatan Pertumbuhan Perakaran Pohon
  8. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Akar
  9. Kemampuan Pertumbuhan Akar
  10. Pengentenan Akar
  11. Patogen Akar
  12. Kontrol Perkembangan Akar Dalam Persemaian
  13. Definisi dan Pengertian Tanah
  14. Profil Tanah
  15. Manfaat Tanah
  16. Pengertian Tekstur Tanah
  17. Struktur Tanah
  18. Proses Pembentukan Tanah
  19. Klasifikasi Jenis Tanah
  20. Pencemaran Tanah
  21. Porositas Tanah
  22. Bahan Organik Tanah
  23. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  24. Lengas Tanah
  25. Tekstur dan Struktur Tanah
  26. Jenis Tanah
  27. Pengertian Unsur Hara
  28. Jumlah Kebutuhan Unsur Hara
  29. Pergerakan Unsur Hara Dari Larutan Tanah Ke Akar
  30. Pergerakan Hara di dalam Tubuh Tanaman (Penyerapan Unsur Hara)
  31. Metode untuk Mengetahui Status Hara Tanaman
  32. Unsur Hara Nitrogen (N)
  33. Unsur Hara Fosfor (P)
  34. Unsur Hara Kalium (K)
  35. Pemupukan Tanaman
  36. Perbaikan Kesuburan Tanah dengan Sistem Agroforestri

APOMIKSIS

Istilah umum yang mencakup semua bentuk reproduksi aseksual yang cendrung menggantikan regenerasi seksual. Sering digunakan dalam mengartikan produksi benih tanpa terjadinya pembuahan. Tergantung dari tipe apomiksis, jenis yang melakukan apomiksis biasanya secara genetik identik dengan asal tanamannya (ortet).

ALEL | ALEL GANDA


Definisi dan Pengertian Alel adalah Satu dari sebuah kumpulan gen yang mungkin menduduki posisi tertentu (lokus) pada kromosom yang tersedia. Pengaruh alternatif (mendelian) pada karakter yang sama yang diproduksi alel yang berbeda, misalnya: dijumpai pada bibit bewarna hijau dan albino. Apabila kumpulan gen terdiri atas dua gen atau lebih, gen disebut alel ganda. Alel ganda muncul karena berulangnya mutasi gen dengan efek yang berbeda. Tidak lebih dari dua alel yang terlihat pada organisme diploid.
Sedangkan Alel Ganda adalah Serial alel dari gen tertentu.

ALBINISME

Definisi dan Pengertian Albinisme adalah Hilangnya seluruh atau sebagian pigmen pada suatu tanaman atau bagiannya. Bagian yang terkena berubah putih atau hampir putih. Tanaman albino biasanya akan segera mati.

AKAR PAPAN ATAU AKAR BANIR



Irisan silang yang tidak membulat (non-circular) dari batang, sering disebabkan oleh akar papan, yaitu bentuk menyerupai papan yang tumbuh pada bagian atas akar, berfungsi menopang pohon. Pembentukan akar papan dan banir dapat diwariskan dengan tingkat yang bervariasi. Umumnya, karakter ini tidak disukai dalam pemuliaan pohon.

Akar banir merupakan ciri khas dari beberapa jenis pohon yang hidup hutan dan dapat dibedakan karena termasuk dalam famili tertentu misalnya Kenari (Canarium vulgare) termasuk famili Burseraceae.

Hal ini merupakan salah satu petunjuk untuk mengidentifikasi jenis pohon di dalam hutan. Dengan melihat bentuk akar pohon tersebut, apakah mempunyai banir atau tidak maka kita dapat menggolongkan pohon tersebut dalam famili tertentu yang dikenal mempunyai akar banir.

Akar merupakan salah satu bagian vegetatif dari tumbuhan yang mempunyai fungsi sebagai penopang dan penyerapan air dan unsur hara. Pada saat tumbuhan tersebut tidak menghasilkan bunga atau buah, maka bagian-bagian vegetatif bisa dipakai untuk identifikasi tumbuhan tersebut, misalnya melihat akar, batang dan daun.


Artikel Terkait :
  1. Pengertian dan Definisi Akar Tumbuhan
  2. Struktur Akar Tumbuhan
  3. Bentuk Tipe Sistem Perakaran Tumbuhan
  4. Pengertian Akar Papan atau Banir
  5. Manfaat dan Fungsi Akar Tanaman
  6. Karakteristik Perakaran Pohon
  7. Distribusi dan Biomasa Perakaran Pohon
  8. Kecepatan Pertumbuhan Perakaran Pohon
  9. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Akar
  10. Kemampuan Pertumbuhan Akar
  11. Pengentenan Akar
  12. Patogen Akar
  13. Kontrol Perkembangan Akar Dalam Persemaian
  14. Definisi dan Pengertian Tanah
  15. Profil Tanah
  16. Manfaat Tanah
  17. Pengertian Tekstur Tanah
  18. Struktur Tanah
  19. Proses Pembentukan Tanah
  20. Klasifikasi Jenis Tanah
  21. Pencemaran Tanah
  22. Porositas Tanah
  23. Bahan Organik Tanah
  24. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  25. Lengas Tanah
  26. Tekstur dan Struktur Tanah
  27. Jenis Tanah
  28. Pengertian Unsur Hara
  29. Jumlah Kebutuhan Unsur Hara
  30. Pergerakan Unsur Hara Dari Larutan Tanah Ke Akar
  31. Pergerakan Hara di dalam Tubuh Tanaman (Penyerapan Unsur Hara)
  32. Metode untuk Mengetahui Status Hara Tanaman
  33. Unsur Hara Nitrogen (N)
  34. Unsur Hara Fosfor (P)
  35. Unsur Hara Kalium (K)
  36. Pemupukan Tanaman
  37. Perbaikan Kesuburan Tanah dengan Sistem Agroforestri

ADVENTIF

Organ yang muncul pada posisi yang tidak seharusnya pada tanaman misalnya akar liar (adventitious roots) yang tumbuh pada batang atau daun, atau tunas yang tumbuh pada akar.

Artikel Terkait :

DEFINISI POHON


Definisi Pohon ialah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Kayu dari pohon terdiri dari jaringan pembuluh kayu (xylem) dan jaringan pembuluh tapis (floem). Di antara kedua jaringan ini terdapat lapisan kambium yang membuat pohon bertambah besar diameternya. Pengertian dari Pohon biasa juga disebut pokok. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon.




Pohon berbeda dengan semak melalui bentuk dan ukurannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak.

Pisang sering dikatakan "pohon pisang" tetapi sebenarnya tidak demikian karena pisang tidak mempunyai batang yang berkayu.

Pohon-pohon yang kecil yang tidak bertambah tinggi lagi hanya sebagai tumbuhan penutup tanah disebut semak dan perdu.

Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak daripada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah.

Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung utama antara bagian akar, sebagai alat transportasi tumbuhan untuk mengumpulkan air dan mineral, dan bagian tajuk pohon (canopy).

Ukuran batang yang lebih kecil disebut cabang dan yang lebih kecil lagi adalah ranting, keduanya berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya.

Artikel Terkait :

EVALUASI LAHAN


Evaluasi Lahan adalah proses pengukuran, pencatatan dan pengumpulan keterangan mengenai suatu areal tanah untuk mengevaluasi kegunaannya.

Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.


1. Pendekatan

Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1) pendekatan dua tahapan (two stage approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach).

1.1. Pendekatan dua tahapan

Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976).
Klasifikasi kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan. Konstribusi dari analisis sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya.

1.2. Pendekatan paralel

Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.


2. Penyiapan Data

Untuk melakukan evaluasi lahan baik dengan menggunakan pendekatan dua tahapan maupun pendekatan paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini untuk menentukan tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa yang diperlukan dan asumsi-asumsinya yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam penilaian. Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung dari tujuannya yang harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi sumber daya lahan.

Urutan kegiatan dalam melaksanakan evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 1.
Pelaksanaan Evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tingkat tinjau skala 1:250.000 atau lebih kecil; semi detil skala 1:25.000 sampai 50.000; dan detil skala 10.000 sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis, jumlah, dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut bervariasi, sehingga penyajian hasil evaluasi lahan ditetapkan sebagai berikut: pada tingkat tinjau dinyatakan dalam ordo, tingkat semi detil dalam kelas/subkelas, dan pada tingkat detil dinyatakan dalam subkelas/subunit. Petunjuk Teknis ini disarankan dipakai terutama untuk tingkat pemetaan semi detil.

Pada prinsipnya penilaian kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh/hidup komoditas pertanian yang bersangkutan, pengelolaan dan konservasi.

Pada proses matching hukum minimum dipakai untuk menentukan faktor pembatas yang akan menentukan kelas dan subkelas kesesuaian lahannya. Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditetapkan dalam keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual) atau keadaan potensial (kesesuaian lahan potensial). Keadaan potensial dicapai setelah dilaksanakan usaha-usaha perbaikan terhadap masing-masing faktor pembatas untuk mencapai keadaan potensial.

TRANSLOKASI

http://plantcellbiology.masters.grkraj.org/html/Plant_Cellular_Physiology6-Translocation_Of_Organic_Solutes_files/image023.jpg

Translokasi meliputi gerakan berbagai materi dalam sistem tumbuhan termasuk gas-gas, air, mineral, karbohidrat terlarut dan hormon.

Faktor Lingkungan yang mempengaruhi Translokasi :

  1. Cahaya
  2. Suhu
  3. Air

ARTIKEL TERKAIT :

Persyaratan Fisiologis Untuk Pohon Tumbuh

pongamia pinnata

Interaksi Lingkungan dengan Persyaratan Fisiologis

Untuk dapat berhasil tumbuh dengan baik, maka pohon harus :

  1. Menghasilkan lebih banyak makanan dengan fotosintesis pada kebutuhannya untuk menopang metabolisme dasar dan kompensasi terhadap respirasi
  2. Mempunyai kontrol yang memadai terhadap rumah tangga air internalnya sehingga air dapat dikonservasi, sel di jaga pada turgor penuh, dan stomata terbuka pada periode cukup selama siang hari untuk produksi karbohidrat.

Pohon-pohon yang masuk dalam golongan jenis Intoleran memerlukan intensitas sinar matahari yang lebih banyak untuk proses Fotosintesis. Jenis Intoleran adalah jenis pohon yang tidak tahan terhadap naungan. Sedangkan jenis Toleran adalah jenis yang dapat bertumbuh dengan baik di bawah naungan pohon lain.

RESPIRASI



Respirasi adalah penggunaan karbohidrat dan produk fotosintesis untuk membangun dan memelihara seluruh jaringan tumbuhan dan memproduksi energi untuk digunakan dalam metabolisme dan penyerapan hara.

Faktor Lingkungan yang berpengaruh terhadap proses respirasi adalah :
  1. Cahaya
  2. Suhu
  3. Atmosfir tanah
  4. Air
  5. Nutrisi
Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses respirasi >>> klik disini <<<



ARTIKEL TERKAIT :

Pengertian EKOSISTEM | Sistem Ekologi



"Pengertian EKOSISTEM" awalnya dibahas oleh seorang AHLI EKOLOGI berasal dari Inggris yang bernama A.G. TANSLEY pada tahun 1935. Konsep EKOSISTEM itu bukan merupakan konsep yang baru karena akhir tahun 1800-an, pernyataan-pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan EKOSISTEM mulai terbit cukup menarik dalam literatur-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum, 1993).

Beberapa PENGERTIAN dan DEFINISI tentang "EKOSISTEM" dapat dijelaskan dibawah ini:
  1. Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks, memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Sedangkan istilah fungsi dalam definisi ekosistem menurut A.G. Tansley berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen ekosistem.
  2. Ekosistem atau sistem ekologi adalah merupakan pertukaran bahan-bahan antara bagian-bagian yang hidup dan yang tak hidup di dalam suatu sistem. Ekosistem dicirikan dengan berlangsungnya pertukaran materi dan transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung diantara berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain di luarnya.
  3. Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan dalam alam (Dephut, 1997).
  4. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983).
  5. Ekosistem, yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi (Odum, 1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
  6. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi (UU Lingkungan Hidup Tahun 1997). Unsur-unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
  7. Ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983). Tingkatan organisasi ini dikatakan sebagai suatu sistem karena memiliki komponen-komponen dengan fungsi berbeda yang terkoordinasi secara baik sehingga masing-masing komponen terjadi hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik terwujudkan dalam rantai makanan dan jaring makanan yang pada setiap proses ini terjadi aliran energi dan siklus materi.


komponen ekosistem

Komponen Ekosistem


Lingkungan ekosistem terdiri atas dua jenis :
  1. Lingkungan biotik (komponen makhluk hidup), misalnya hewan, tumbuh-tumbuhan dan mikroba.
  2. Lingkungan abiotik (komponen benda mati), misalnya cahaya, air, udara, tanah, dan energi.


komponen ekosistem

Lingkungan Biotik dan Abiotik

Dari sisi sumber makanan ekosistem memiliki 2 komponen yang biasanya secara bagian terpisah dalam ruang dan waktu yaitu:

(1). Komponen autotrofik (autotrophic). Kata autotrofik berasal dari kata autos artinya sendiri, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen autotrofik, yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik berasal dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan klorofil dan energi utama berupa radiasi matahari. Oleh karena itu, organisme yang mengandung klorofil termasuk ke dalam golongan autotrof dan pada umumnya adalah golongan tumbuh-tumbuhan hijau. Pada komponen autotrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis bahan anorganik menjadi bahan organik kompleks.

(2). Komponen heterotrofik (heterotrofhic). Kata heterotrof berasal dari kata hetero artinya berbeda atau lain, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen heterotrofik, yaitu organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain. Jadi, komponen heterotrofit memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik, kemudian sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana dengan demikian, binatang, jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik.


ekosistem


Ekosistem dari segi struktur terdiri dari 4 komponen :
  1. Komponen abiotik
  2. Komponen produsen
  3. Komponen konsumen (herbivora, carnivora dan omnivora)
  4. Komponen pengurai (dekomposer)


ekosistem



PUSTAKA :
  • Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
  • Kusmana & Istomo, 1995. Ekologi Hutan : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
  • Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
  • Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California.
  • Arief, A. 1994, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta. 


 

Artikel Terkait :


Berbicara Tentang Hutan
big tree
Pohon-Pohon Menakjubkan
Ruang Lingkup Ekologi Hutan
Kuliah Kehutanan
Kuliah Biologi Umum
Kuliah Ekologi Umum
Kuliah Silvikultur
Kuliah Silvikultur Hutan Tropika
Tipe-tipe Hutan Tropis
Faktor-faktor yang mengontrol siklus
hara pada hutan hujan tropis
Proses Fotosintesis
Abrasi Pantai

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer