EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL


Evapotranspirasi Potensial terjadi apabila :

  1. Evapotranspirasi pada suatu daerah sempit di tengah-tengah daerah yang luas, tidak terpisah, seluruh permukaan tertutup vegetasi yang seragam.
  2. Dalam kondisi kelembaban tanah tidak terbatas. Dari batasan di atas ada dua persyaratan apabila kedua persyaratan tersebut dikombinasikan maka batasan akan memberikan gambaran kehilangan air (evapotranspirasi) dari suatu plot di tengah-tengah hutan rimba belantara yang basah dibawah pengaruh meteorologis, energi radiasi, kecepatan angin, suhu, kelembaban udara dan variabel iklim lainnya. Kenyataan konsep evapotranspirasi potensial bervariasi karena konsep tersebut abstrak. Ada versi lain yang beranggapan bahwa evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang terjadi dalam kondisi kelembaban permukaan tidak terbatas (basah) berlangsung pada cuaca setempat, dan kondisi permukaan setempat. Versi ini tidak memperhatikan persyaratan pertama yaitu luas daerah. Harga evapotranspirasi potensial tidak melebihi harga evapotranspirasi permukaan air terbuka.

ARTIKEL TERKAIT :

TRANSLOKASI

http://plantcellbiology.masters.grkraj.org/html/Plant_Cellular_Physiology6-Translocation_Of_Organic_Solutes_files/image023.jpg

Translokasi meliputi gerakan berbagai materi dalam sistem tumbuhan termasuk gas-gas, air, mineral, karbohidrat terlarut dan hormon.

Faktor Lingkungan yang mempengaruhi Translokasi :

  1. Cahaya
  2. Suhu
  3. Air

ARTIKEL TERKAIT :

PERANAN DAN MANFAAT TRANSPIRASI


Peranan dan manfaat dari transpirasi dapat diketahui dari penelitian dan pemikiran cermat yang berhasil menemukan keuntungan dari transpirasi. Transpirasi memberikan manfaat sebagai penunjang pengangkutan mineral, mempertahankan turgiditas optimum dan menghilangkan sejumlah besar panas dari daun. Mineral yang diserap ke dalam akar bergerak ke atas tumbuhan dengan cara tertentu dalam arus transpirasi, yaitu aliran air melalui xylem akibat transpirasi. Transpirasi yang terjadi membantu penyerapan mineral dari tanah dan pengangkutannya dalam tumbuhan. Sebagai contoh hasil penelitian menunjukan Kalsium dan Boron di jaringan tampak sangat peka terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang ditanam dalam rumah kaca yang mempunyai kelembaban tinggi dan udara yang kaya CO2 (membuat stomata cendrung tertutup) dapat menampakan kekahatan (kekurangan) kalsium pada jaringan tertentu. Sebaliknya transpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan meningkatnya beberapa unsur tertentu, mencapai jumlah kadar yang meracuni.

Selain itu peranan transpirasi dalam tumbuhan untuk menurunkan suhu atau mendinginkan daun. Daun yang tidak melakukan transpirasi akan lebih panas beberapa derajat. Perubahan suhu dari daun menunjukan adanya pertukaran energi dari daun dan lingkungannya.


ARTIKEL TERKAIT :

EVAPORASI


Definisi dan pengertian dari Evaporasi adalah peristiwa perubahan air atau es menjadi uap dan naik ke atmosfir, peristiwa tersebut berlangsung dari semua permukaan, misalnya permukaan tubuh perairan, permukaan tanah, permukaan vegetasi, persawahan dan lain-lain. Kecepatan evaporasi tergantung dari : suhu, kecepatan angin dan tekanan udara.

ARTIKEL TERKAIT :

EVAPOTRANSPIRASI AKTUAL


Evapotranspirasi yang terjadi dibawah pengaruh kondisi tanah, vegetasi dan faktor-faktor cuaca setempat.

Evapotranspirasi aktual diukur dengan Lysimeter, tangki besar berisi tanah dengan tanaman/pohon yang ditanam, untuk menghitung dan menentukan jumlah air yang dipergunakan oleh tanaman (consumptive use atau kebutuhan air oleh tanaman).




ARTIKEL TERKAIT :

EVAPOTRANSPIRASI


Definisi dan pengertian dari evapotranspirasi sebenarnya gabungan dari peristiwa evaporasi dan transpirasi, yang berlangsung bersama-sama. Evapotranspirasi merupakan proses cuaca yang sangat penting dalam perencanaan persediaan air dan dalam perhitungan neraca air dan produksi air dan siklus hidrologis dari suatu wilayah atau DAS.

Evaporasi dan transpirasi merupakan bagian air hujan yang hilang dalam perhitungan necara air.

Evapotranspirasi merupakan terminologi kehilangan air dari permukaan tanah karena proses penguapan melalui permukaan tanah dan vegetasi.

Evapotranspirasi merupakan komponen penggunaan air yang akan diperbesar oleh adanya vegetasi.


ARTIKEL TERKAIT :

Persyaratan Fisiologis Untuk Pohon Tumbuh

pongamia pinnata

Interaksi Lingkungan dengan Persyaratan Fisiologis

Untuk dapat berhasil tumbuh dengan baik, maka pohon harus :

  1. Menghasilkan lebih banyak makanan dengan fotosintesis pada kebutuhannya untuk menopang metabolisme dasar dan kompensasi terhadap respirasi
  2. Mempunyai kontrol yang memadai terhadap rumah tangga air internalnya sehingga air dapat dikonservasi, sel di jaga pada turgor penuh, dan stomata terbuka pada periode cukup selama siang hari untuk produksi karbohidrat.

Pohon-pohon yang masuk dalam golongan jenis Intoleran memerlukan intensitas sinar matahari yang lebih banyak untuk proses Fotosintesis. Jenis Intoleran adalah jenis pohon yang tidak tahan terhadap naungan. Sedangkan jenis Toleran adalah jenis yang dapat bertumbuh dengan baik di bawah naungan pohon lain.

RESPIRASI



Respirasi adalah penggunaan karbohidrat dan produk fotosintesis untuk membangun dan memelihara seluruh jaringan tumbuhan dan memproduksi energi untuk digunakan dalam metabolisme dan penyerapan hara.

Faktor Lingkungan yang berpengaruh terhadap proses respirasi adalah :
  1. Cahaya
  2. Suhu
  3. Atmosfir tanah
  4. Air
  5. Nutrisi
Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses respirasi >>> klik disini <<<



ARTIKEL TERKAIT :

PENGERTIAN DAN DEFINISI FOTOSINTESIS


Pengertian dan Definisi dari Fotosintesis adalah Suatu proses produksi karbohidrat yang berasal dari bahan anorganik melalui transformasi energi matahari menjadi energi kimia. Fotosintesis dilakukan oleh tumbuhan hijau atau yang sering dikenal dengan Autotrof. Autotrof adalah organisme yang dapat mengubah bahan anorganik menjadi organik atau istilah lain dapat memproduksi makanannya sendiri dengan bantuan energi seperti energi cahaya matahari dan kimia.

Kecepatan fotosintesis di pengaruhi oleh faktor tanaman dan faktor lingkungan.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi proses fotosintesis adalah :
  1. Cahaya
  2. Suhu
  3. Konsentarsi CO2
  4. Ketersediaan air
  5. Nutrisi
Penjelasan lebih lengkap tentang fotosintesis >>> klik di sini


ARTIKEL TERKAIT :


 
PENGARUH CAHAYA TERHADAP TANAMAN

Konservasi Sumber Daya Genetik


Hutan alam tropika di Indonesia dewasa ini menghadapi masalah kerusakan yang menjadi semakin parah karena adanya penebangan kayu secara besar-besaran dan kebakaran hutan yang terjadi setiap musim kemarau tiba. Kerusakan yang terjadi secara cepat menyebabkan banyak ahli kehutanan berpendapat bahwa hutan alam tropika di Indonesia akan segera punah, terutama di Sumatra dan Kalimantan.

Rusak/punahnya hutan alam tropika di Indonesia, selain tampak pada kerusakan fisik secara nyata juga tercakup di dalamnya sumber genetik tumbuhan yang merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh pada regenerasi hutan di masa yang akan datang. Padahal kelestarian hutan alam tergantung dari kemampuan hutan tersebut untuk meremajakan diri.
 
Kondisi tersebut membuat Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan untuk melakukan konservasi dan pelestarian sumber daya alam hayati pada prioritas utama. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk mempertahankan biodiversitas yang merupakan landasan terciptanya stabilitas ekosistem. Biodiversitas memiliki arti tidak hanya berkaitan dengan jumlah jenis tetapi juga meliputi variasi dan keunikan gen tumbuhan beserta ekosistemnya.

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk melakukan konservasi genetik, (1) Konservasi ex-situ, yang dikerjakan/dibangun di luar wilayah asal tanaman, meliputi kebun benih, kebun klon, bank klon, dan pertanaman uji provenans. Konservasi dengan cara ini sangat menguntungkan guna kepentingan pemuliaan dan program penghutanan kembali yang dikaitkan dengan peningkatan kualitas genetik.; (2) Konservasi in-situ, yang dikerjakan/dibangun di wilayah tanaman berasal. Secara teoritis, konservasi in-situ lebih menguntungkankan sebab selain jenis tumbuhan yang akan dikonservasi, juga termasuk di dalamnya habitat atau ekosistem dimana tumbuhan tersebut tumbuh dan berkembang juga ikut dipertahankan.

Kondisi asli ini akan menyebabkan tetap terkontrolnya interaksi genetik dengan lingkungannya, yang meliputi adaptasi dan evolusi populasi yang dikonservasi.
Keanekaragaman genetik pada sebuah hutan sesungguhnya merupakan sebuah hal yang kompleks, heterogen dan dinamis; keanekaragaman tersebut terwujud oleh adanya interaksi antara lingkungan secara fisik, sistem biologis hutan dan populasinya, serta pengaruh manusia dan lingkungan sosial sekitar hutan. Untuk melakukan konservasi atas hutan tersebut diperlukan kebijakan yang tepat sehingga dapat menguntungkan semua pihak.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan konservasi genetik yang diharapkan:
  1. Pertimbangan atas berbagai macam kepentingan konservasi dikaitkan dengan hak masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah konservasi. Konflik lahan yang seringkali terjadi pada kawasan hutan, dimana masyarakat sekitar hutan berusaha untuk menggarap tanah hutan dan diakui sebagai sebagai miliknya membuat pemerintah tidak dapat mengabaikan keberadaan mereka. Tidak adanya pendekatan yang tepat terhadap masyarakat akan menyebabkan setiap program yang direncanakan terhadap wilayah hutan akan mendapat hambatan yang serius. Hal ini bukan saja karena ketidaktahuan masyarakat, tetapi juga karena masyarakat mencoba untuk mendapatkan atau memperluas tanah garapannya. Kondisi semacam ini dapat diatasi apabila pemerintah berusaha untuk mengakomodasi kepentingan mereka sejalan dengan program yang direncanakan. Keikutsertaan masyarakat dalam program yang direncanakan diharapkan akan membuat masyarakat berpikir/mengerti akan kepentingannya sehingga turut mewujudkan atau paling tidak menjaganya;
  2. Kebijakan integrasi, koordinasi dan inovasi. Guna memperoleh hasil seperti yang diharapkan, maka harus ada wewenang dan tanggung jawab yang jelas antara pihak-pihak yang bekerja dalam lingkup kehutanan. Pemerintah yang berusaha melakukan konservasi hutan dan instansi swasta yang pada umumnya mementingkan aspek komersial, harus mengadakan integrasi dan koordinasi sehingga masing-masng pihak dapat mengambil keuntungan tanpa merugikan pihak yang lain dalam hal ini berkaitan dengan pengelolaan konservasi hutan.
  3. Kapasitas dan kerjasama antar institusi pemerintah. Program yang dicanangkan pemerintah, seringkali menimbulkan dampak yang tidak diharapkan dari adanya kebijakaan antar departemen yang saling berbenturan. Sebagai contoh, tidak jarang kebijakan pada bidang pertanian membuat program penghijauan kawasan hutan menjadi tidak mungkin dilaksanakan karena perubahan tata guna lahan secara sepihak. Hal seperti ini seharusnya bias dihindari apabila masing-masing departemen saling menghargai dan bias menyamakan persepsi atas status suatu lahan. Bahkan akan sangat menguntungkan apabila antar departemen melakukan kerjasama untuk mengelola lahan sehingga pemanfaatannya bias maksimal.
  4. Penunjukan secara tepat berkait dengan tipe konservasi yang sesuai. Untuk dapat memutuskan secara tepat tipe konservasi yang diperlukan, harus dipahami lebih dahulu bahwa ekosistem hutan sangat kompleks, baik menyangkut jenis-jenis tumbuhan yang ada di dalamnya, nilai ekonomi kayu atau tumbuhannya maupun status populasinya. Konservasi ek situ akan efektif dilakukan apabila memang saangat tidk dimungkinkan untuk melakukan konservasi in situ pada jenis yang diinginkan, atau terdapat ancaman kerawanan yang tinggi sehingga keamanan jenis tidak dapat dijamin pada lingkungan aslinya. Sedangkan konservasi insitu akan efektif dilakukan apabila fungsi dan proses ekosistem serta proses interaksi antar spesies dalam kawasan konservasi berjalan sesuai dengan sifat alaminya, tanpa gangguan, sehingga memunculkan karakteristik yang tepat untuk konservasi in situ.
  5. Pengembangan kebijakan konservasi yang terintegrasi. Mengingat pentingnya konservasi genetik maka pihak-pihak yang bergerak di bidang kehutanan, pemerintah maupun swasta, hendaknya menangani permasalahan ini secara khusus. Apabila perlu sangat dimungkinkan pelaksanaan konservasi genetik ini dengan melibatkan berbagai untur secara terpadu agar diperoleh hasil yang maksimal.

Artikel Terkait :

ENDEMIK DAERAH

JURNAL PENELITIAN

Paling Populer