Showing posts with label EVALUASI LAHAN. Show all posts
Showing posts with label EVALUASI LAHAN. Show all posts

DEFINISI DAN PENGERTIAN GAMBUT (Bod Peat)



Definisi dan Pengertian Gambut (Bod Peat) adalah jenis tanah yang sebagian besar terdiri dari pasir silikat dan sebagaian lagi terdiri atas bahan-bahan organik asal tumbuhan yang sedang dan / atau sudah melalui proses dekomposisi. Jenis tanah ini sebagian besar terdiri atas bahan organik yang tidak dirombak atau dirombak sedikit, terkumpul dalam keadaan air berlebihan (melimpah ruah).

Gambut terjadi pada hutan­-hutan yang pohonnya tumbang dan tenggelam dalam lumpur yang hanya mengandung sedikit oksigen, sehingga jasad renik tanah sebagai pclaku pembusukan tidak mampu melakukan tugasnya secara baik. Akhirnya bahan-bahan organik dari pepohonan yang telah mati dan tumbang tertumpuk dan lambat laun berubah menjadi gambut yang tebalnya bisa mencapai 20 m.

Selanjutnya >>> Ekosistem Hutan Gambut

Artikel Terkait :
  1. Pengertian serasah / lantai hutan (forest floor)
  2. Pengertian dan definisi produktivitas serasah
  3. Pengertian humus dan humufikasi
  4. Bahan organik tanah
  5. Porositas tanah
  6. Struktur tanah
  7. Pengertian tekstur tanah
  8. Tanah organis
  9. Tanah mineral
  10. Tanah hutan
  11. Definisi dan Pengertian Tanah
  12. Klasifikasi Tanah
  13. Proses Pembentukan Tanah
  14. Pencemaran Tanah
  15. Manfaat Tanah
  16. Unsur Hara Nitrogen (N)
  17. Unsur Hara Fosfor (P)
  18. Unsur Hara Kalium (K)
  19. Bahan Organik Tanah
  20. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  21. Lengas Tanah
  22. Tekstur dan Struktur Tanah
  23. Pemupukan Tanaman

EVALUASI LAHAN


Evaluasi Lahan adalah proses pengukuran, pencatatan dan pengumpulan keterangan mengenai suatu areal tanah untuk mengevaluasi kegunaannya.

Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.


1. Pendekatan

Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1) pendekatan dua tahapan (two stage approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach).

1.1. Pendekatan dua tahapan

Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976).
Klasifikasi kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan. Konstribusi dari analisis sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya.

1.2. Pendekatan paralel

Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.


2. Penyiapan Data

Untuk melakukan evaluasi lahan baik dengan menggunakan pendekatan dua tahapan maupun pendekatan paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini untuk menentukan tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa yang diperlukan dan asumsi-asumsinya yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam penilaian. Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung dari tujuannya yang harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi sumber daya lahan.

Urutan kegiatan dalam melaksanakan evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 1.
Pelaksanaan Evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tingkat tinjau skala 1:250.000 atau lebih kecil; semi detil skala 1:25.000 sampai 50.000; dan detil skala 10.000 sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis, jumlah, dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut bervariasi, sehingga penyajian hasil evaluasi lahan ditetapkan sebagai berikut: pada tingkat tinjau dinyatakan dalam ordo, tingkat semi detil dalam kelas/subkelas, dan pada tingkat detil dinyatakan dalam subkelas/subunit. Petunjuk Teknis ini disarankan dipakai terutama untuk tingkat pemetaan semi detil.

Pada prinsipnya penilaian kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh/hidup komoditas pertanian yang bersangkutan, pengelolaan dan konservasi.

Pada proses matching hukum minimum dipakai untuk menentukan faktor pembatas yang akan menentukan kelas dan subkelas kesesuaian lahannya. Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditetapkan dalam keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual) atau keadaan potensial (kesesuaian lahan potensial). Keadaan potensial dicapai setelah dilaksanakan usaha-usaha perbaikan terhadap masing-masing faktor pembatas untuk mencapai keadaan potensial.

PENGERTIAN DAN DEFINISI LAJU EROSI


Laju Erosi adalah ketebalan pengikisan tanah yang terjadi dalam satuan waktu tertentu.

Teknologi pengukuran laju erosi skala DAS mikro merupakan inovasi teknologi untuk mengkuantifikasi laju erosi, yang lebih akurat dibanding pengukuran pada petak kecil. Teknik ini menggunakan bak penampung sedimen (sediment trap), yang dilengkapi dengan V-notch weir, automatic water level recorder (AWLR), dan pengukur tinggi muka air manual (staff gauge), yang dapat mengukur aliran permukaan. Bak penampung sedimen dibangun pada titik pengeluaran (outlet) di sub-DAS, atau sub-sub DAS dengan dimensi yang bervariasi tergantung luas DAS mikro.

Erosi akan menyebabkan terjadinya pendangkalan waduk, penurunan kapasitas saluran irigasi, dan dapat mengganggu sistem pembangkit tenaga listrik. Erosi yang tinggi, banjir pada musim penghujan tidak hanya menimbulkan dampak negatif pada aspek bio-fisik sumberdaya alam dan lingkungan tetapi juga berdampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat. Erosi dan banjir dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam. Produksi pertanian, perikanan dan penggunaan sumberdaya alam yang berkaitan dengan air akan menurun.

Upaya pencegahan banjir dan sedimentasi dapat dilakukan dengan perbaikan pola penggunaan lahan dan melakukan usaha konservasi tanah dan air. Upaya ini umumnya masih dilakukan parsial terutama karena aktivitas ini masih dihitung sebagai biaya sosial dan bukan sebagai aktivitas ekonomi yang menguntungkan. Untuk itu perlu dikembangkan evaluasi pola penggunaan lahan yang dapat mengurangi erosi, banjir tetapi secara ekonomi menguntungkan. Evaluasi ini harus juga mengukur nilai ekonomi dari manfaat atau kerugian lingkungan yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung.

Artikel Terkait :
  1. Evaluasi Lahan
  2. Erosi dan Erodibilitas Tanah
  3. Pengertian Laju Erosi
  4. Debit Aliran Air Sungai
  5. Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu
  6. Definisi dan Pengertian Tanah
  7. Profil Tanah
  8. Manfaat Tanah
  9. Pengertian Tekstur Tanah
  10. Struktur Tanah
  11. Proses Pembentukan Tanah
  12. Klasifikasi Jenis Tanah
  13. Pencemaran Tanah
  14. Unsur Hara Nitrogen (N)
  15. Unsur Hara Fosfor (P)
  16. Unsur Hara Kalium (K)
  17. Bahan Organik Tanah
  18. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  19. Lengas Tanah
  20. Tekstur dan Struktur Tanah
  21. Jenis Tanah
  22. Pemupukan Tanaman
  23. Perbaikan Kesuburan Tanah dengan Sistem Agroforestri



ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer