Fase 1. NUDASI : proses awal terjadinya pertumbuhan pada lahan terbuka/kosong.
Fase 2. MIGRASI : proses hadirnya biji-biji tumbuhan, spora dan lain-lainnya.
Fase 3. ECESIS : proses kemantapan pertumbuhan biji-biji tersebut.
Fase 4. REAKSI : proses persaingan atau kompetisi antara jenis tumbuhan yang telah ada/hidup, dan pengaruhnya terhadap habitat setempat.
Fase 5. STABILISASI: proses manakala populasi jenis tumbuhan mencapai titik akhir kondisi yang seimbang (equilibrium), di dalam keseimbangan dengan kondisi habitat lokal maupun regional.
Suksesi lebih lanjut tersusun atas suatu rangkaian rute perjalanan terbentuknya komunitas vegetasi transisional menuju komunitas dalam kesetimbangan. Clements memberi istilah untuk tingkat komunitas vegetasi transisi dengan nama SERE/SERAL, dan kondisi akhir yang seimbang disebut sebagai Vegetasi Klimaks. Untuk komunitas tumbuhan yang berbeda akan berkembang pada tipe habitat yang berbeda.
Adapun karakteristik umum peristiwa suksesi ini, Park (1980) menjelaskan sebagai berikut:
1). Keanekaragaman ekologi (Ecological Diversity).
Keanekaragaman jenis/species umumnya meningkat selama suksesi karena meningkatnya sejumlah relung dalam habitat yang tersedia bagi tingkat perkembangan seral berikutnya. Regier dan Cowell (1972, dikutip oleh Park, 1980) menyatakan bahwa awal suksesi didominasi oleh sedikit jenis organisme yang memiliki kesempatan yang tinggi untuk tumbuh tanpa kompetisi yang efektif dengan sebagian besar jenis hidup lebih lama. Menurut Loucks (1970, dikutip oleh Park, 1980), puncak keanekaragaman jenis penyusun komunitas hutan terjadi setelah 100 sampai 200 tahun setelah awal suksesi sekunder, dan suatu keanekaragaman yang menurun terjadi kemudian dalam proses suksesi. Kemungkinan akibat kebakaran atau juga pengelolaan oleh manusia. Oleh karena itu, Park (1980) menyimpulkan bahwa jelasnya secara umum peningkatan keanekaragaman ekologis melalui suksesi ekologi harus menjadi elemen kunci dalam semua
strategi pengelolaan hutan.
2). Struktur Ekosistem dan Produktivitas.
Dengan adanya proses suksesi dalam suatu ekosistem maka biomas akan cenderung meningkat selaras dengan perubahan komposisi jenis pioneer yang digantikan oleh bentuk vegetasi yang lebih besar, dan meningkatnya jumlah maupun keanekaragaman habitat. Produktivitas juga akan meningkat, minimal selama awal suksesi.
3). Perubahan Karakteristik Tanah.
Seperti dinyatakan oleh Clements bahwa suksesi berlangsung secara progresif (semakin maju) sepanjang waktu, maka perubahan komunitas vegetasi juga akan memodifikasi (menyebabkan perubahan) pada habitat dan lingkungan local. Pada ekosistem daratan, misalnya hutan Jati yang dibiarkan menjadi hutan Jati alam seperti di RPH Darupono, KPH Kendal, karakteristik tanahnya berbeda dengan yang ada di bawah tegakan Jati yang dikelola secara intensif. Tampak a.l. pada ketebalan humus, kelembaban tanah dan iklim mikro di bawah tegakan hutan Jati yang tercampur dengan berbagai jenis kayu lain secara bertingkat-tingkat.
4). Stabilitas Ekosistem.
Selaras dengan meningkatnya formasi organisme yang ada akibat proses suksesi, kemudian tumbuh berkembang dan mati, telah memberikan pelajaran berharga tentang terciptanya stabilitas ekosistem. Ada beberapa pendapat yang masih diperdebatkan, yaitu berkisar antara ‘stabilitas ekosistem’ atau ‘stabilitas yang dinamis’. Kedua pendapat ini beralasan untuk yang pertama bahwa secara sederhana dengan adanya suksesi secara keseluruhan telah meniadakan perubahan ekologis dalam suatu system, atau hanya sedikit terjadi peningkatan melalui proses suksesi. Adapun untuk pendapat yang kedua bahwa kecepatan komunitas giat kembali setelah terjadinya beberapa gangguan secara temporal umumnya menurun selama proses suksesi.
5). Tingkatan waktu (Time Scales).
Perhatian juga difokuskan pada tingkatan waktu yang terkait dengan proses suksesi, dan kecepatan perubahan yang terjadi pada tingkat sere. Hal ini memberikan diagnosis yang bernilai terhadap indikator stabilitas ekosistem yang potensial, kerentanan terhadap penyebab perubahan, dan tingkatan waktu yang dibutuhkan (dalam strategi pengelolaan/manajemen) untuk memperbaiki diri secara alami bagi ekosistem yang rusak. Odum (1962, dikutip oleh Park, 1980) menyimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat klimaks adalah berkaitan dengan struktur komunitas. Dalam ekosistem hutan, suksesi jauh lebih lama karena biomas yang besar terakumulasi sepanjang waktu, dan komunitas terus berubah dalam komposisi jenis dan mengatur lingkungan fisiknya.
Tulisan-Tulisan Berkaitan :
- Definisi Suksesi
- Tahap-Tahap Suksesi
- Tipe-Tipe Suksesi
- Definisi Suksesi Primer
- Definisi Suksesi Sekunder
- Suksesi Tumbuhan | Suksesi Hutan
- Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
- Suksesi dalam Komunitas Hewan
- Perkembangan Suksesional Ekosistem
- Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
- Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
- Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
- Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
- Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder
- Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
- Definisi Habitat
- Definisi Homoestatis
- Definisi Ekotipe
- Pengertian Ekosistem
- Pengertian Lingkungan
- Pencemaran Lingkungan
- Ekologi
- Ekologi Hutan
- Parasit
- Predator
- Pemangsaan
- Heterogenitas Ruang
- Persaingan
- Definisi dan Pengertian Hutan
- Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
- Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
- Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
- Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
- Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
- Silvikultur Hutan Alam Tropika
- Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
- Tipe-tipe Hutan Tropika
- Struktur Hutan Hujan Tropika
- Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
- Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
- Pengelolaan Hutan Tanaman
- Penentuan Kerapatan Tegakan
- Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
- Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
- Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
- Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
- Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
- Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara
No comments:
Post a Comment