Pengertian Alang-alang (Imperata cylindrica)

Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome) yang menyebar luas di bawah permukaan tanah. Alang-alang dapat berkembang biak melalui biji dan akar rimpang, namun pertumbuhannya terhambat bila ternaungi. Oleh karena itu salah satu mengatasinya adalah dengan jalan menanam tanaman lain yang tumbuh lebih cepat dan dapat menaungi.

Hasil percobaan lapang dan survey pada lahan petani di daerah Lampung Utara menunjukkan bahwa untuk membasmi alang-alang secara biologi diperlukan penaungan yang dapat mengurangi sinar matahari yang masuk minimal 80% dari jumlah total sinar pada tempat-tempat terbuka, dan waktu yang diperlukan minimal 2 bulan (Purnomosidhi dkk, 2000).

Di seluruh kawasan Asia Tenggara, hutan merupakan vegetasi klimaks yang asli dan alami, tetapi alang-alang pada saat ini sudah menyebar di mana-mana. Ketika hutan dirusak karena adanya penebangan kayu, perladangan berpindah, atau kebakaran, seringkali alang-alang menggantikannya. Biji alang-alang mudah tersebar pada wilayah yang sangat luas karena ditiup angin, dan mampu tumbuh pada tempat yang basah maupun kering, pada tanah yang subur atau tandus sekalipun. Ketika sudah berkembang, maka alang-alang merupakan bahan bakar yang sangat mudah terbakar. Hanya dalam waktu tiga hari tanpa hujan sudah mampu menyebabkan terbakarnya alang-alang dan hutan di sekitarnya. Kebakaran ini mempercepat pembungaan dan pembentukan tunas akar rimpang. Pada saat yang sama, api merusak bahkan mematikan vegetasi hutan.

Apabila sering terjadi kebakaran, maka secara bertahap alang-alang menjadi lebih dominan menutupi lahan. Seringkali yang terjadi adalah monokultur alang-alang, kecuali apabila ada pohon-pohon dan semak yang tahan api yang masih bertahan hidup tersebar diantara alang-alang, atau terjadi campuran antara alang-alang dan rerumputan yang tahan api. Inilah yang dinamakan vegetasi klimaks api (fire climax).

Lahan alang-alang juga memiliki ketahanan tinggi, tanaman lain mengalami kesulitan ketika harus bersaing dengannya dalam memperoleh air, unsur hara dan cahaya. Beberapa jenis tanaman terganggu pertumbuhannya karena adanya zat beracun (allelopati) yang dikeluarkan oleh akar dan rimpang alang-alang.

Bila lahan alang-alang tidak terbakar, lama-kelamaan secara berangsur akan kembali menjadi hutan (suksesi hutan). Lambat laun, tunas-tunas pohon dan semak pioner tumbuh dari biji, dan beberapa akan berkembang menaungi alang-alang serta mampu mendapatkan cahaya dan juga air.

Karakteristik utama dari lahan alang-alang adalah seringnya terjadi kebakaran. Selain itu, alang-alang bisa ditemukan pada berbagai keadaan lingkungan. Seringkali generalisasi lahan alang-alang tidak tepat, sehingga para penyuluh harus memperoleh informasi yang benar untuk setiap lokasi. Namun demikian, ada beberapa ciri lahan alang-alang yang umum dijumpai, penyuluh juga harus memahaminya.
Alang-alang cenderung lebih mudah berkembang dan bertahan pada lahan berbukit dibandingkan lahan datar, karena api kebakaran pada lahan miring lebih panas dan lebih mudah menjalar.

Lahan alang-alang di lahan miring lebih mudah tererosi karena adanya kebakaran secara periodik menyebabkan permukaan tanah menjadi terbuka terhadap pukulan air hujan. Di pihak lain, alang-alang menutupi tanah hampir sepanjang tahun dan akarakarnya mengikat tanah walaupun sesudah terjadi kebakaran. Alang-alang sebagai penutup tanah masih lebih baik daripada tanpa penutup sama-sekali, dan mungkin bias melindungi tanah lebih baik dibanding sistem pertanian dengan melibatkan pengolahan pembongkaran tanah.

No comments:

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer