CARA MENGAWETKAN BAMBU

Bambu merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai kebutuhan. Bambu yang tumbuh berumpun dalam hutan akan dipanen dan ditebang oleh masyarakat apabila telah mencapai umur tebang sesuai dengan keperluannya.

Bambu siap ditebang setelah mencapai umur 4 (empat) tahun dengan cara tebang pilih. Tebang pilih dimaksudkan untuk  memberikan kesempatan pada bambu yang belum ditebang dalam rumpun tumbuh mencapai masak tebangnya.




Orang merendam batang bambu dalam air mengalir, air tergenang, lumpur atau air laut agar lebih awet, kemudian bambu  dikeringkan. Keawetan bambu cepat berkurang bila jumlah air yang dikandung masih tinggi dan pati yang dikandung cukup besar. Bambu yang diletakkan ditempat terbuka dan langsung berhubungan dengan tanah maka masa pakainya hanya mencapai 1-3 tahun.  Bambu dapat bertahan hingga 7 tahun bila diawetkan. 

Beberapa cara mengawetkan bambu dapat disebutkan seperti berikut :
  1. Merendam bambu dalam air untuk mengurangi kandungan pati.
  2. Membiarkan batang tetap dengan cabang dan daunnya selama  beberapa hari agar pati dimanfaatkan untuk metabolisme  sehingga pati  berkurang.
  3. Mengasapi dan memanaskan bambu untuk mematikan hama, merusak pati dan menghasilkan racun sehingga tidak diserang oleh hama.
  4. Menutupi pori bambu dan mengapuri untuk mencegah hama dan penyakit  masuk dan merusak bambu.
  5. Mengurangi kandungan air bambu dan menyimpan di ruangan kering untuk mencegah pertumbuhan jamur dan serangga perusak.
  6. Mengawetkan dengan mamasukkan bahan kimia yang bersifat racun, sehingga lebih efektif  menangkal serangan hama tetapi lebih mahal,
  7. Bambu dipanen pada musim kemarau daripada musim hujan

Jenis bambu yang rentan terhadap serangan bubuk bambu yaitu bambu kuning (Bambusa vulgaris), bambu loleba (Bambusa atra), bambu tui (Schizostachyum lima) dan bambu terung (Gigantochloa nigracillata). Sedangkan bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu jawa (Schizostachyum brachyla-dumi) dan bambu sero (Gigantochloa apus) relatif tahan terhadap serangan bubuk.  Jenis  bubuk bambu yang banyak ditemukan menyerang bambu adalah Dinederus sp sedangkan yang paling sedikit adalah Lytus sp.

Sumber :
Manuhuwa, E, 2009. Hasil hutan bukan kayu Sebagai bagian dari pembangunan Hutan di Maluku. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.  


Artikel Terkait :

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer