Kekayaan flora hutan Indonesia sangat beranekaragam, dan terdapat berbagai jenis hasil hutan non kayu salah satunya adalah damar. Manfaat damar atau yang biasa juga disebut resin, adalah sebagai bahan baku industri. Kualitas resin damar yang rendah
dimanfaatkan pabrik cat bermutu rendah di Indonesia sedangkan mutu yang
baik diekspor terutama ke Singapura. Dari Singapura, setelah diproses
kemudian diekspor sebagai insens atau bahan dasar industri cat, tinta,
dan vernis di negara-negara maju. Sebagian kecil diekspor ke Indonesia
untuk industri batik dan membuat insens berkualitas rendah. Dewasa
ini, Kalimantan dan terutama Sumatera Selatan merupakan penghasil
utama resin damar yaitu 80% dari total produksi.
Damar adalah resin yang diperoleh dari beberapa jenis pohon dari marga Dipterocarpaceae
diantaranya meranti (Shorea spp). Resin tersebut dipanen dengan
menyadap batang pohon yang masih hidup. Di Maluku terdapat 4 jenis
damar yaitu damar mata kucing, damar pilau, damar batu dan damar daging
dengan potensi rata-rata selama 5 tahun terakhir berkisar antara
20.000 kg s/d 715.000 kg (Anonim 2007). Penyebarannya diwilayah Seram
Bagian Barat. Damar dihasilkan dari tumbuhan yang sakit atau mengalami
kerusakan pada kayu gubalnya (Appanah dan Trumbull, 1998).
Resin damar dikelompokkan menjadi resin cair dan resin padat. Resin
cair mengandung resin dan minyak esensial (oleresin) berwujud cair dan
memiliki aroma yang khas. Resin padat adalah resin berbentuk padat
karena sebagian kecil minyak esensialnya telah menguap. Resin padat
mudah pecah atau patah (Appanah dan Trumbull, 1998). Resin damar
mengandung asam gurjunik (C22H34O4) dan sejumlah naptha yang mudah
menguap dan mengkristal. Sifat fisik yang unik dari minyak damar
adalah pada suhu 30oC berubah menjadi gelatin.
Dalam tradisi masyarakat, resin damar dijadikan bahan bakar lampu,
penambal perahu dan kerajinan tangan. Resin ini digunakan sebagai
campuran resin aromatik, berupa styrax benzoin yang dimanfaatkan
sebagai bahan baku kemenyan dan disinfektan fumigan. Di luar Maluku
dalam skala industri, resin damar dimanfaatkan pula sebagai bahan baku
semir, kertas karbon, pita mesin ketik, plastik, vernis dan bantalan
objek mikroskopik. Damar dapat juga digunakan sebagai bahan pelapis
dinding, perekat kayu lapis dan asbes.
Resin damar dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk diare dan
disentri, salep untuk penyakit kulit dan penyembuhan gangguan
pendengaran, kerusakan gigi, sakit mata, bisul dan luka (Appanah dan
Trumbull, 1998). Secara teknis, dapat digunakan sebagai bahan cat,
celupan batik, lilin, tinta cetak, linoleum dan kosmetik. Triterpenes
yang diisolasi dari damar telah digunakan sebagai media antivirus pada
budidaya in vitro untuk penyakit Herpes simplex virus tipe I dan II
(Poehland et al, 1996).
Ada Masyarakat yang belum mengetahui pemanfaatan resin damar sebagai
bahan baku industri, selain hanya secara tradisi digunakan untuk
penerangan sehari hari. Resin damar dijual masih dalam bentuk bahan
mentah dan belum diolah lebih lanjut. Teknik memanen dan mengolahnya
masih secara konvensional, sehingga harga jualnya tidak menguntungkan
selain belum ada pasar untuk menampungnya.
Sosialisasi kepada pemilik lahan damar tentang resin dan teknik
memanen, seleksi dan gradingnya sangat perlu dilakukan. Pelatihan dan
magang ke Sumatera Selatan sebagai kawasan yang berhasil dalam
menghasilkan resin damar dapat memotivasi para petani untuk mengelola
damarnya lebih baik dan berkualitas. Sebagai salah hasil hutan bukan
kayu, maka sumber daya hutan tersebut harus dilestarikan melalui
penanaman kembali pohon damar selain cara memanen yang harus mencegah
kematian pohon yang bersangkutan.
Sumber :
Manuhuwa, E, 2009. Hasil hutan bukan kayu Sebagai bagian dari
pembangunan Hutan di Maluku. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Dalam Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.
Ambon.
POTENSI, PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH GAHARU
Gaharu termasuk hasil hutan non kayu yang merupakan potensi alami Hutan Indonesia. Penyebaran pohon yang dapat menghasilkan gaharu di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara. Di Maluku, gaharu lebih banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Barat Daya.
Gaharu adalah resin yang diperoleh dari hasil infeksi mikroba pada pohon dari famili Thymeleacea, Leguminoceae dan Euforbiacea. Di Indonesia terdapat 16 jenis pohon yang dapat menghasilkan gaharu diantaranya 6 jenis tumbuh di wilayah Maluku (Sumarna, 2002 dalam Manuhuwa, 2009). Diantara 6 jenis tersebut, terdapat 3 (tiga) jenis yang berkualitas baik yaitu Aquilaria malaccensis, Aquilaria filarial dan Aetoxylon sympethallum.
Jenis yang dikategorikan berkualitas tersebut menghasilkan resin dengan aroma yang khas. Gaharu dimanfaatkan untuk industri wewangian dan obat-obatan.
Jenis pohon penghasil gaharu dapat tumbuh pada ketinggian 0-2400 m dpl, beriklim panas dengan suhu 28°-34°C, kelembaban 60-80% dan curah hujan 1000-2000 mm/tahun, struktur dan tekstur tanah yang subur, sedang maupun ekstrim. Tanaman penghasil gaharu dapat tumbuh pada hutan rawa, hutan gambut, hutan dataran rendah dan hutan pegunungan dengan tesktur tanah berpasir bahkan pada celah-celah bebatuan.
Panen Gaharu
Pohon yang akan dipungut gaharunya ditandai oleh beberapa hal berikut ini,
- Daun pada tajuk pohon menguning secara bertahap.
- Daun yang menguning tersebut mulai rontok
- Ranting kehilangan daun dan mulai mengering
- Pertumbuhan pohon terhenti dan kulit batang mulai mengering dan kehilangan air
- Ranting dan cabang mulai merangas dan mudah patah.
- Kulit batang lebih mudah terkelupas dan pecah
- Batang, cabang dan ranting berwarna putih serta berserat coklat kehitaman dengan teras kayu berwarna merah kecoklatan atau hitam bila kulitnya dikupas.
- Bila dibakar, kulit kupasan mengeluarkan aroma harum yang khas.
Artikel Terkait :
- KLASIFIKASI KUALITAS GAHARU BERDASARKAN JENIS GUBAL
- PROSPEK BUDIDAYA GAHARU
- PERBANDINGAN HARGA GAHARU
- CARA TEPAT BUDIDAYA GAHARU
- MANFAAT GAHARU
- JENIS GAHARU DI KALIMANTAN DAN INDONESIA
- PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN
- PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN BUKAN KAYU
- DEFINISI DAN PENGERTIAN HASIL HUTAN NON KAYU
- HASIL HUTAN NON KAYU : ROTAN
- MENGENAL BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN
- LEBAH MADU HASIL HUTAN IKUTAN DAN TERNAK HARAPAN
JUAL BIBIT GAHARU
PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN BUKAN KAYU
Pengertian dan Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu atau Hasil Hutan Non Kayu Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), adalah hasil-hasil biologi selain kayu yang diperoleh dari hutan. Terdapat banyak istilah yang dipakai seperti hasil hutan ikutan, hasil hutan sekunder, hasil hutan special, dll. Beberapa contoh yang dimaksudkan dengan hasil hutan bukan kayu adalah hasil-hasil yang dapat dimakan (seperti kacang-kacangan, jamur, buah, herba, bumbu dan rempah-rempah, tanaman beraroma, dan satwa), serat (yang digunakan untuk konstruksi, mebel, pakaian dan perkakas), damar, resin, serta hasil tanaman dan binatang yang digunakan untuk obat, kosmetik dan kepentingan budaya.
Hasil hutan bukan kayu telah lama diketahui menjadi komponen penting dari kehidupan masyarakat sekitar hutan. Bagi sebagian besar penduduk, hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu sumber daya penting dibandingkan kayu. Beberapa juta rumahtangga didunia ini, menggantungkan hidupnya terutama pada hasil hutan bukan kayu sebagai kebutuhan sampingan (subsisten) dan atau sebagai sumber pendapatan utama. FAO menaksir 80% penduduk Negara berkembang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu untuk kesehatan dan sumber nutrisi dan satu satunya sumber bagi perempuan rumah tangga miskin untuk dijadikan uang dan manfaat langsung dari hasil hutan bukan kayu.
- PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN
- PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN BUKAN KAYU
- DEFINISI DAN PENGERTIAN HASIL HUTAN NON KAYU
- HASIL HUTAN NON KAYU : ROTAN
- POTENSI, PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH GAHARU
- MENGENAL BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN
- CARA MENGAWETKAN BAMBU
- LEBAH MADU HASIL HUTAN IKUTAN DAN TERNAK HARAPAN
- MANFAAT DAN KUALITAS MINYAK KAYU PUTIH
- MANFAAT DAMAR RESIN DARI DIPTEROCARPACEAE
HUTAN MANGROVE sering disebut Hutan Bakau, Hutan Payau atau Hutan Pasang Surut
Gambar Hutan Mangrove dengan Bentuk Perakaran yang Khusus
Hutan Mangrove sering disebut juga hutan bakau, hutan payau atau hutan pasang surut, merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Pengertian dan definisi ini sering dipakai untuk menggambarkan hutan mangrove secara keseluruhan dengan jenis-jenis yang terdapat didalamnya.
Hutan mangrove terdapat di daerah tropis dan sub tropis di sepanjang pantai yang terlindung dan di muara sungai. Sebagai daerah peralihan antara darat dan laut, ekosistem mangrove mempunyai gradien sifat lingkungan yang berat; sehingga hanya jenis-jenis tertentu yang memiliki toleransi terhadap kondisi lingkungan seperti itulah yang dapat bertahan hidup dan berkembang.
Vegetasi hutan mangrove umumnya terdiri dari jenis-jenis yang selalu hijau (evergreen plant) dari beberapa famili. Untuk adaptasi terhadap kondisi yang ekstrim, maka jenis-jenis tersebut mempunyai bentuk-bentuk perakaran yang khusus. Sonneratia spp, Avicennia spp dan Xylocarpus spp mempunyai akar horisontal; Bruguiera spp dan Lumnitzera spp berakar tunjang, sedangkan Ceriops spp tidak mempunyai bentuk perakaran yang khusus tetapi akarnya terbuka dan bagian bawah batangnya mempunyai lenti sel yang besar.
Hutan mangrove di Indonesia tersebar di daerah-daerah pantai dan muara dari banyak pulau yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Jawa, Nusa Tenggara dan yang terluas adalah di Papua.
Artikel Terkait :
- Definisi Mangrove
- Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove
- Zonasi dan Syarat Pertumbuhan Mangrove
- Zonasi Hutan Mangrove Menurut Komposisi Jenis
- Jenis Perakaran Akar Nafas (Pneumatophore) Pada Hutan Mangrove.
- Suksesi Hutan Mangrove
- Manfaat Hutan Mangrove Teluk Kotania Kabupaten Seram Barat Maluku
- Jenis - Jenis Tumbuhan Mangrove
- Penyebaran Hutan Mangrove
- Struktur Hutan Mangrove
- Komposisi Jenis dan Zonasi Hutan Mangrove
- Zonasi Hutan Mangrove Andaman
- Sistim Silvikultur Hutan Mangrove
- Gambar-Gambar Hutan Mangrove
- Hutan Mangrove dan Manfaatnya
- Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove
- Perbanyakan Mangrove dengan Sistem Cangkok dalam Upaya Regenerasi Mangrove
- Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumberhayati Perikanan Pantai
- Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat
- Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove
- Pembuatan Tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove
- Vegetasi-vegetasi di Tepi Pantai.
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA
Jumlah Penduduk Indonesia pada tahun 2012 sekitar 244.000.000 jiwa,
warga bermata pencaharian sebagai petani saat ini masih dominan, yakni
39 % terdiri dari berbagai kelompok etnis sehingga muncul aneka-ragam
pilihan sistem usahatani.
Semua unsur ini menjadi pendorong proses penerapan bermacam-macam sistem agroforestri. Sekarang ini sistem agroforestri sepertinya hanya diterapkan oleh petani-petani kecil. Usaha-usaha agroforestri kebanyakan bisa ditemukan di sekitar pemukiman penduduk. Sekeliling rumah merupakan tempat yang cocok untuk melindungi dan membudidayakan tumbuhan hutan, karena memudahkan pengawasannya.
Kebun-kebun pekarangan (homegarden) memadukan berbagai sumberdaya tanaman asal hutan dengan jenis-jenis tanaman eksotis yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, seperti buah-buahan, sayuran dan tanaman untuk penyedia bumbu dapur (Bhs. Jawa : empon-empon), tanaman obat, serta jenis tanaman yang diyakini memiliki kegunaan gaib. Sebagai contoh, menurut kepercayaan di Jawa ranting pohon kelor (Moringa pterygosperma Gaerttn.) dapat digunakan untuk menghilangkan kekebalan seorang yang ber’ilmu’, ranting bambu kuning dapat digunakan untuk mengusir ular, dan sebagainya.
Seperti telah disebutkan di atas, kebun pekarangan di Jawa memadukan tanaman bermanfaat asal hutan dengan tanaman khas pertanian. Semakin banyak campur tangan manusia membuat kebun itu menjadi semakin artifisial (sistem buatan yang tidak alami).
Kekhasan vegetasi hutan seringkali masih bisa ditemukan, misalnya dapat dijumpai berbagai jenis tumbuhan bawah seperti berbagai macam pakis (fern), atau epiphyte (misalnya anggrek liar). Kekayaan jenisnya bervariasi, beberapa pekarangan yang tidak terlalu banyak campur tangan pemiliknya memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi, yang dapat mencapai lebih dari 50 jenis tanaman pada lahan seluas 400 m2 (Karyono, 1979 ; Michon, 1985). Bila diperhatikan dari struktur kanopi tajuknya, kebun-kebun itu memiliki lapisan/strata tajuk bertingkat (multi-strata) mirip dengan yang dijumpai di hutan. Kemiripan dengan kanopi hutan ini menyebabkan estimasi luasan hutan berdasarkan hasil foto udara menjadi kurang dapat dipercaya.
Di Maluku, khususnya di desa Uwen Seram Bagian Barat, Masyarakat memanfaatkan lahan dengan menanam dan mengkombinasikan berbagai jenis tanaman, baik berbentuk sistem agroforestri sederhana atau pun sistem agroforestri kompleks sehingga lahan mereka mirip dengan ekosistem hutan.
Kebun yang dekat dengan pemukiman lebih banyak menggunakan sistem tumpang sari : jenis tanaman perkebunan dan tanaman pertanian, misalnya ”kelapa – coklat” atau ”kelapa – nenas”, selain itu terdapat kombinasi lebih dari dua jenis tanaman misalnya ”kelapa – nenas – pisang” (Irwanto, 2008).
Sesuai dengan jenis kebunnya, tingkat lapisan tajuk vegetasi dapat dibedakan menjadi 3 sampai 5 tingkat, mulai dari lapisan semak (sayuran, cabai, umbi-umbian), perdu (pisang, pepaya, tanaman hias) hingga lapisan pohon tinggi (sampai lebih 35 m, misalnya damar, durian, duku). Proses reproduksi sistem yang menyerupai hutan ini lebih banyak mengikuti kaidah alam daripada teknik-teknik budidaya perkebunan. Sebagai contoh, kasus terbentuknya damar agroforestri di Krui.
Semua unsur ini menjadi pendorong proses penerapan bermacam-macam sistem agroforestri. Sekarang ini sistem agroforestri sepertinya hanya diterapkan oleh petani-petani kecil. Usaha-usaha agroforestri kebanyakan bisa ditemukan di sekitar pemukiman penduduk. Sekeliling rumah merupakan tempat yang cocok untuk melindungi dan membudidayakan tumbuhan hutan, karena memudahkan pengawasannya.
Kebun-kebun pekarangan (homegarden) memadukan berbagai sumberdaya tanaman asal hutan dengan jenis-jenis tanaman eksotis yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, seperti buah-buahan, sayuran dan tanaman untuk penyedia bumbu dapur (Bhs. Jawa : empon-empon), tanaman obat, serta jenis tanaman yang diyakini memiliki kegunaan gaib. Sebagai contoh, menurut kepercayaan di Jawa ranting pohon kelor (Moringa pterygosperma Gaerttn.) dapat digunakan untuk menghilangkan kekebalan seorang yang ber’ilmu’, ranting bambu kuning dapat digunakan untuk mengusir ular, dan sebagainya.
Seperti telah disebutkan di atas, kebun pekarangan di Jawa memadukan tanaman bermanfaat asal hutan dengan tanaman khas pertanian. Semakin banyak campur tangan manusia membuat kebun itu menjadi semakin artifisial (sistem buatan yang tidak alami).
Kekhasan vegetasi hutan seringkali masih bisa ditemukan, misalnya dapat dijumpai berbagai jenis tumbuhan bawah seperti berbagai macam pakis (fern), atau epiphyte (misalnya anggrek liar). Kekayaan jenisnya bervariasi, beberapa pekarangan yang tidak terlalu banyak campur tangan pemiliknya memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi, yang dapat mencapai lebih dari 50 jenis tanaman pada lahan seluas 400 m2 (Karyono, 1979 ; Michon, 1985). Bila diperhatikan dari struktur kanopi tajuknya, kebun-kebun itu memiliki lapisan/strata tajuk bertingkat (multi-strata) mirip dengan yang dijumpai di hutan. Kemiripan dengan kanopi hutan ini menyebabkan estimasi luasan hutan berdasarkan hasil foto udara menjadi kurang dapat dipercaya.
Di Maluku, khususnya di desa Uwen Seram Bagian Barat, Masyarakat memanfaatkan lahan dengan menanam dan mengkombinasikan berbagai jenis tanaman, baik berbentuk sistem agroforestri sederhana atau pun sistem agroforestri kompleks sehingga lahan mereka mirip dengan ekosistem hutan.
Kebun yang dekat dengan pemukiman lebih banyak menggunakan sistem tumpang sari : jenis tanaman perkebunan dan tanaman pertanian, misalnya ”kelapa – coklat” atau ”kelapa – nenas”, selain itu terdapat kombinasi lebih dari dua jenis tanaman misalnya ”kelapa – nenas – pisang” (Irwanto, 2008).
Sesuai dengan jenis kebunnya, tingkat lapisan tajuk vegetasi dapat dibedakan menjadi 3 sampai 5 tingkat, mulai dari lapisan semak (sayuran, cabai, umbi-umbian), perdu (pisang, pepaya, tanaman hias) hingga lapisan pohon tinggi (sampai lebih 35 m, misalnya damar, durian, duku). Proses reproduksi sistem yang menyerupai hutan ini lebih banyak mengikuti kaidah alam daripada teknik-teknik budidaya perkebunan. Sebagai contoh, kasus terbentuknya damar agroforestri di Krui.
Artikel Terkait :
- PENGERTIAN DAN DEFINISI AGROFORESTRI
- SILVOFISHERY ATAU WANAMINA
- SISTEM AGROFORESTRI
- SISTEM SISTEM AGROFORESTRI TRADISIONAL
- RUANG LINGKUP AGROFORESTRI
- PEMILIHAN JENIS POHON AGROFORESTRI
- PERGILIRAN TANAMAN DALAM SISTEM AGROFORESTRI
- PERBAIKAN KESUBURAN TANAH OLEH AGROFORESTRI
- BUAH-BUAHAN HASIL DUSUN (AGROFORESTRI TRADISIONAL)
PENGERTIAN DEFINISI SISTEM AGROFORESTRI KOMPLEKS: Hutan dan Kebun
Pengertian dan definisi Sistem Agroforestri kompleks adalah suatu sistem
pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis
pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada
sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem
menyerupai hutan.
Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai Agroforest (Icraf, 1996).
Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistim agroforestri kompleks ini dibedakan menjadi dua, yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden) yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan ‘agroforest’, yang biasanya disebut ‘hutan’ yang letaknya jauh dari tempat tinggal (De Foresta, 2000). Contohnya ‘hutan damar’ di daerah Krui, Lampung Barat atau ‘hutan karet’ di Jambi.
Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai Agroforest (Icraf, 1996).
Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistim agroforestri kompleks ini dibedakan menjadi dua, yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden) yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan ‘agroforest’, yang biasanya disebut ‘hutan’ yang letaknya jauh dari tempat tinggal (De Foresta, 2000). Contohnya ‘hutan damar’ di daerah Krui, Lampung Barat atau ‘hutan karet’ di Jambi.
Gambar. Perkembangan sistem kebun talun (de Foresta et al, 2000).
Artikel Terkait :
- PENGERTIAN DAN DEFINISI AGROFORESTRI
- SILVOFISHERY ATAU WANAMINA
- SISTEM AGROFORESTRI
- SISTEM SISTEM AGROFORESTRI TRADISIONAL
- PENGERTIAN SISTEM AGROFORESTRI SEDERHANA
- RUANG LINGKUP AGROFORESTRI
- PEMILIHAN JENIS POHON AGROFORESTRI
- PERGILIRAN TANAMAN DALAM SISTEM AGROFORESTRI
- PERBAIKAN KESUBURAN TANAH OLEH AGROFORESTRI
- BUAH-BUAHAN HASIL DUSUN (AGROFORESTRI TRADISIONAL)
DEFINISI DAN PENGERTIAN HASIL HUTAN NON KAYU
Definisi dan pengertian dari hasil hutan non kayu adalah semua jenis hasil hutan, kecuali kayu. Pengertian kayu adalah termasuk kayu bakar.
Hasil hutan non kayu secara umum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
- Golongan nabati (segala bentuk hasil diperoleh dari tumbuh-tumbuhan).
- Golongan hewani (berupa hewan, bagian dari hewan dan yang dihasilkan dari hewan)
- bahan karet atau lateks
- gula, kanji dan sebagainya,
- minyak dan lemak,
- resin (harsa atau arpus)
- bahan penyamak
- alkoloid
- dan lain-lain.
Artikel Terkait :
- PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN
- PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN BUKAN KAYU
- DEFINISI DAN PENGERTIAN HASIL HUTAN NON KAYU
- HASIL HUTAN NON KAYU : ROTAN
- POTENSI, PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH GAHARU
- MENGENAL BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN
- CARA MENGAWETKAN BAMBU
- LEBAH MADU HASIL HUTAN IKUTAN DAN TERNAK HARAPAN
- MANFAAT DAN KUALITAS MINYAK KAYU PUTIH
- MANFAAT DAMAR RESIN DARI DIPTEROCARPACEAE
PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN
Pengertian dan definisi Hasil Hutan adalah semua benda hayati yang berasal dari hutan disebut hasil hutan. Benda hanyati itu dapat berupa nabati atau hewani. Pengertian ini merupakan pengertian secara luas, sedangkan pengertiannya secara sempit adalah yang berupa nabati saja. Hasil hutan nabati dapat dibagi lagi menjadi kayu dan bukan kayu (non kayu).
Selain itu hutan juga menghasilkan produk-produk lain seperti jasa lingkungan. Hutan dikenal sebagai penghasil oksigen yang memberi kehidupan bagi mahluk hidup di bumi, sehingga sering disebut paru-paru dunia. Hasil yang tidak langsung dari hutan yang memberi manfaat seperti
- Pengatur sistem tata air (debit air, erosi, banjir, kekeringan),
- Mengontrol pola iklim (suhu, kelembaban, penguapan/evapotranspirasi)
- Mengontrol pemanasan bumi (Global Warming)
- Ekowisata (rekreasi, berburu, camping dll)
- Laboratorium plasma nutfah (taman nasional, kebun raya dll)
- Pusat pendidikan dan penelitian
- Sumber bahan pendukung industri-industri kimia (pewarna, terpen, kosmetik, obat-obatan, tekstil dll).
- Menghasilkan devisa lewat program CDM dan REDD.
Artikel Terkait :
- PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN
- PENGERTIAN DAN DEFINISI HASIL HUTAN BUKAN KAYU
- DEFINISI DAN PENGERTIAN HASIL HUTAN NON KAYU
- HASIL HUTAN NON KAYU : ROTAN
- POTENSI, PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH GAHARU
- MENGENAL BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN
- CARA MENGAWETKAN BAMBU
- LEBAH MADU HASIL HUTAN IKUTAN DAN TERNAK HARAPAN
- MANFAAT DAN KUALITAS MINYAK KAYU PUTIH
- MANFAAT DAMAR RESIN DARI DIPTEROCARPACEAE
SIFAT-SIFAT AKAR TUMBUHAN
Akar merupakan bagian tumbuhan yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Selaku organ dari bagian mahluk hidup, akar tumbuhan mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat menunjukan karakteristiknya masing-masing. Beberapa sifat-sifat dari akar dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya
- Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
- Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah
- Bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah
AKAR LINGKAR (Root Wrenching)
Akar Lingkar atau Root Wrenching merupakan perkembangan akar yang tidak dapat masuk jauh ke dalam tanah, tetapi hanya melingkar di dekat permukaan. Perkembangaan akar banya ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah. Sebagai akibat dari ketersediaan hara yang kurang terhadap perkembangan akar, maka perkembangan akar hanya terjadi pada lapisan tanah paling atas yang subur. Hal ini untuk mendorong perkembangan sistem perakaran berada di dekat permukaan tanah.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Paling Populer
-
Secara umum, PERSEMAIAN digolongkan menjadi 2 jenis/tipe yaitu persemaian sementara dan persemaian tetap. Persemaian sementara (Flyng n...
-
Definisi dan Pengertian dari Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah hak untuk mengusahakan hutan di dalam suatu kawasan hutan produksi yang mel...
-
Definisi dan Pengertian dari Porositas Tanah adalah ruang volume seluruh pori-pori makro dan mikro dalam tanah yang dinyatakan dalam perse...
-
Pengertian dan Definisi dari Hutan Rawa adalah hutan yang tumbuh dan berkembang pada tempat yang selalu tergenang air tawar atau secara musi...
-
Struktur Morfologi dan Anatomi Akar tumbuhan tampak dari luar seperti : tudung akar, batang akar, cabang akar (pada dikotil), dan bulu ak...
-
Pengertian dan Definisi dari Hutan Konversi adalah hutan yang ditetapkan untuk berbagai tujuan dan kepentingan pembangunan di luar bidang ke...
-
Pengertian dan definisi dari Ekosistem Air adalah ekosistem yang faktor lingkungan eksternalnya didominasi oleh air sebagai habitat dari...
-
Definisi dan Pengertian Perambah Hutan adalah orang atau kelompok masyarakat yang memasuki hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya denga...
-
Definisi Komputer merupakan kata dari bahasa Yunani – COMPUTARE – . Computare artinya memperhitungkan atau menggabungkan bersama-sama. K...
-
Pengertian dari Hutan Alam adalah hutan yang ditumbuhi pohon-pohon secara alami dan sudah ada sejak dulu kala. Hutan alam yang dapat ber...