Showing posts with label LAJU EROSI. Show all posts
Showing posts with label LAJU EROSI. Show all posts

PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN


Pengertian dan definisi Hasil Hutan adalah semua benda hayati yang berasal dari hutan disebut hasil hutan. Benda hanyati itu dapat berupa nabati atau hewani. Pengertian ini merupakan pengertian secara luas, sedangkan pengertiannya secara sempit adalah yang berupa nabati saja. Hasil hutan nabati dapat dibagi lagi menjadi kayu dan bukan kayu (non kayu).

Selain itu hutan juga menghasilkan produk-produk lain seperti jasa lingkungan. Hutan dikenal sebagai penghasil oksigen yang memberi kehidupan bagi mahluk hidup di bumi, sehingga sering disebut paru-paru dunia. Hasil yang tidak langsung dari hutan yang memberi manfaat seperti
  • Pengatur sistem tata air (debit air, erosi, banjir, kekeringan),
  • Mengontrol pola iklim (suhu, kelembaban, penguapan/evapotranspirasi)
  • Mengontrol pemanasan bumi (Global Warming)
  • Ekowisata (rekreasi, berburu, camping dll)
  • Laboratorium plasma nutfah (taman nasional, kebun raya dll)
  • Pusat pendidikan dan penelitian
  • Sumber bahan pendukung industri-industri kimia (pewarna, terpen, kosmetik, obat-obatan, tekstil dll).
  • Menghasilkan devisa lewat program CDM dan REDD. 

Artikel Terkait :

PENGAWETAN TANAH


Definisi dan Pengertian Pengawetan tanah pada dasarnya meliputi beberapa cara yaitu :

  • pencegahan erosi (pengikisan oleh air)
  • mengendalikan aliran/arus air
  • pencegahan kemunduran kesuburan tanah, yakni mencegah hilangnya zat-zat mineral yang mudah diserap tanaman.

Dari beberapa cara di atas menunjukan bahwa pengawetan tanah sangat erat hubungannya dengan :

  • usaha peningkatan hasil produksi pangan
  • peningkatan laba para petani
  • peningkatan taraf hidup petani

Selanjutnya pengawetan tanah berarti mengamankan "Daerah Aliran Sungai" (DAS) yang sangat erat hubungannya dengan pengamanan kelangsungan debit aliran sungai atau bendungan (dam) tertentu. Dam-dam tersebut dimanfaatkan untuk keperluan irigrasi atau PLTA sekaligus.

Pengawetan tanah dilaksanakan tidak hanya di dataran tinggi saja, namun juga di dataran rendah dimana terdapat kemiringan. Setiap derajat kemiringan tanah mengakibatkan air mengalir ke bawah. Aliran air yang ada dapat mengakibatkan pengikisan tanah (top-soil).

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa pengikisan tanah tergantung pada :

  • kemiringan tanah
  • jenis tanah
  • jenis tumbuh-tumbuhan
  • intensitas curah hujan per tahun
  • pemeliharaan tanaman
  • pemupukan

Artikel Terkait :

  1. Definisi dan Pengertian Tanah
  2. Manfaat Tanah
  3. Profil Tanah
  4. Proses Pembentukan Tanah
  5. Pencemaran Tanah
  6. Klasifikasi Jenis Tanah
  7. Unsur Hara Nitrogen (N)
  8. Unsur Hara Fosfor (P)
  9. Unsur Hara Kalium (K)
  10. Bahan Organik Tanah
  11. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  12. Lengas Tanah
  13. Tekstur dan Struktur Tanah
  14. Jenis Tanah
  15. Pemupukan Tanaman
  16. Perbaikan Kesuburan Tanah dengan Sistem Agroforestri

Definisi dan Pengertian TANAH



Definisi dan pengertian dari Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.

Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.

Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut :
  1. Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam.
  2. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.
Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit bumi yang lunak dan gembur yang berasal dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda warna sampai ke dalam terdapat bagian keras yang sulit ditembus disebut batuan induk.

Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut Top Soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.    Apa perbedaan Profil Tanah dan Tekstur Tanah >>>>

Artikel Terkait :
  1. Klasifikasi Jenis Tanah
  2. Pengertian Kesuburan Tanah
  3. Definisi dan Pengertian Tanah
  4. Profil Tanah
  5. Manfaat Tanah
  6. Pengertian Tekstur Tanah
  7. Struktur Tanah
  8. Pencemaran Tanah
  9. Porositas Tanah
  10. Bahan Organik Tanah
  11. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  12. Lengas Tanah
  13. Tekstur dan Struktur Tanah
  14. Jenis Tanah
  15. Pengertian Unsur Hara
  16. Jumlah Kebutuhan Unsur Hara
  17. Pergerakan Unsur Hara Dari Larutan Tanah Ke Akar
  18. Pergerakan Hara di dalam Tubuh Tanaman (Penyerapan Unsur Hara)
  19. Metode untuk Mengetahui Status Hara Tanaman
  20. Unsur Hara Nitrogen (N)
  21. Unsur Hara Fosfor (P)
  22. Unsur Hara Kalium (K)
  23. Pemupukan Tanaman
  24. Perbaikan Kesuburan Tanah dengan Sistem Agroforestri


EVALUASI LAHAN


Evaluasi Lahan adalah proses pengukuran, pencatatan dan pengumpulan keterangan mengenai suatu areal tanah untuk mengevaluasi kegunaannya.

Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.


1. Pendekatan

Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1) pendekatan dua tahapan (two stage approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach).

1.1. Pendekatan dua tahapan

Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976).
Klasifikasi kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan. Konstribusi dari analisis sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya.

1.2. Pendekatan paralel

Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.


2. Penyiapan Data

Untuk melakukan evaluasi lahan baik dengan menggunakan pendekatan dua tahapan maupun pendekatan paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini untuk menentukan tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa yang diperlukan dan asumsi-asumsinya yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam penilaian. Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung dari tujuannya yang harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi sumber daya lahan.

Urutan kegiatan dalam melaksanakan evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 1.
Pelaksanaan Evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tingkat tinjau skala 1:250.000 atau lebih kecil; semi detil skala 1:25.000 sampai 50.000; dan detil skala 10.000 sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis, jumlah, dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut bervariasi, sehingga penyajian hasil evaluasi lahan ditetapkan sebagai berikut: pada tingkat tinjau dinyatakan dalam ordo, tingkat semi detil dalam kelas/subkelas, dan pada tingkat detil dinyatakan dalam subkelas/subunit. Petunjuk Teknis ini disarankan dipakai terutama untuk tingkat pemetaan semi detil.

Pada prinsipnya penilaian kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh/hidup komoditas pertanian yang bersangkutan, pengelolaan dan konservasi.

Pada proses matching hukum minimum dipakai untuk menentukan faktor pembatas yang akan menentukan kelas dan subkelas kesesuaian lahannya. Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditetapkan dalam keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual) atau keadaan potensial (kesesuaian lahan potensial). Keadaan potensial dicapai setelah dilaksanakan usaha-usaha perbaikan terhadap masing-masing faktor pembatas untuk mencapai keadaan potensial.

EROSI DAN ERODIBILITAS TANAH


Erosi adalah suatu proses hilangnya lapisan atas tanah (soil) yang memiliki unsur hara bagi keperluan pertumbuhan dan kesuburan tanaman dan umumnya disebabkan karena pergerakan air.

Erodibilitas Tanah adalah tingkat kepekaan suatu jenis tanah terhadap erosi. Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas) tanah didefinisikan oleh Hudson (1978) sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi. Secara lebih spesifik, Young et al. dalam veiche (2002) mendefinisikan erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya tanah untuk dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan atau oleh kekuatan aliran permukaan. Sementara Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan bahwa erodibilitas alami tanah merupakan sifat kompleks yang tergantung pada laju infiltrasi tanah dan kapasitas tanah untuk bertahan terhadap penghancuran agregat (detachment) serta pengangkutan oleh hujan dan aliran permukaan.

Di negara-negara tropis seperti Indonesia, kekuatan jatuh air hujan dan kemampuan alran permukaan merupakan penghancur utama agregat tanah. Agregrat tanah yang sudah hancur kemudian diangkut oleh aliran permukaan mengikuti gaya gravitasi sampai kesuatu tempat dimana pengendapan terjadi. Keseluruhan proses tersebut mulai dari penghancuran agregat, pengangkutan partikel-partikel tanah, dan pengendapan partikel tanah disebut sebagai erosi tanah.

Di alam dikenal tiga bentuk erosi, yaitu :
  1. erosi lembar (sheet / interill erosion)
  2. erosi alur (rill erosion)
  3. erosi parit (gully erosion)

Erosi lembar merupakan pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir-butir hujan di permukaan tanah merupakan penyebab utama terjadi erosi ini. Erosi alur terjadi jika air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah,sehingga proses penggerusan banyak terjadi pada tempat tersebut yang kemudian membentuk alur-alur. Alur-alur tersebut akan hilang pada saat dilakukan pengolahan tanah atau penyiangan. Erosi parit terjadi hampir sama dengan erosi alur. Aliran permukaan dengan volume yang lebih besar terkonsentrasi pada satu cekungan sehingga menyebabkan kemampuannya untuk menggerus menjadi sangat besar sehingga mampu membentuk parit yang dalam dan lebar yang tidak dapat dihilangkan hanya dengan pengolahan tanah biasa. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi lembar merupakan bentuk erosi yang menyumbang sedimen paling besar dibandingkan dengan bentuk erosi lainnya (Bradford et al., 1987). Hal ini dimungkinkan karena erosi lembar terjadi pada areal yang relatif luas, sedangkan erosi alur atau parit hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu dimana aliran air terkonsentrasi.



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erodibilitas Tanah

Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni sifat fisik, mekanik, hidrologi, kimia, reologi / litologi, mineralogi dan biologi, termasuk karakteristik profil tanah seperti kedalaman tanah dan sifat-sifat dari lapisan tanah (Veiche, 2002). Poesen (1983) menyatakan bahwa erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun ditentukan pula oleh faktor-faktor erosi lainnya yakni erosivitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Suatu tanah yang memiliki erodibilitas rendah mungkin akan mengalami erosi yang berat jika tanah tersebut terdapat pada lereng yang curam dan panjang, serta curah hujan dengan intensitas yang tinggi. Sebaliknya tanah yang memiliki erodibilitas tinggi, kemungkinan akan memperlihatkan gejala erosi ringan atau bahkan tidak sama sekali bila terdapat pada pada lereng yang landai, dengan penutupan vegetasi baik, dan curah hujan dengan intensitas rendah. Hudson (1978) juga menyatakan bahwa selain fisik tanah, faktor pengelolaan / perlakuan terhadap tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas suatu tanah. Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh dari faktor pengolalaan tanah terhadap sifat-sifat tanah. Seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Rachman et al. (2003), bahwa pengelolaan tanah dan tanaman yang mengakumulasi sisa-sisa tanaman berpengaruh baik terhadap kualitas tanah, yaitu terjadinya perbaikan stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah (shear strength), dan resistensi / daya tahan tanah terhadap daya hancur curah hujan (splash detachment).
Meskipun erodibilitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun untuk membuat konsep erodibilitas tanah menjadi tidak terlalu kompleks, maka beberapa peneliti menggambarkan erodibilitas tanah sebagai pernyataan keseluruhan pengaruh sifat-sifat tanah dan bebas dari faktor penyebab erosi lainnya (Arsyad, 2000).

Pada prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah :
  1. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air.
  2. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan.
Sifat-sifat tanah tersebut mencakup tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah dan tingkat kesuburan tanah (Morgan, 1979 ; Arsyad, 2000). Secara umum tanah dan kandungan debu tinggi, liat rendah dan bahan organik rendah adalah yang paling mudah tererosi (Wischmeier dan Mannering, 1969). Jenis mineral liat, kandungan besi dan aluminium oksida, serta ikatan elektro-kimia di dalam tanah juga merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap erodibilitas tanah (Wischmeier dan Mannering, 1969 ; Liebenow et al., 1990).


Pengukuran Erodibilitas Tanah

Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi dan pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun demikian, veiche (2002) menyatakan bahwa konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah.
Wishmeier dan Smith (1978) telah mengembangkan konsep erodibilitas tanah yang cukup populer, dalam hal ini faktor erodibilitas tanah didefinisikan sebagai besarnya erosi persatuan indeks erosi hujan untuk suatu tanah dalam keadaan standar, yakni terus menerus diberakan (fallow) terletak pada lereng sepanjang 22 m, berlereng 9 % dengan bentuk lereng seragam.

Artikel Terkait :
  1. Evaluasi Lahan
  2. Pengertian Laju Erosi
  3. Debit Aliran Air Sungai
  4. Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu
  5. Definisi dan Pengertian Tanah
  6. Profil Tanah
  7. Manfaat Tanah
  8. Pengertian Tekstur Tanah
  9. Struktur Tanah
  10. Proses Pembentukan Tanah
  11. Klasifikasi Jenis Tanah
  12. Pencemaran Tanah
  13. Unsur Hara Nitrogen (N)
  14. Unsur Hara Fosfor (P)
  15. Unsur Hara Kalium (K)
  16. Bahan Organik Tanah
  17. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  18. Lengas Tanah
  19. Tekstur dan Struktur Tanah
  20. Jenis Tanah
  21. Pemupukan Tanaman
  22. Perbaikan Kesuburan Tanah dengan Sistem Agroforestri


PENGERTIAN DAN DEFINISI LAJU EROSI


Laju Erosi adalah ketebalan pengikisan tanah yang terjadi dalam satuan waktu tertentu.

Teknologi pengukuran laju erosi skala DAS mikro merupakan inovasi teknologi untuk mengkuantifikasi laju erosi, yang lebih akurat dibanding pengukuran pada petak kecil. Teknik ini menggunakan bak penampung sedimen (sediment trap), yang dilengkapi dengan V-notch weir, automatic water level recorder (AWLR), dan pengukur tinggi muka air manual (staff gauge), yang dapat mengukur aliran permukaan. Bak penampung sedimen dibangun pada titik pengeluaran (outlet) di sub-DAS, atau sub-sub DAS dengan dimensi yang bervariasi tergantung luas DAS mikro.

Erosi akan menyebabkan terjadinya pendangkalan waduk, penurunan kapasitas saluran irigasi, dan dapat mengganggu sistem pembangkit tenaga listrik. Erosi yang tinggi, banjir pada musim penghujan tidak hanya menimbulkan dampak negatif pada aspek bio-fisik sumberdaya alam dan lingkungan tetapi juga berdampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat. Erosi dan banjir dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam. Produksi pertanian, perikanan dan penggunaan sumberdaya alam yang berkaitan dengan air akan menurun.

Upaya pencegahan banjir dan sedimentasi dapat dilakukan dengan perbaikan pola penggunaan lahan dan melakukan usaha konservasi tanah dan air. Upaya ini umumnya masih dilakukan parsial terutama karena aktivitas ini masih dihitung sebagai biaya sosial dan bukan sebagai aktivitas ekonomi yang menguntungkan. Untuk itu perlu dikembangkan evaluasi pola penggunaan lahan yang dapat mengurangi erosi, banjir tetapi secara ekonomi menguntungkan. Evaluasi ini harus juga mengukur nilai ekonomi dari manfaat atau kerugian lingkungan yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung.

Artikel Terkait :
  1. Evaluasi Lahan
  2. Erosi dan Erodibilitas Tanah
  3. Pengertian Laju Erosi
  4. Debit Aliran Air Sungai
  5. Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu
  6. Definisi dan Pengertian Tanah
  7. Profil Tanah
  8. Manfaat Tanah
  9. Pengertian Tekstur Tanah
  10. Struktur Tanah
  11. Proses Pembentukan Tanah
  12. Klasifikasi Jenis Tanah
  13. Pencemaran Tanah
  14. Unsur Hara Nitrogen (N)
  15. Unsur Hara Fosfor (P)
  16. Unsur Hara Kalium (K)
  17. Bahan Organik Tanah
  18. Kemasaman Tanah (pH Tanah)
  19. Lengas Tanah
  20. Tekstur dan Struktur Tanah
  21. Jenis Tanah
  22. Pemupukan Tanaman
  23. Perbaikan Kesuburan Tanah dengan Sistem Agroforestri



ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer